dua; pisah

908 24 1
                                    

"Aduh! Bu Weni ini! Kemana deh tu anak! Bentar lagi masuk!" Javas bangun dari mejanya ketika ia baru sadar kursi milik Jericho belum di duduki.

Javas berjalan ke ambang pintu kelas. Beberapa temannya sedikit melirik Javas yang terlihat gelisah.

Pemuda itu mengeluarkan ponselnya, hendak menelpon kembarannya. Ketika kontak Jericho muncul, ia tak berani memencetnya. Ciut. Sedikit takut.

"Eh?! Ngapa lu?" Tanya Dani yang terkaget dengan keberadaan Javas di ambang pintu kelas. Cowo itu sudah terburu masuk kelas karena hampir telat.

"Ih! Mana sih tu anak??!" Javas mendecih.

"Siapa? Jer—Eric?" Dani menaikkan alisnya. Rupanya pemuda berwajah tegas itu menunggu Jericho.

"Iya," jawab Javas tanpa menoleh. Masih gelisah.

"Dia pindah. Masa Lo ga tau?" Hampir semua mata menengok ke arah Javas. Kembaran Eric itu menoleh ke Danis yang berjalan menuju kursinya.

Dan mata yang melihatnya, sungguh, Javas... Keringat dingin di buatnya.

Javas berlari menyusul Danis di kursinya.

"Maksud Lo?"

"Pindah kelas. Nanti anak kelas IPS 3 kesini, tukeran sama Eric." Danis mengeluarkan roti bawaannya.

"Lah?" Javas ikut terkejut. Tanpa sadar ia mengambil roti milik Danis. Yang punya malah terdiam karena... ROTINYA DI AMBIL JAVAS?!?

"Heh coy! Nyolong lu!"

"Heheh. Bagi dong, laper gue."

"Yeu. Bentar." Dani membuka bungkus roti itu dan memberikan sepotong untuk Javas.

"Thankyu. Makasih infonya!" Javas kembali ke kursi. "Kok ga bilang si? Ih, nanti yang ke sini siapa ya?"









"Emang bisa pindah gitu aja ya?" Bisikan. Namun, itu terdengar di telinga Javas.

"Yaa kan anak donatur." Javas mengepalkan tangannya di bawah meja.

"Tenang, itu Eric dah dari kemaren ngurus mau pindah gitu. Bukan karena yang mereka bicarain." Danis menghadap ke belakang, menaruh tip-ex Javas.

"Oh iya? Kok ga ngasih tau gue ya..."






















Eric mana sudi mengabari Javas.








•                 •

"GA BAWA JANGKAAAA!!!" menggelegar!

"BACOT ERIC!!!" ga kalah menggelegar.

"Berisik!" Kepala Eric dan Galih di toyor Arda.

"Beli ege!" Lagi-lagi Arda yang marah.

"Malass," jawab Eric dengan wajah mengejek.

"Matematika kapan?" Kini Galih membuka ponselnya untuk melihat jadwal.

"Jam terakhir ke dua." Eric langsung hapal pelajaran IPS 3.

"Ini kalian kaga ada niatan mau kantin gitu?" Arda menutup buku Galih dan miliknya. Dia habis nyontek satu nomor milik Galih.

"Malass," balas Eric lagi.

"Astaghfirullah." Arda ngelus dada doang. Ini sebenernya tinggal mereka bertiga di kelas, jadi Arda ngiri banget pengen jajan.

"Ya udah, ayo. Pengen jus jambu gue." Galih berdiri menaruh ponselnya. Arda kegirangan berdiri.

"Titip ih, better sama Kopiko." Arda dan Galih memberikan jempolnya lalu melengos keluar kelas.

Jericho sendirian di kelas. Ia menengok ke arah jendela yang menghadap lapangan belakang sekolah. Matanya menangkap tubuh seseorang yang baru saja duduk di tribun.

"Pacaran terus," ujarnya mengomentari Javas yang ternyata menghampiri pacar cowok itu.

"Dari Javas." Sabrina, teman kelasnya menaruh jangka di meja Jericho.

"Hah? Ga mau!" Jericho langsung menyodorkan jangka itu ke arah Sabrina yang sudah duduk di kursinya.

"Dih, balikin sendiri lah!" Tukas Sabrina.

"Lagian lu mau² aja!"

"Gue ga memihak ya!" Sabrina berdiri. Cewek itu memberikan sebungkus yupi pada Jericho.

"Dari Javas juga?" Tembak Jericho.

"Bego. Ini gue ya nyet!" Sabrina mendorong pundak Jericho.

"Ooo. Pulang cari pisang goreng yu nyet?"

"Ya."





Jadi, sama sama sibuk sama cewek 'kan?

Distance [JEJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang