sebelas; step by step

257 21 1
                                    

Kalian tau gimana cara ngehargain karya di platform ini! Vote nya yaa! Makasii








•               •

"Lo mulai inget bang. Semoga ini ga menyiksa Lo terus-terusan," ucap Jagad setelah sakit kepala menyerang Javas. Adiknya itu tahu, ketika Javas di ceritakan soal masa lalu yang kakaknya lupakan pasti akan membuat otaknya memproses itu semua. Jagad saat itu sudah menyiapkan hati untuk mendengar dan melihat kakaknya mengeluh kesakitan.

"Step by step bang. Pelan-pelan untuk mengingat dan pelan-pelan untuk mendekati bang Jericho."
















Sesuai saran Jagad kemarin, setelah kurang lebih dua minggu mengamati Jericho, akhirnya sekarang Javas akan melakukan aksi untuk mendekati Jericho. Ini demi mengikis segala jarak, membangun aura baik di rumah ini, dan mencari jawaban dari "kenapa kita berdua bisa se cuek ini ke satu sama lain?"



Javas menuruni tangga dengan mata yang menyisir segala penjuru rumah. Setelah sisa empat anak tangga, sosok yang ia cari memunculkan fisiknya.

Jericho terlihat siap menuju garasi. Javas dengan jalan agak cepat mengikuti kembarannya ke garasi.

Javas menepuk pundak Jericho kala kembarannya memakai helm. Pemuda yang di tepuk pundaknya menoleh dengan wajah segan. Alisnya naik sebagai pertanyaan 'apa?'

"Bareng." Wajah Javas agak memohon namun masih tegas.

"Ga. Ada gojek." Jericho menyalakan motornya lalu keluar garasi.

"Hadeh!" Javas mengeluarkan ponselnya sambil keluar dari garasi. Ia memasukkan tujuan dan memencet pesan ojek online-nya. Setelahnya garasi ia tutup dan menguncinya.

"Kita coba lagi besok"














Pagi kembali datang. Kali ini Javas bersiap lebih awal untuk melancarkan rencananya. Jericho itu hampir disiplin. Ia akan berangkat pada waktu yang sama. Enam lewat lima belas.

Javas turun dari kamarnya pukul enam lewat lima. Ia membuka gorden di lantai satu—yang biasanya itu juga kerjaan Jericho—, lalu pergi ke garasi memakai sepatu. Sepatu sudah di pakai, Javas mengambil helmnya dan ...



























Ia...






















Duduk di motor Jericho



























Setelah menunggu, Jericho terlihat di ambang pintu pemisah garasi dan ruang tengah. Kembarannya itu memasang wajah galak. Yang... Javas baru menyadari bahwa wajah kembarannya betulan ada kesamaan dengan wajahnya.

"Bareng."

"Gojek." Jericho memakai sepatunya secara cepat.

"Bareng."

"Grab"

"Bareng."

"Gak." Jericho mendekat ke motor.

"Pelit. Udah pake helm ni."

"Gak."

"Boros pake ojek online."

"Kan ada dari papah."

"Bareng."

"Bawel." Jericho langsung naik di bagian depan. Javas sedikit mundur, memberi ruang Jericho untuk duduk. Motor itu keluar dari garasi dan berhenti di halaman.

"Kok berhenti?"

"Bawel. Kunci dulu." Javas menengok ke belakang. Ia terkekeh, turun dari motor lalu ke garasi.

"Dah."

Motor itu melaju menuju sekolah. Ya... Seperti orang yang tak kenal, mereka diam di jalan. Javas saja menjaga jarak dari posisi Jericho.

Javas hanya melamun selama di jalan. Tiba-tiba motor itu menepi ke salah satu warung.

"Mau beli apa?" Tanya Javas.

Tidak di jawab, Jericho langsung masuk ke warung. Javas menaikkan bahunya tak peduli.

Tak lama kembarannya datang sambil membuka bungkus permen. Javas jadi mau...




"Heh." Javas membalikkan badannya lalu dengan segera mengambil helmnya yang baru ia taruh di jok motor Jericho.

Jericho menyodorkan satu snack dan satu permen loli. Javas mengerutkan keningnya.

"Ya udah." Jericho menarik kembali snack itu. Dan tangan lainnya menarik helm milik Javas.

Ya ampun, Javas bingung bukan kepalang!













































---

Hai hai! Maaf ya lama, dan cuma sedikit ekekek.

Untuk kedepannya, aku mau minta maaf dulu kalo misal lama juga updatenya, hshhsh, karena di rl aku butuh berpikir jugaa.

Oh ya, mau happy atau sad atau bad ending nih?

Distance [JEJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang