lima; pingsan

593 26 0
                                    

'klik'

"Hayoo!! Kok malah tidur!!" Bu Ijah guru Sejarah menyalakan lampu kelas IPS 3.

Hari ini sedang hujan deras sedari pagi. Suasana yang sangat mendukung untuk tidur. Ya, seperti yang di lakukan murid kelas IPS 3 ini.

"Aduh, kok bisa kompak buat tidur gini toh?"

"Kan jamkos Bu!" Jawab salah satu murid dengan suara serak tapi agak lantang.

"Kalian itu kelas 12 loh. Masa ga mau belajar buat ke universitas."

Kicep. Semua.

"Bercanda. Ga papa nak, tapi yuk sekarang kita pelajaran dulu." Semua murid langsung menempatkan diri.

"Loh, Eric sama Galih mana?"

Sebenernya... Mereka... Tidur di perpus.

"Eh maaf mas!" Galih yang sedang tidur, terkena buku yang di bawa oleh salah satu siswi. Cowo dengan mata minimalis itu terkejut di tempat, menatap siswi tersebut dengan mata sayu dan bingung.

"Sakit ga mas?" Cewe itu khawatir karena sepertinya tadi ujung buku dulan yang mendarat di daerah lengan Galih.

"Hah? Ini... Di surga ya? Udah ada bidadari gini...." Wajah cewe itu yang awalnya khawatir berubah menjadi wajah malas dengan gombalan aneh Galih.

"Oh, ga sakit. Ya udah." Galih di tinggal begitu saja. Ia terkekeh walau masih ling lung dengan keadaan. Galih menoleh ke arah kanannya.

"Ric, bangun ric. Udah jamnya Bu Ijah Ric!" Galih menggoyangkan tubuh Eric ketika ia sadar sudah masuk jam pelajaran Bu Ijah.

"Hah?" Beruntung! Kali ini Eric langsung terbangun.

"Udah jamnya Bu Ijah. Ayo balik." Eric berdiri dengan jantung yang masih setengah melayang karena keenakan tidur.

Walau terlihat bandel, Galih dan Eric masih akan selalu mempertimbangkan tentang menghargai seorang guru. Tapi, soal ketiduran di kelas itu sulit di hindari sih.

"Lebih baik tidur pas pelajaran dibanding Lo bolos nyet." Kata Galih waktu mereka bertiga di tegur ketiduran saat pelajaran Ekonomi.

"Edan, rame juga." Ketika mereka melewati teras samping halaman tengah, tanyata tidak sepi, banyak kelas yang jamkos juga.

"Buru Ric! Takut ada kuis!" Galih melangkahkan kakinya lebar-lebar. Eric yang sedang memperhatikan kerumunan itu jadi gelagapan bingung.

"Eh Lih! Galih! Tungguin!" Eric melompat, mencari Galih yang sudah lebih dulu pergi.

"Aduh." Eric kebingungan, karena di lorong ini ramai sekali. Bagi Eric.

Eric mengedarkan pandangannya, mencari bagian mana yang sekiranya tidak terlalu banyak orang.

Aduh! Bahkan lorong samping kanan juga ada gerombolan!

Banyak yang duduk di depan kelas mereka, saling bercanda, bahkan main air di lantai. Dan di halaman tengah juga tidak jarang yang main hujan-hujanan.

Eric merinding melihatnya.








Pemuda itu mengepalkan tangannya.

"Aah! Ini guru pada kemana sih! Kok bisa-bisanya pada jamkos gini!"

Setelah berdiri disana, Eric memutuskan untuk membelah kerumunan lewat lapangan. Tidak ke tengah, namun turun dari teras.

Ia melangkah sedikit cepat, dadanya sesak, ingin segera pergi.

"Dikit lagi Jericho!" Ucapnya pada diri sendiri.

Ia masih berusaha melangkah.

Namun, entah mengapa, rasanya kali ini jarak dari ujung lapangan ke kelasnya terasa sangat jauh.















"Gue... Ga bisa."













• •








Eric memijat pangkal hidungnya. Rasanya pusing sekali.

"Kok di rumah?" Eric melihat langit-langit yang sangat familiar.

"Gila, kenapa ni gue?" Ia berusaha duduk dengan rasa pusing yang langsung menyerang.

Eric merogoh tas yang terduduk manis di samping kasur. Ia membuka ponselnya dan melihat group chat dengan Arda dan Galih.

Roti 🍞
(3)


Galih
"Lo kenapa deh nyet?"

Arda
"Masih tepar pasti!"

Galih
"Yaah!"


Gue kenapa?

Galih
"Eh, udah on anaknya."

Arda
"Lo jatoh geb di lapangan"


Lapangan? Lapangan mana?


Galih
"Buset, amnesia lu?"

Arda
"Lo jatoh di pinggir lapangan tengah."

Gila

Arda
"Emang gila."


Terus, sekolah dah selesau!? Kenapa gue di rumah?


Galih
"Ngelantur ni bocah. Kelamaan tidur!"

Arda
"Setuju!"
"Sekarang aja jam berapa Eric!"

(Eric melihat jam di ponselnya.)

Gue pingsan berapa lama?

Galih
"Dua jam kali? Lo pingsan, terus Lo demam, terus jadinya malah bablas tidur."

Arda
"Betul, tapi tadi demam Lo tinggi banget. Padahal cuma dikit kena hujannya."

🤷🏻
Terus, yang bawa gue kesini siapa? Motor gue?

Arda
"Gue, pake mobil pak Rama. Beliau yang nyetir sih."
"Motor Lo aman, tadi Galih yang bawa."


Javas tau?

Galih
"Ga tau"

Huh...

Arda
"Kita ga tau dia tau apa engga maksudnya 🙏🏻✌🏻"


ALAH!

























Bikin chatnya susah deh😌🙏🏻. Susah di atur kanan kirinya. Ih gemes!

Siapa udah UAS?! Cieee libur! Yang belom UAS, semangat yaaa✨

Bintangnya ya jangan lupa!

Distance [JEJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang