24

133 18 22
                                    

Hai yorobun, aku up lebih awal karena engga tahu nanti bisa up apa tidak. Untuk yang comment aku bales sesempatnya aku ya...
Happy holiday & Happy new year buat kalian semua 😊
.
.
.

Yeorin.

Seminggu kemudian, kami akhirnya meluangkan waktu untuk liburan. 

Ini adalah pertama kalinya kami kembali ke penginapan danau keluarga Choi setelah pesta ulang tahun Jimin. Di siang hari, aku dapat sepenuhnya menikmati pemandangan indah di sekitar pondok dan danau.

Aku mengintip ke luar jendela dengan rasa ingin tahu. Secercah rasa gugup muncul di perutku saat kami berkendara di jalan masuk. Aku tidak ingin menghubungkan tempat ini dengan kenangan burukku. Lagipula, suatu tempat tidak bisa menyimpan perasaan buruk, dan aku tidak ingin terbelenggu oleh masa lalu.

Jimin meletakkan tangannya di lututku dan meremasnya. "Apakah kau baik-baik saja?"

Aku melirik ke arahnya dan melingkarkan jariku di jarinya. 

“Ya, hanya menikmati pemandangannya.”

“Aku harap kau dapat menikmati perjalanan ini. Aku tahu satu-satunya pengalaman mu di sini sangat buruk, tetapi aku sangat senang menghabiskan waktu di penginapan, dan aku harap kau juga pada akhirnya akan menyukainya.”

"Jangan khawatir. Aku hanya akan fokus di sini dan saat ini.”

Jimin berhenti di depan penginapan, sebuah bangunan kayu dua lantai dengan teras besar yang menghadap ke danau yang ditumbuhi pepohonan.

Aku keluar dan menghirup udara segar hutan. Cuaca panas akhir Juli yang mendominasi Daegok tidak terjadi di sini. Itu hangat dan lembab, tapi tidak panas. Mungkin kita benar-benar bisa menyalakan api di perapian.

Jimin mengambil barang bawaan kami dari bagasi dan membawanya ke penginapan. Kini, tanpa puluhan tamu dan lampu yang berkedip-kedip, suasana nyaman di dalam rumah mengejutkan ku. 

Semuanya terbuat dari kayu, kulit domba, permadani kulit sapi, dan sofa kulit lembut berwarna cognac. Jendela besar memungkinkan sinar matahari menembus ruangan besar dengan langit-langit tinggi. Perapian batu yang megah mendominasi bagian tengah ruang tamu seperti standar di sebagian besar penginapan di area tersebut. 

Jimin meletakkan barang bawaannya di lobi dan mengajakku berkeliling. Saat kami melangkah keluar ke teras, aku teringat kilas balik singkat, teringat bagaimana pertama kali aku melihat Jimin di dek bawah dan bagaimana kami menari bersama. 

Merinding bermunculan di kulitku, namun gempuran kenangan tak kunjung datang.

Jimin menyentuh pinggulku, matanya menatap mataku. “Apakah kau yakin kau baik-baik saja?”

“Yakin,” kataku. “Bagaimana kalau kau tunjukkan padaku sisa penginapan?”

Jimin membawaku ke jacuzzi di sisi teras yang menghadap ke danau dan hutan di sekitarnya. Aku tidak memperhatikan sauna di sisi teras terakhir kali.

Itu membuat ku terengah-engah.

Aku ingat sempat melihat jacuzzi di pesta itu, penuh sesak dengan orang-orang setengah telanjang dan mabuk. Tiba-tiba penasaran, aku menyipitkan mata ke arah Jimin. 

“Seberapa sering kau mengadakan pesta seperti itu?”

Jimin terkekeh. “Sejujurnya, aku tidak akan menyelenggarakan pesta itu jika bukan karena Hoseok hyung. Dia bertekad untuk memberikan kebahagiaan terakhir bagi kami sebelum kami menikah.”

Aku mendengus. “Kebahagiaan terakhir.”

Jimin mengelus pinggulku, menarikku ke tubuhnya. 

“Salah satu kenangan ulang tahun yang paling tidak ku sukai, jika boleh jujur. Aku harap kita dapat menciptakan lebih banyak kenangan yang jauh lebih baik di masa depan.”

Him & iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang