Sama-sama menyandang status sebagai berandalan sekolah tapi tidak saling mengenal satu sama lain..
San yang terkenal sadis dan pembully sedangkan wooyoung yang hidup mengikuti kemauannya sendiri.
"Boleh gw gabung?"
..
"Gw gasuka pembully"
bxb‼
! To...
Sampailah mereka di kediaman San. Wooyoung benar-benar terkejut saat ini. Tak menyangka San tinggal di kawasan seperti ini. Benar-benar suram? Pikirnya. Mereka masuk ke dalam rumah yang benar-benar sempit itu. Tak ada ruang tamu, hanya ruangan persegi sempit. Wooyoung mendudukkan diri di kasur sempit San. Walaupun terkesan kumuh namun di sini benar-benar bersih. San pintar merawat kebersihan rumahnya. Wooyoung lihat San yang sedang mengambilkan ransel gitarnya.
"Nih gitar lu, cek dulu". Ucap San.
Wooyoung langsung membuka ranselnya dan mengeluarkan gitar kesayangannya. San hanya terkekeh melihat senyuman mengambang dari Wooyoung di tengah kegiatannya. Tak mau mengganggu itu San memilih membersihkan dirinya di kamar mandi. Sedangkan Wooyoung memetik senar-senar gitar tersebut dengan jari-jari mungilnya. Bibirnya tak berhenti tersenyum. Alunan musik indah beriringan dengan suara lembut terdengar di ruangan kecil tersebut. San pun keluar dari kamar mandi beriringan dengan berhentinya kegiatan Wooyoung. Mata mereka bertatapan. Rambut basah San. Bibir pink Wooyoung. Itu lah yang mereka pikirkan masing-masing.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keduanya saling diam. Mengingat ciuman pertama mereka di atap waktu itu. Rasa malu menguasai diri Wooyoung. San pun tak kalah kaku, jantungnya berdetak cepat. Canggung menguasai keduanya. San berdeham memecah keheningan.
"Mau balik sekarang lu?". Tanya San.
Wooyoung hanya mengangguk, namun masih diam di tempat. Melihat itu, San menghampirinya dan duduk di pinggir ranjangnya bersebelahan dengan Wooyoung.
"Kenapa?". Tanyanya lagi melihat Wooyoung menundukkan kepalanya.
Wooyoung mengangkat kepalanya menatap San. Hangat, itu yang dia rasakan. Jantungnya benar-benar tak bisa diam sekarang. Wooyoung hanya takut San mendengarnya. Dia semakin gugup ketika San yang semakin mengikis jarak di antara mereka. Sampailah hidung San yang menyentuh hidung mancungnya. Hembusan nafas San dapat ia rasakan.
"Bisa kita lakuin lagi?". Tanya San dengan suara rendah namun terdengar sangat lembut.
Tanpa pikir panjang Woo mengangguk, lantas San langsung mengecup bibir pink yang sedari tadi ia inginkan. Wooyoung pun membalasnya dengan lumatan halus.