TENTANG DEWA

55 27 4
                                    

Malam itu setelah mengantarkan pak Prabu suami nya ke bandara, mama Sarah langsung menuju ke rumah Dewa. Ia masih rindu, sudah lama sekali ia tidak mengunjungi Dewa. Sepanjang perjalanan ingatan nya terus menerawang, teringat dulu ketika kecil Dewa adalah anak yang lucu, setiap pagi ia slalu terbangun ketika pelukan hangat papa nya tak lagi terasa, selalu sakit ketika ditinggal papa nya bekerja di luar kota. Tapi sekarang jangan kan memeluk papa nya, melihat nya pun Dewa seperti tak sudi.

Semua berawal ketika dirinya dan suami nya memutuskan membawa Ale ke rumah mereka enam tahun yang lalu, waktu itu Dewa sudah cukup dewasa untuk mengetahui siapa sebenarnya Ale. Sarah mencoba memberi pengertian kepada Dewa bahwa Ale adalah adik nya dari lain Ibu, tapi diluar dugaan Dewa marah kepada Ayah nya. Dewa menganggap Ayah nya telah menghianati cinta Ibu nya selama bertahun-tahun, dan Dewa tidak sudi ayah nya membawa Ale kerumah mereka. Dewa yang ketika itu masih kuliah terlibat pertengkaran dengan sang ayah, Sarah hanya bisa menangis tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia terlalu takut untuk berterus terang kepada Dewa. Ia takut Dewa malah membenci nya, dan yang menjadi korban dari semua itu adalah Ale. Ia bertahun-tahun ditolak oleh Dewa, hingga akhirnya Dewa memutuskan keluar dari rumah karena Sarah tak sanggup memilih pilihan yang diberikan Dewa, siapa yang akan tinggal dan meninggalkan rumah di antara Dewa dan Ale.

Lima tahun berlalu Dewa tidak pernah pulang, hanya sesekali ia datang itupun jika Ale dan Papa nya tidak berada dirumah. Bagi Dewa, Ale hanyalah parasit dalam keluarga nya, hanya anak dari wanita simpanan papa nya. Tidak lebih.

"Kita sudah sampai buk Ujar mang Udin membuyarkan lamunan Sarah.

" Oh iya mang ujar Sarah terbata-bata.
Pintu mobil sudah dibuka mang udin. Sarah turun dari mobil nya. Dress selutut bermotif bunga-bunga yang ia kenakan terlihat sedikit berkibar disapu angin.

Malam itu angin bertiup perlahan namun terasa dingin, gerimis yang sejak sore menebarkan pesona nya mulai sedikit reda. Ia mematung memandang sekeliling rumah Dewa, cahaya lampu taman yang temaram terasa begitu ramah menyapa, bunga-bunga nampak berlomba memancarkan kecantikan nya ditengah dingin nya malam.
Ia melangkah menuju pintu setelah meminta mang Udin pergi.

Jari nya menekan bel di samping pintu. Ia mendekap tangan nya menghalau rasa dingin yang ada.
Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Bik Sumi kelihatan terkejut kala melihat Sarah.

"Dewa ada? Ujar Sarah, mata nya melihat kedalam rumah.

" Ada buk ujar Bik Sumi gugup. Ia sedikit memaksakan senyum nya.

"Boleh saya masuk bik Sumi? Ujar Sarah, ia mulai tidak tahan dengan dingin nya udara diluar.

" Bo..bo..boleh buk, ujar Bik Sumi.
Silah kan buk,, bik Sumi membuka lebar Pintu yang sejak tadi tertahan tangan nya.

Sarah memasuki rumah, matanya mengitari sekeliling ruangan yang terlihat sepi. Ia melangkah menuju tangga, tapi Bik Sumi dengan cepat menahan nya.

"Ibuk mau kemana ujar Bik Sumi tiba-tiba menghadangnya. Sarah terlihat bingung melihat tingkah bik Sumi.

" Saya mau kekamar Dewa bik, ujar Sarah, keningnya berkerut melihat bik Sumi yang nampak gugup.

"Tapi buk...den Dewa lagi istirahat ujar bik Sumi.

" Ya sudah kalo Dewa sedang istirahat ya biarkan saja bik, saya juga mau istirahat dikamar saya ujar Sarah.

Kamar dilantai atas rumah Dewa memang ada dua, satu untuk Dewa, dan satu nya lagi Dewa buatkan untuk Sarah jika ia mau menginap. Namun kamar itu di tempati oleh Malika untuk sementara waktu.

"Malam ini saya mau nginap disini bik ujar Sarah.
Ale dan papa nya sedang tidak dirumah lanjut Sarah.

Muka bik Sumi makin terlihat gugup. Sarah melewati bik Sumi dan menaiki anak tangga. Bik Sumi tak bisa berbuat apa-apa, ia mengikuti langkah Sarah menaiki tangga.

Malika ( Ongoing / Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang