7

97 18 41
                                    

Yeorin.

Saat aku berusia tujuh belas tahun.

Aku tidak dapat mengingat kapan tepatnya aku melihat foto pertama Jimin dengan seorang gadis pirang di sisinya.

Itu terjadi beberapa bulan lalu, tak lama setelah Tahun Baru. Aku telah membaca situs web surat kabar Daegok untuk mengenal rumah masa depan ku, dan jika boleh jujur, untuk merasa lebih dekat dengan tunangan ku. 

Hatiku sempat tergagap saat bayangan Jimin meninggalkan klub bersama wanita berambut pirang mengejekku dari layar laptopku. 

Siapa dia? 

Apakah dia alasan Jimin jarang menghubungiku? 

Apakah dia telah mengambil tempat Yunji di hati Jimin?

Pikiranku melayang seratus mil per jam. Aku tidak bisa menanyakan hal ini kepada Taehyung atau orang tuaku, jadi aku melakukan apa yang selalu kulakukan — aku menelepon Seonjoo, meminta nasihatnya.

Dia membujukku untuk tidak membahasnya, dan keesokan paginya dia mengirimiku lebih banyak artikel, artikel-artikel yang jelas telah dihapus tak lama setelah dipublikasikan, dan semuanya memuat foto Jimin bersama gadis-gadis berambut pirang. 

Tak ada seorang pun yang mengambil tempat Yunji di hati Jimin. Dengan setiap penaklukan baru, dia sepertinya mencari replika dirinya. Untuk pertama kalinya, secercah amarah bercampur dengan perasaan tidak mampu yang biasa ku rasakan.

Kami belum resmi bertunangan, tapi tentu saja semua orang di lingkaran kami tahu bahwa kami telah dijanjikan satu sama lain. 

Orang-orang telah bergosip tentang aku yang menggantikan Yunji selama bertahun-tahun. Semua orang sepertinya berduka atas kehilangannya, selalu membandingkan kecantikannya yang halus dan rambut pirangnya dengan penampilanku yang kurang seperti malaikat. 

Ketika aku masih muda, aku tidak keberatan mempunyai rambut hitam milik Ayah dan hampir setiap hari aku masih tidak keberatan, namun terkadang yang kuinginkan hanyalah memiliki rambut pirang milik Ibu.

Mengetahui bahwa Jimin mengejar gadis-gadis berambut pirang untuk mengingat kakak-ku, telah menyakitiku pada beberapa kesempatan pertama, namun pada akhirnya rasa jengkel pun semakin bertambah. 

Dia jelas-jelas berusaha merahasiakan urusannya, dilihat dari seberapa cepat setiap artikel dihapus. Tapi sekarang setelah aku mengetahuinya, kebenaran itu tertanam dalam hatiku seperti lubang hitam yang terus membesar. 

Kadang aku berhasil meyakinkan diriku sendiri untuk percaya bahwa dia hanya menyukai wanita pirang dan tidak mencari Yunji 2.0, tapi aku tahu aku berbohong pada diriku sendiri.

Aku belum berbicara dengan siapa pun kecuali Seonjoo tentang penemuanku selama tiga bulan sejak itu, tapi pikiranku terus berputar-putar.

Besok adalah ulang tahunku yang ketujuh belas, dan Seonjoo serta keluarganya akan tiba hari ini untuk merayakannya bersama kami. Seperti tahun lalu, Jimin tidak datang berkunjung.

Aku sudah melihatnya beberapa kali sejak dia bermalam setelah Yunji kabur, tapi kami tidak berbicara lebih dari beberapa patah kata. Aku terpecah antara lega dan kecewa. Mungkin yang terbaik adalah aku tidak harus menghadapinya sampai aku bisa mengatasi kecanduannya pada gadis pirang. 

Tapi kapan hal itu akan terjadi?

Aku tahu dia akan mengirimi Jihwan dan hadiah untuk ulang tahunku, lalu meneleponku dengan patuh. Impian konyolku untuk berdansa dengannya di salah satu pertemuan sosial kami belum terpenuhi.

Saat bel berbunyi, mengumumkan kedatangan Seonjoo dan keluarganya, aku berlari keluar kamar, bersemangat bisa bertemu sahabatku lagi. Kami berbicara setiap hari di telepon dan mengirim pesan setiap hari, tetapi kami hanya bertemu sebulan sekali.

Him & iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang