BYURR!!!
Tumpahan wine tersebut berhasil mengguyur sebagian tubuh pria itu.
Pria berperawakan tinggi dan tegap dengan dadanya yang bidang, rahang yang tegas, hidung yang lurus bagaikan perosotan taman kanak-kanak serta rambut berwarna coklat gelap dan mata berwarna emas yang bersinar saat terkena cahaya lampu.
Hanya ada satu kata yang terlintas dalam benak Viviene saat ini.
"Tampan"
Viviene tanpa sengaja mengucapkan apa yang ia fikirkan.
'Duh keceplosan deh, liat yang ganteng dikit langsung oleng gue'
Wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan, namun matanya mencoba tersenyum untuk menyembunyikan kecanggungan.
Berbanding terbalik dengan pria tersebut. Wajahnya bahkan sudah memerah menahan amarah yang dalam hitungan waktu dapat meledak.
Sedangkan kelompok Cheryl sudah menepi ke samping. Mereka tidak mau berurusan dengan pria yang saat ini berdiri tepat di hadapan Viviene. Walaupun sebenarnya mereka juga mengagumi pahatan sempurna dari ciptaan Tuhan. Tetap saja, mereka lebih memilih posisi aman. Karena pria itu adalah...
Duke Muda Hector!
Siapa di aula ini yang tidak mengenalnya, satu-satunya penerus dari kadipaten Havenport. Keluarga yang terkenal dengan kontribusi pentingnya bagi pendirian kerajaan Aetoria. Bahkan wilayah kekuasaan serta kekayaan dari Havenport hampir setara dengan yang dimiliki oleh keluarga kerajaan.
Itu artinya jika Havenport memisahkan diri dari kerajaan Aetoria. Mereka bisa saja membentuk kerajaannya sendiri. Namun, karena pendahulu dari Duke Havenport telah bersumpah setia pada raja terdahulu maka mereka memutuskan mengabdi pada kerajaan Aetoria dan beberapa kali menuntas musuh dari kerajaan lain.
Viviene sedikit bingung dengan situasinya saat ini. Padahal niat awalnya untuk membalas wanita berambut coklat yang ia tidak tahu siapa namanya. Meskipun ia telah diberikan ingatan tentang dunia ini. Akan tetapi, memori tersebut sangat terbatas. Ia hanya diberikan kilasan tentang garis besarnya saja.
Memang benar kata orang, air tuba dibalas dengan air susu saja. Seharusnya ia tidak membalas wanita itu dan membiarkannya.
'Tapi, tetap saja ini tidak adil!' Batin Viviene tidak rela.
Viviene menghela nafasnya, ia akan pasrah jika pria itu memarahinya setelah ini. Bahkan keluarganya mungkin akan menceramahinya setelah ia pulang dari pesta. Jika orangtuanya, Viviene yakin mereka akan bersikap lembut, tapi tidak tahu untuk manusia yang satu itu, alias kakaknya, Philip. Yang terpenting saat ini adalah minta maaf terlebih dahulu.
"Saya min-"
"Sekarang apalagi yang kau lakukan." Potong pria itu.
'Dengerin gue ngomong dulu napa! Ni orang main motong pembicaraan'
"....saya tidak mengerti maksud anda tuan"
"Bukankah saya sudah mengatakannya berkali-kali pada anda, Nona Carrickfergus. Bahwa sampai kapan pun saya tidak akan pernah menerima tawaran anda."
".....?"
"Jadi hentikan trik kotormu itu"
"Tunggu-tunggu, tunggu sebentar. Trik kotor seperti apa yang anda maksud, tuan? Sebelumnya saya meminta maaf karena saya tidak sengaja menumpahkan minuman saya ke baju anda. Tapi, itu atas dasar ketidaksengajaan. Jadi, saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang anda katakan." Jelas Viviene, mencoba untuk tidak menumpahkan amarahnya. Karena apa yang dikatakan pria itu entah kenapa membuat darahnya mulai mendidih.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Stole The Male Lead's Brother [HIATUS]
General FictionSebagai penggemar novel roman fantasi, Hana sudah tidak asing dengan yang namanya transmigrasi. Begitu banyak yang telah dibacanya sampai-sampai dirinya turut bertransmigrasi?! Terlebih itu adalah novel yang telah dibacanya saat sekolah dulu yang b...