SH

64 15 1
                                    

.
.
.

Kalimat mungkin bisa mewakilkan setiap perasaan yang tersimpan di hati. Termasuk juga rasa ingin memiliki tapi belum juga terjadi. Bahkan diri ini sudah termakan rasa cemburu yang sudah meledak. Tapi belum ada status jelas diantara dua orang ini.

Mereka bertujuh sudah sampai di panti asuhan itu. Di saat itu acara sudah selesai, hanya tersisa obrolan ringan antara pengurus panti, maupun donatur panti yang di undang. Mela dan Daniel juga sedang bersantai ria bersama anak anak. Mereka seperti sepasang kekasih, saling tersenyum bahagia. Mata Dilan sudah seperti bara api panas, tajam dan ingin membunuh orang.

"Mela." Hoba mencegah pertumpahan darah yang mungkin saja akan terjadi.

Mela yang mendengar panggilan itu pun kaget, kenapa mereka bertujuh bisa sampai disini ? Sedang Daniel hanya melihat sekilas, pasti akan ada adegan melebihi drama india setelah ini.

"Kalian kog kesini ?" Mela bukan tak suka, hanya saja ini seperti bukan harapannya. Maksudnya ya kan Mela ngga mengundang mereka, dan tiba tiba ada itu agak gimana gitu.

"Oh mau sama dia terus." Dilan sudah tak bisa menahan emosi di dalam hati.

"Maksud mu gimana ?" Mela tahu Dilan masih marah bahkan aura gelap sangat terasa pada pria ini.

"Udah udah Di ngga enak dilihatin banyak orang." Jeje benar benar sangat tidak ingin ada masalah, apalagi ini banyak anak anak panti.

"Kalian berdua ngomong berdua aja sana, diperjelas hubungannya." Untuk pertama kalinya Yoga bersuara panjang. Dirinya merasa dua orang ini saling sayang, hanya saja satu orang yang berjuang.

"Iya sana kalian ngomong sana." Jeje juga setuju itu, dari pada dilihatin banyak orang ini.

Mela melihat Dilan yang diam saja, sepertinya memang perlu waktu untuk bicara berdua. Mela berjalan, menarik tangan Dilan menjauh ke sisi samping panti yang lebih sepi.

Daniel melihat dua orang ini dari awal sudah tahu mereka pasti punya perasaan yang sama. Dilan jangan ditanya lagi, dia benar benar jatuh cinta dengan Mela. Tapi Mela gadis itu cukup sulit untuk kata mencintai. Bisa dilihat kan hubungannya dengan Mela itu tak memiliki status pacaran tapi dirinya sangat dekat gadis itu. Jadi Daniel tahu rasanya jadi Dilan, walaupun sekarang masih ada rasa dengan Mela, tapi tak sedalam dulu. Hanya sekedar sayang sebagai sahabat mungkin.

Mela dan Dilan masih saling mendiami, menyadarkan diri masing masing untuk lebih tenang. Agar tidak ada emosi yang meledak.

"Dilan." Mela tahu perasaan jelas Dilan untuknya. Apa dirinya terlalu egois ya, menahan pria ini ? Sedang dirinya belum bisa memberi kepastian.

"Maaf aku selalu membuat kamu cemburu. Maaf atas sikap ku yang membuat mu terluka." Mela tak bisa lagi menahan rasa sesalnya untuk pria ini. Tapi dirinya juga tak ingin memaksakan hati untuk membalas perasaan pria ini secara cepat. Walaupun tak dipungkiri dirinya tersentuh dengan ketulusan Dilan selama ini.

"Mela." Bukan ini yang ingin Dilan dengar. Dia ingin gadis ini mengangapnya ada.

"Aku benar benar cinta kamu Mel, aku sendiri sudah tak bisa menahan perasaan ini yang semakin besar. Aku harus apa sekarang Mel ?" Dilan sudah merasa frustasi sendiri. Meyakinkan seorang Mela ternyata susah sekali.

"Aku bingung Di, aku ngga yakin." Mela akhirnya jujur, dirinya belum pernah memiliki hubungan dengan pria. Biasanya hanya teman biasa walaupun sedikit mesra.

"Apa yang kamu takutkan Mel ?" Dilan mulai melunak, melihat Mela yang tak terbiasa dengan sebuah hubungan. Pasti banyak kekhawatiran di dalam benak gadis ini.

SHADOW (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang