8

689 36 2
                                    

Gajadi bikin 18+ ah
Mau dibikin book rate aman aja :'))))

______________________________________________________


"Mengulangi lagi?". Tanya San yang sudah ke berapa kali karena ia benar-benar ingin memastikan. Namun jawaban dari Wooyoung selalu saja mengangguk. Ahh apa lagi sih sekarang?.

"Lu yakin?". Tanya San lagi. Mereka sudah ada di ruang tengah yang berujung San yang membuatkan ramyeon untuk Wooyoung karena dilihat dari segimana pun sosok lebih kecil ini memang terlihat kelaparan?. Tentu San tetap meminum bir yang ia beli apalagi ketika mendengar Wooyoung untuk menyetubuhinya lagi benar-benar membuatnya semakin kalut. Tak habis pikir. Sedangkan Wooyoung, ahhh apa dia benar dengan keputusannya itu? Wajahnya benar-benar yakin walaupun ada raut takut di sana.

"Gue gabisa". Tolak San akhirnya setelah berpikir panjang.

Terdengar Wooyoung cuma menghela nafasnya.

"Yaudah sorry ya ganggu lo malem malem gini, pikiran gua lagi kacau aja karena tiba-tiba dijodohin sama papa gua".

"Emang lo ga sependapat ya sama ortu lo?". Tanya San penasaran.

"Gak lah, gua gasuka diatur apalagi soal pasangan gua".

"Padahal gua cukup iri sama kehidupan lo yang serba terpenuhi".

"Ya lo gatau aja beban jadi anak orang terpandang gimana, salah dikit bikin geger dunia. Males banget gua".

"Ehh malah jadi keterusan curhatnya". Lanjutnya lagi.

San hanya tersenyum memberi respon pada keluh kesah Wooyoung. Rasanya nyaman ketika ada orang lain selain dirinya berada di sini.

"Mm soal temen lo yang dulu gue minta maaf ya". Kata San tiba-tiba.

"Ah Jongho ya? Lo bisa minta maaf sama dia lain kali. Oh yaa lo orangnya asik juga ya ga yang kek gua bayangin sebelumnya".

San mengerutkan alisnya. "Sebelumnya? Emang lo mikir gue gimana?".

"Gua kira lo orangnya temperamen haha".

San tertawa kecil, matanya tak teralihkan pada sosok yang lebih kecil yang sedang tersenyum tersebut. Indah. Baru kali ini ia merasakan seperti ada gejolak di dalam dirinya.

"Hm Woo". Panggil San setelah cukup lama mengamati keindahan di depannya.

"Hm?". Sahut Wooyoung.

"Maaf ya rumah gue kayak gini pasti beda banget sama lingkungan lo". Ucapnya sambil menunduk.

Wooyoung langsung tertawa. "Eh ada ada aja sih malah mikirin itu. Gua juga jarang pulang jadi kurang tau gimana lingkungan gua. Yang gua tau di sana cuma bikin gua sakit hati doang". Jelasnya sambil terkekeh.

Malam ini keduanya bercerita tentang kehidupan masing-masing yang selama ini mereka lalui. Tak sadar jika Wooyoung sudah berada di dalam dekapan San dengan tangan San yang mengelus surai hitam-karamelnya. Mereka tertidur pulas dengan alunan deru nafas masing-masing.

∆∆∆

"Dah lah Woo gua mau jadi ikan aja kalo gini. Kemarin lo cerita habis nganu sekarang lo bilang dijodohin. Dramatis amat ya hidup lo". Yeosang udah ga ketolong lagi stressnya.

"Ya gimana dong?". Wooyoung cuma bisa mendecak sambil mempoutkan bibirnya.

Lalu atensinya teralih ketika melihat San yang sedang meneteng ranselnya di lapangan. Mereka lagi nangkring di bangku pinggir lapangan btw.

"Eh SAN". Sapa Wooyoung dengan senyum manisnya.

Yeosang terheran-heran dan memutar matanya malas.

"Lah nih apaan senyum-senyum gitu manggilnya? Tumben banget". Sapa Yeosang yang dibalas tatapan tajam dari Uyoung.

San yang merasa terpanggil langsung menoleh pada sumber suara. Senyumnya mengambang melihat sosok manis yang sedang tersenyum itu padanya sampai matanya menyipit.

"Hai Woo". Jawab San setelah mendekat.

"Mau kemana?". Tanya Wooyoung.

"Restoran".

"Eh ngapain?".

"Kerja".

"Lo kerja?". Wooyoung kaget.

"Hm emang kerja lo aja yang gatau". Ucap San sambil terkekeh melihat mata Wooyoung yang membulat.

"Tapi kan ini masih sekolah".

"Tiba-tiba dikabarin waktu kerjanya dimajuin, mau gimana lagi. Dah ya Woo gue duluan". Ucap San meninggalkan mereka berdua.

Yeosang hanya menatap keduanya bergantian. Bisa-bisanya dua anak adam ini melakukan itu padahal mereka ga mengenal satu sama lain.

"Sang". Panggil Wooyoung.

"Mm paan".

"Mau bolos jugaa". Ucapnya lebih terdengar seperti rengekan.

"Gaboleh". Ucap Yeosang final.

"Sang". Panggilnya lagi.

"Paan sih".

"Mau punya apart sendiri".

"Ya beli".

"Gimana? Nanti ketauan".

"Minta tolong Kak Seonghwa lah".

"Masih takut sama Kak Hwa".

Yeosang hanya bisa ngucap dalam hati sambil memaki sahabat kecilnya ini.


.

.

.

.

.

.

//

//

//

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[√] His Smile | SanWooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang