empat belas; pengumuman

155 12 0
                                    

Javas masih meringkuk di kasur. Di bawah selimut abu-abunya ia mendekap guling dengan sangat erat-walau hanya dengan satu tangannya. Seperti tidak ingin ditinggalkan. Matanya terpejam namun sudah sepenuhnya sadar dan bangun. Mulutnya sedari tadi bergumam, tidak ada arti, hanya ingin.

"Kalo itu cuma mimpi.... Berarti itu mimpi indah. Tapi ... Gimana kalo itu memori gue?"

Pikirannya melayang, bertolak belakang dengan dirinya yang semakin memusatkan berat badannya di kasur.

"Kalo itu beneran memori gue, ternyata kehidupan pas gue esde seru banget sama Jericho."

"Kita se akrab itu, kenapa selama lima tahun ini bisa asing?"

"Kenapa, gue bisa ga inget apa-apa?"

"Kejadiannya kapan si?"

Javas berusaha mengingat.

"Kayanya, waktu itu yang paling gue inget pas baru mau masuk SMP. Apa kejadiannya sebelum masuk SMP?"

Ia melepas pelukannya dengan guling. Badannya bergerak turun dari kasur. Ia hendak mengambil sesuatu di laci meja belajar.

Sebuah foto.






Yang pernah ia curi dari laci Jericho.





Ya, foto mereka berdua dengan baju adat Jawa.

Senyum Javas mengembang. Ia ingat, di dalam mimpinya tadi ia melihat adegan ini, melihat kejadian ini.

Ia ingat-dari mimpinya- bahwa saat itu blangkon miliknya sempat hilang. Padahal mama sudah ribut dan cerewet untuk segera berangkat.

"Dimana sii? Kamu yang nyembunyiin ya?" Javas mengobrak-abrik kontainer baju.

"Nuduh aja! Aku juga ga tau ya! Aku turun duluan." Jericho berbalik badan. Javas menarik kembali Jericho ke sampingnya.

"Kalo ilang beneran gimana dong?"

"Ya ga tauu. Oh! Coba di kamar mandi deh! Atau di deket mesin cuci." Mereka berdua turun menuju bagian belakang rumah.

"JERICHO JAVAS, AYO!" Mama udah teriak dari garasi. Wajah keduanya panik, saling tatap.

"Udah, ayo buruan!" Jericho mendorong Javas menuju tempat cuci.

"JERICHO JAVAS!"

"AA KETEMU!" Javas mengangkat balngkon yang akhirnya ia temukan.

"Di mana?"

"Di ember!"

"UDAH AYO!" Jericho menarik Javas. Ya ampun, sebenarnya mereka susah untuk berlari. Jarik yang mereka kenakan membuat pergerakan kaki kecil itu terbatas.


Javas menaruh foto itu di meja samping kasur. Ia keluar, ingin memakan cemilan.

"Eh! Gue mau cuci piring!" Javas segera menuju dapur ketika melihat Jericho mulai menggosok salah satu piring.

"Kaget."

"Gue aja nanti." Jericho membilas satu piring itu lalu pergi dari dapur.

"Nanti jadi buka bareng?" Javas agak berteriak, melihat Jericho yang sudah hampir sampai ke ruang tv.

"Boleh deh."

Javas tersenyum. Ia mulai mencuci piring, mengesampingkan mengambil cemilannya.


15.00, jam yang di tunggu-tunggu akhirnya datang. Waktunya membuka pengumuman snmptn.

"Suit." Javas dan Jericho suit untuk menentukan siapa yang akan dibuka duluan pengumumannya. Dan ternyata yang kalah Javas. Akhirnya, Javas terlebih dahulu.

Distance [JEJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang