C H A P T E R #11

2.3K 124 4
                                    

12:30

Rion terbangun dan mendapati dirinya berada di tempat tidurnya tubuhnya terasa sakit sekujur badan bahkan pantatnya... argh rasanya ingin menghilang saja

mengingat bagaimana bekas luka di tubuhnya membuatnya menangis pilu, malu

bukan ini yang ia inginkan dalam hidupnya, kiranya hidup disini dan bekerja sebagai pembantu di rumah Lizard—orang yang menyekapnya namun kemudian menyembuhkan dirinya bisa sedikit merubah hidupnya, di tambah ia yang sudah nyaman dengan orang disini membuatnya berpikir demikian, 'dulu'

Rion hanya terbaring, tak mampu berdiri rasanya terlalu sakit untuk dibawa berdiri, rasanya seperti remuk

"sudah bangun?" suara merdu Seilla mengalihkan pandangan Rion

"kakak" suara kesakitan itu menjawab Seilla

"apa yang terjadi?"

"semuanya menjijikan bagiku kak" ucap Rion

Seilla hanya bisa memeluk Rion yang kembali terisak

"kak"

"iya sayang?"

"aku ingin pulang?"

"pulang kemana? jangan berpikir untuk pulang kepada tuhan"

Rion terkekeh mendengar nada panik Seilla

"tidak, aku akan mencari bundaku"

"bunda?" Seilla bingung

"aku akan mencari bunda yang merawatku dulu atau jika tidak, aku ingin menjauh dari sini kak...aku takut" isak Rion

"iya...iya, kakak tau kamu pasti ketakutan akan hal itu...

tenanglah, kakak akan membantu mu keluar jika kakak bisa"

"terimakasih kak"

Seilla mengusap surai lembut milik Rion walau di sana terdapat perban kepala



























namun disisi lain, Lizard menyunggingkan senyum seraya menatap layar iPad nya yang menunjukan dua insan yang sedang berpelukan itu

ya... keduanya di awasi dari sejak Seilla menemukan Rion berada di kamar Lizard dan kamar tuannya itu sangatlah berantakan, ada pecahan gelas, darah baju robek dan









bau sperma tentunya












"ahhh, sungguh malam yang indah, tapi sayang jika hanya aku yang bersuara, akan indah jika kau—Rion, ikut bersuara di bawahku" monolog Lizard yang sedang bersandar nyaman di kursi kejayaannya

membayangkan bagaimana bisa dirinya lebih menikmati bersama seorang pria yang bahkan belum ada genap berumur 20 tahun

sungguh gila, apa dirinya bisa di bilang pedofil?

ah tentu saja tidak, mungkin




Menjelang malam, Rion menjadi sangat khawatir walau ini baru jam 8 malam, tubuhnya masih terasa remuk, sakit dan malu tentunya

seharian bekerja di rumah, Rion menggunakan pakaian yang cukup tebal agar tidak menerawang dan menutupi lehernya. Jalan menjadi sedikit tak biasa 'awalnya' tapi lama-kelamaan itu membaik

"kak" panggil Rion pada Seilla

"ya Rion?" balas Seilla tanpa menatap balik Rion karena sedang sibuk membersihkan dapur

"aku takut" cicit Rion

Seilla menghentikan kegiatannya dan beralih memeluk Rion erat penuh kasih sayang

MR. CRAZY |Harukyu|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang