7

709 38 6
                                    

"Wooyoung?".

Yunho terdiam karena merasa tak asing dengan nama Wooyoung. Tak mungkin Wooyoung yang akan bertunangan dengannya bukan?

"Wooyoung siapa Kak?". Tanya Yunho penasaran.

"Teman les bahasa inggris gw dulu Yun, lu pernah denger gw cerita ada dua anak smp lucu yang ikut les di sana bareng gw kan? Nah Wooyoung salah satu dari anak itu". Jawab Seonghwa.

Ah sepertinya bukan Wooyoung yang dia kenal pikir Yunho. Lagian yang memakai nama Wooyoung juga bukan dia seorang kan?

"Btw habis ini lu mau ke mana?". Ini Seonghwa yang bertanya.

"Rumah calon istri Kak". Ucap Yunho sembari menyeringai.

∆∆∆

Wooyoung bener-bener dengerin kata Yeosang yang menyuruh dia pulang ke rumahnya. Bukan bersama Bodyguard. Dia maksa salah satu teman sekelasnya untuk nebeng sampai di lampu merah, sisanya dia jalan sendiri. Niatnya cuma ngehindari bodyguard papanya. Dia mampir ke apart Seonghwa untuk menulis surat pada Seonghwa. Padahal tinggal chat doang bisa tapi Uyong kan masih berasa tinggal di jaman siti nurbaya. Dia menuliskan beberapa tulisan mulai dari permintaan maaf sampai ucapan terimakasih di sebuah notestiker menempelkannya di pintu kulkas. Selain itu ia juga membelikan Seonghwa beberapa keperluan dia di dapur seperti mie instan, buah dan minuman sehat. Niatnya mau ganti yang selama ini ia makan disana. Setelah cukup ia pun membereskan benda yang ia bawa dan pergi dari apart Seonghwa.

Malam itu akhirnya Wooyoung benar-benar pulang ke rumahnya. Sudah berapa ia tak pulang ke rumah pikirnya ketika melihat sebuah mobil asing yang terparkir di parkirannya. Ia pun masuk ke dalam rumah yang penuh dengan penjagaan tersebut. Semua pelayannya menyambutnya hangat. Akhirnya ia sampai di ruang tamu, namun ia merasakan ada hal yang tak enak ketika melihat dua orang paruh baya selain papa dan mamanya. Selain itu ada seorang lelaki muda lain yang sepertinya umurnya tak berbeda jauh dengannya. Mereka semua tersenyum kearah Wooyoung. Wooyoung dengan canggung membalas senyum tersebut dan ikut duduk bersama di samping mamanya ketika Papanya mengisyaratkan untuk duduk.

"Wooyoungie?". Tanya wanita paruh baya yang ada di hadapannya dengan senyum hangat.

"Eh?". Sontak Wooyoung terkaget dengan sapaannya.

"Liatkan Pah Wooyoung jadi semakin manis sekarang sangat cocok untuk Yunho". Ucapnya lagi.

Wooyoung semakin mengerutkan alisnya mendengar itu. Mamanya langsung mengelus pundak Wooyoung dengan lembut.

"Kamu akan bertunangan dengan Yunho sayang.. Lihat mereka Tuan Jeong dan Nyonya Jeong. Dan dia Tuan Muda Jeong". Ucap mamanya sembari menunjuk ketiga orang di hadapannya. Wooyoung tentu kaget tak terbendung lagi. Apa? Tunangan? Bahkan ia baru pulang ke rumah tapi apa yang ia dapatkan? Jadi ini alasan Papanya terus menghubunginya. Dia tau kalau Papanya melakukan ini semua agar Wooyoung mau menuruti semua keinginan Papanya. Ia melihat ke arah Yunho yang dari tadi sepertinya menatap kagum dirinya.

"Bisa ngomong bentar?". Tanya Yunho.

"Hm". Jawab Wooyoung dengan tatapan tak suka.

Akhirnya mereka pergi ke halaman belakang dan duduk di gazebo yang ada di sana. Hanya Yunho yang duduk karena Wooyoung tak mau karena gamau deket sama Yunho.

"Mau ngomong apaan?". Tanya Wooyoung ketus.

"Kamu tau kan kalau kita sama-sama gabisa nolak perjodohan ini". Ucap Yunho.

Wooyoung langsung menatap Yunho tajam karena sedari tadi ia cuma.menatap langit doang.

"Anjing.. Kata siapa gabisa hah? Gw buktiin kalo kita gabakal nikah". Jawab Wooyoung langsung pergi meninggalkan Yunho. Yunho cuma menampilkan smirknya. Di sisi lain Wooyoung pun sama. Dia punya rencana untuk membatalkan pertunangannya.

∆∆∆

San sedang berada di minimarket membeli beberapa kaleng bir. Bukan karena ada teman yang datang, ia hanya perlu menenangkan pikirannya sekarang. Setidaknya untuk malam ini. Ia berjalan dengan gontai dalam perjalanannya pulangnya. San ga mabuk kok, cuma lesu aja karena dia belum minum bir yang ia beli. Jalanan arah rumahnya benar-benar gelap, wajar banyak pemabuk yang tinggal di sini. San masuk ke dalam pekarangan rumahnya yang penuh rerongsokkan. Namun, tertangkaplah sosok manis yang duduk menekuk lututnya menenggelamkan kepalanya dilututnya. Kenapa dia ada disini? Apa dia akan menuntut kesalahannya?. San pun mendekati sosok tersebut dan menepuk pelan pundaknya.

"Youngie?". Sapa San.

Wooyoung pun mendongak menampilkan mata sembab dan langsung memeluk San erat. Tentu San terkejut, ada apa dengan Wooyoung pikirnya.

"San". Sapa Wooyoung dengan suara serak tanpa melepaskan pelukannya.

San menunduk menatap pucuk kepala yang tengah berada di dadanya.

"Ada apa?". Tanya San lembut.

"Gimana kalau kita ulangin lagi kesalahan kemarin?". Ucap Wooyoung.

Gimana kalau kita ulangin lagi kesalahan kemarin?

.

.

.

.

//

Maaf baru up sekarang karena kesibukan kerjaaa :'))))

Maklumin kalau rada gaje

Mau mimin masukin 18+nya gak???

Btw komen yaa

Btw komen yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[√] His Smile | SanWooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang