1

1.6K 66 7
                                    

Ting.. Ting..Ting

Suara bel membisingkan sekolah yang membuat murid-muridnya melepaskan diri dari penjara yang disebut sekolah ini. Tidak berbeda dengan sosok dingin dengan tatapan tajam satu ini. Dia siap melangkahkan kaki  keluar kelas dengan ransel yang dipundakkannya di pundak sebelah kanan.

"Woy!!! Lu ga lupa kan?". Sapa sosok tinggi berambut mullet.
Sosok yang disapa lekas beranjak tanpa menoleh ke arah lelaki tinggi tersebut.

"Aishh.. Yakk Choi San Kak Hongjoong bilang jangan sampai telat. Target udah ditangkap, kita cuman disuruh ke sana doang kok". Ucapnya lagi sambil menyamakan langkahnya dengan San.

"Tinggal ke sana doang, pake bacot segala". Ucap San dengan nada rendah.

Lelaki tinggi tersebut hanya mendengus kesal.

















∆∆∆

"Lalalala lalalala Break down"
"Lalalala lalalala Break down"

Senandung sosok mungil sambil menggoyangkan kaki dan pinggulnya.

Sosok lain menatap kesal ke arah cowok mungil yang sedari tadi sedang menari kecil tersebut.

"Lu lama-lama udah kayak biduan kalo joget gituan". Sindir sosok yang sedari tadi menatap kesal.

Cowok mungil tersebut tercengir menatap ke arah sosok itu.

"Hehe maap maap habisnya kesenengan sih bisa dapet juara nyanyi padahal cuma gabut ikut gituan". Ucapnya sambil merapikan barang yang dia bawa. Sebenarnya gak banyak, cuma ransel, gitar, sama jaket kesayangannya.

"Hahhh yaudahlah gini amat temenan ama dedemit". Gumamnya sengaja dikerasin biar si uyoung denger.

Wooyoung cuma ngangguk-ngangguk aja sambil memakai jaketnya meladeni temennya itu.

"Lu ngajak gw bolos jam terakhir cuma mau ngasih kabar kalo lo menang nyanyi?". Tanya temannya lagi.

Yaa. Sekarang mereka sedang ada di ruang olahraga. Sengaja bolos karena uyong merengek gamau belajar. Katanya si males. Sedangkan si teman cuma mau rehat bentaran karena sehabis pulang sekolah langsung ke tempat les biola.

Plakk..
Satu geplakan dari wooyoung ke kepala temannya.

"Awww young-ah"

Wooyoung cuma terkekeh santai
"Mayan uangnyaa Sang, mau gw traktir ayam goleng gak?"

Yeosang termangu sesaat ketika wooyoung menyebut kata ayam goreng. Yapp.. Yeosang fanboy no 1 ayam goreng. Motto hidupnya No ayam goreng no life!!. Terserah dia aja.

"Tapi gw ada les biola habis ini". Jelas yeosang.

"Sabarr.. Nanti gw jemput ke tempat les lu kalo lu dah kelar".

Ting.. Ting..Ting

"Ahh udah bel aja. Supir gw udah nunggu kayaknyaa. Gw duluan ya young".

Wooyoung cuma ngangguk sambil menggendong ransel gitarnya lalu mengikuti yeosang yang sudah duluan keluar gedung olahraga.

















Wooyoung melangkahkan kaki ke belakang gerbang sekolah. Dia sengaja memilih jalan belakang karena gamau pulang dengan supir suruhan ayahnya. Katanya ribet. Hidupnya terlalu monoton kalau mengikuti semua kemauan ayahnya. Sedangkan ini adalah hidupnya bukan hidup ayahnya, kenapa dia harus hidup berdasarkan kemauan ayahnya. Sebenarnya wooyoung hidup dengan keluarga yang sukses. Ayahnya seorang pengusaha terkenal, dan Ibunya seorang dokter ternama. Karena keluarganya yang sukses, wooyoung juga dituntut untuk mewarisi segala kesuksesan keluarganya. Wooyoung diminta sang Ayah belajar tentang bisnis perusahaan ayahnya. Namun wooyoung lebih tertarik dengan musik. Karena itu, keluarganya mengekang wooyoung dengan beragam hal yang wooyoung sukai.

Jalanan belakang sekolah lumayan sepi dan damai. Banyak gang-gang kecil dengan perumahan yang rapat namun mayoritasnya kosong entah kenapa. Wooyoung bersenandung kecil sambil menari-nari kecil yang membuat rambut panjang terikatnya bergoyang.

"Ampuuun.. Tolong"

"APAA?? Ampun? Mana kartu lu siniin".

Hahahahhaha

"Udah woy dia takut tuh hahahahaa"

"Hahaa mayan bre, gold nih cuyy"

"Kaya juga ni anak yaa. Pesta alkohol banget ntar malam"

"Hahaha dia nangis tuh, San ikut pukul dong jangan nyenderin tembok doang dari tadi".

Samar-samar wooyoung mendengar percakapan orang-orang dan isakan tangis dari salah satu lorong yang tersembunyi dibalik gang-gang kecil. Dengan hati yang tak terlalu mantap wooyoung menekatkan diri mendekati lorong tersebut.

HIKSSS.. Hiksss

Suara tangis yang semakin jelas.

Hahaha.. HAHAHAHAA....

Suara tawa yang semakin kencang.

Wooyoung melirik sedikit ke arah sumber suara. Wooyoung mengintip dari balik lorong.
Benar saja dugaannya. Seorang lelaki meringkuk di tanah dikelilingi lelaki-lelaki lain yang masih lengkap dengan seragam sekolah yang sama dengannya.

PLAKKK

BRUUKK

Tertangkaplah sosok bermata tajam dengan wajah dingin meninju lelaki yang kelihatannya sudah lemah tersebut membuatnya semakin tak berdaya di tanah.

Di tengah terpakunya wooyoung, Sosok tersebut menoleh ke arah wooyoung yang notabenenya bukanlah orang yang diharapkan ada di sana. Mata mereka bertemu. Wooyoung yang menatapnya geram sedangkan sosok tersebut hanya menajamkan tatapannya diiringi dengan smirk khasnya.

Wooyoung melangkahkan kakinya mendekati kerumunan tersebut Menghiraukan segala pertanyaan dan makian yang dilontarkan oleh orang-orang disekitarnya. Di sana lah matanya terbelalak melihat sosok yang lebih muda tergeletak penuh memar dan darah. Dengan cepat ia mengangkat tubuh lemah tersebut dan menggendong sosok tersebut meninggalkan kerumunan tersebut tak peduli lagi dengan gitar kesayangannya.

"Apaan dia? Sok jadi pahlawan? Kejar aja skuy". Ucap mingi, Cowok berambut mullet.

"Gw udah ga peduli, toh kartunya juga udah di kita". Lanjut Hongjoong.

"Ahh Kak Hongjoong gaasik padahal mayan buat mainan baru". Rengek yang lain pada Hongjoong.

Sedangkan sosok dingin itu masih menatap ke arah sosok yang sudah menghilang tersebut. Di liriknya ransel gitar yang tergeletak menggantikan sosok lemah tadi. Sudut bibirnya tiba-tiba terangkat.

"Dia mainan gw sekarang". Ucapnya sambil membopong ransel gitar yang tadi tergeletak.

Ucapan dan perilaku San mengundang tatapa. heran dari yang lainnya.

" Sejak kapan lu tertarik punya mainan?" Tanya Hongjoong.

San menoleh kembali dengan tatapan tajamnya.
"Dari sekarang". Jawabnya finish.
Lalu beranjak meninggalkan semuanya.












Acieeee si San

Maaf yaa kalau ga bagus

[√] His Smile | SanWooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang