"Tidak bisakah sekali saja kau tidak membuat kakakmu ini khawatir?!" tegur laki-laki itu yang menyebut dirinya sebagai 'kakak' dari Hana.
Hana hanya mengedipkan matanya, mencerna apa yang laki-laki tampan ini bicarakan. Pertama, namanya adalah Hana, Ha n a...Hana...bukan Vivi. Siapa itu Vivi? Kedua, ia hanya memiliki 1 orang kakak, tapi dia perempuan bukan laki-laki setampan orang di depannya ini. Ketiga...
'Ah...gue lupa, sekarang kan gue bukan Hana'
Hana yang sekarang adalah Vivi hanya bisa mengalihkan pandangannya ke samping dengan kikuk. Ia memang dari dulu mengharapkan kakak laki-laki, tapi tidak setampan ini juga. Ia kan lemah pada setiap insan di muka bumi ini yang berwajah tampan. Maklum saja, dia kpopers garis keras, koleksi suaminya teramat banyak terpampang di dinding kamarnya.
Yah, jika dilihat dari luar Hana adalah sosok wanita normal pada umumnya, tapi jika kalian melihat ke dalam isi otaknya sudah dipastikan....
dia.
tidak.
waras.
...ralat...sedikit waras tapi tidak normal...
ya, kalian bisa menyimpulkannya sendiri saja.
BRAK!!
"VIVIIII!!!"
Dua orang paruh baya berpenampilan aneh masuk ke dalam kamarnya secara tiba-tiba.
"Ohh Tuhann...vivi anakku yang manis...kau sudah sadar rupanya.." ucap seorang paruh baya berjenis kelamin perempuan yang ia yakini sebagai ibu dari wanita yang raganya sekarang ia tempati.
"Bagaimana bisa tubuh yang rapuh seperti ini jatuh dari tangga...aku harus segera menyelidiki siapa dalang dibalik jatuhnya putriku yang rapuh ini." gumam pria paruh baya yang sedang mengunyel-ngunyel pipi Vivi saat ini.
"Kh-khalian tiapa?" Pertanyaan yang dilontarkan Vivi memang tidak jelas tapi mereka mengetahui maksudnya. Apalagi ditambah dengan wajah lugu Vivi dengan mata penuh kebingungan yang sebenarnya dibuat-buat oleh sang empunya. Membuat mereka mempercayai bahwa 'Vivi hilang ingatan'.
Seketika wajah mereka syok dibuatnya, bahkan wanita paruh baya itu sudah jatuh pingsan dengan ditopang oleh pria paruh baya yang memiliki rambut berwarna pirang platinum sama seperti dirinya.
Ketahuilah, Vivi memang sengaja menanyakan itu, karena kebanyakan dialog yang ia baca di dalam novel, saat seseorang bertransmigrasi adalah berpura-pura lupa ingatan! Dan itulah yang Vivi lakukan sekarang.
'Hehehe...hahaha...Bwahahahahaha...bagus banget akting gue!'
"Vivi?"
Laki-laki yang tadi mengaku sebagai kakaknya menggoyang goyangkan tubuh Vivi. Karena anak itu tiba-tiba bertingkah aneh. Setelah menanyakan siapa mereka, sekarang ia terkekeh sendirian.
"Vivi, lihat ayah, apa kau tidak mengenal rupa ayahmu ini?"
Wajah Vivi dialihkan tiba-tiba untuk menatap sang ayah.
Vivi melanjutkan aktingnya dengan menggelengkan kepala.
Melihat itu sang ayah mengerutkan kedua alisnya, tangannya melemas dan berbalik memunggungi Vivi, pria itu menangis.
"Hiks...Vivi kita...hiks...putriku yang imut-imut sudah melupakanku"
"Sayang..." wanita paruh baya yang sudah sadar kembali segera memeluk pria besar yang kebetulan cengeng itu dengan segera dan sesekali menepuk punggungnya.
Mereka kemudian berbalik dan menatap Vivi seorang.
"Kita harus melakukan sesuatu" ucap sang kakak pada orangtuanya dan diangguki oleh mereka.
Tiba-tiba tubuh Vivi merinding. Ia berharap tidak salah memasuki dunia novel, karena ada salah satu novel horor thriller yang sempat ia baca, dan ia harap bukanlah novel itu yang sekarang ia masuki. Kalau tidak....
Akting yang ia lakukan bisa menjadi bencana.
Janlup vomen baby~
KAMU SEDANG MEMBACA
I Stole The Male Lead's Brother [HIATUS]
General FictionSebagai penggemar novel roman fantasi, Hana sudah tidak asing dengan yang namanya transmigrasi. Begitu banyak yang telah dibacanya sampai-sampai dirinya turut bertransmigrasi?! Terlebih itu adalah novel yang telah dibacanya saat sekolah dulu yang b...