DOW

58 16 2
                                    

.
.
.

Waktu berlalu semakin cepat, ternyata hubungan Dilan dan Mela sudah berjalan selama enam bulan. Mereka sudah berdamai dengan keadaan. Memang ada saatnya Dilan dan Mela mengalami situasi sulit, seperti sebelumnya. Namun mereka mulai paham situasi sulit harus diselesaikan dengan pikiran yang dingin tanpa emosi. Hingga akhirnya mereka mulai saling terbuka dengan kondisi hati yang sebenarnya dirasakan.

Mela merasa semakin nyaman dengan Dilan, bahkan jika pria itu sibuk, dirinya mulai merasa kehilangan. Ujian akhir sekolah mulai mendekat, itu artinya mereka sebentar lagi akan lulus SMA. Tak pernah terpikirkan oleh Mela akan melalui masa masa SMA yang cukup menyenangkan.

Bagaimana dengan masa depannya ? Apa dirinya akan segera menikah dengan Dilan ? Pertanyaan itu selalu berputar dikepala Mela akhir akhir ini. Dirinya memiliki impian yang memang harus dicapai. Tapi apa dirinya bisa jika berjauhan dengan Dilan.

"Memikirkan aku kan." Suara Dilan yang terlalu percaya diri sekali, membuat Mela terkekeh geli, sungguh berbeda memang jika memiliki tunangan seperti Dilan.

"Mungkin iya, mungkin tidak." Mela tak ingin menyangkal itu, tapi menggoda Dilan lebih menyenangkan.

" Mela tak ingin menyangkal itu, tapi menggoda Dilan lebih menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang ku." Tuh kan mulai Dilan beraksi.

"Apa ?" Mela mungkin sudah terbiasa dengan sikap Dilan yang manja sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ?" Mela mungkin sudah terbiasa dengan sikap Dilan yang manja sekali. Walaupun ada manis manisnya sedikit.

"Tatap mata aku sayang." Dilan akan selalu membuat Mela menjadi deg deg an sendiri.

"Mungkin aku bukan sosok pria paling baik di dunia ini. Tapi yakinlah hanya aku pria yang tepat bersama mu. Karena aku akan membuat mu menjadi satu satunya ratu di hati ku." Gombalan Dilan memang bisa membuat Mela tak bisa berkutik.

"Jika aku memilih pria lain bagaimana ?" Mela memang selalu punya cara untuk membuat Dilan harus ekstra sabar.

"Sebelum itu terjadi, kita akan menikah lebih dahulu." Dilan tak akan memberi celah bagi pelakor diluar sana untuk mendapatkan miliknya.

Mela tersenyum mendengar keseriusan seorang Dilan. Mela menghela nafas panjang, sepertinya dirinya harus bicara serius kali ini.

"Di, kalo aku kuliah ke Inggris gimana ?" Akhirnya Mela mengutarakan isi kepalanya.

"Aku akan ikut bersama mu sayang. Aku juga bisa kuliah disana dan juga kerja disana." Dilan tak ingin jauh dari Mela, jadi LDR bukan solusi bagus. Apalagi perusahaan Megantara juga ada di Inggris jadi bisa lah.

Mela termenung dengan jawaban Dilan, dirinya sangat beruntung bukan. Dilan memberikan segalanya untuk dirinya, bahkan hidup Dilan hanya berporos untuk dirinya. Tapi apa Dilan bahagia ?

"Kamu ngga apa apa ikut aku ? Maksud ku apa kamu ngga punya impian sendiri." Mela tak ingin menjadi beban Dilan untuk mencapai tujuannya. Karena bisa saja Mela menjadi penghalang jalan Dilan menjadi orang sukses.

"Impian ku itu menjadikan mu sebagai istri dan ibu dari anak anak ku. Jadi jangan terlalu berpikir tentang aku, karena nyatanya kita bisa jalan bersama." Lagi lagi Dilan membuat Mela tak bisa berkata kata. Perasaan yang mungkin ditahan langsung ingin keluar begitu saja.

"Di, makasih ya, aku cinta kamu." Mela tak bisa menahan untuk mengatakan itu.

Dilan tentu menyambut pernyataan Mela dengan detak jantung yang berdebar.
"Aku lebih mencintaimu sayang." Dilan memeluk Mela erat. Harapan mereka adalah hidup bahagia hingga akhir hayat.

.
.
.

Minggu ini adalah penentu kelulusan mereka. Suasana Smaga terasa hening karena kelas 12 melaksanakan ujian akhir sekolah. Tiga hari sudah dilalui mereka dengan sangat mudah, hanya tinggal satu hari ini. Jadi mereka bertambah semangat untuk menyelesaikan ujian ini.

Pukul 11.30 WIB terdengar bell tanda akhir ujian. Semua siswa mulai berhamburan keluar, tak terkecuali Dilan dan kawan kawan. Mereka saling bertos ria, merasa bahagia akhirnya selesai juga masa SMA mereka.

"Kemana kita hari ini ?" Hoba sangat tak sabar untuk bersenang senang.

"Terserah aja si, ngikut gue." Jeje sebagai manusia pengikut, selalu seperti itu.

"Di, gimana ?" Semua mata tertuju pada Dilan, karena biasanya pria itu menentukan tujuannya.

"Ke villa gue aja gimana ?" Dilan berpikir tempat yang nyaman dan bebas untuk ngapain aja.

"Boleh banget, berangkat nanti sore ?" Jimi semangat empat lima kalo berlibur seperti ini.

"Bawa orang lain boleh ?" Kali ini suara Hoba kembali terdengar.

"Bawa aja, biar rame tapi harus tertib." Jeje ingin membawa seseorang.

"Halah, emang punya gandengan." Kali ini Yoga unjuk suara dan sangat menusuk hati para jombloan.

"Bawa pacar orang juga bisa." Tiko hanya becanda, tapi ditatap intens semua orang.

"Pacarnya siapa ? Ngga usah bikin huru hara." Joni sebagai penengah selalu mengingatkan mereka jika sudah ingin berbelok.

"Jam 4 gue tunggu di rumah. Bawa siapa aja asal tanggung jawab sendiri sendiri." Dilan mulai melangkah pergi, karena sudah ditunggu Mela di parkiran.

Mereka pun mengikuti Dilan ke arah parkiran. Ternyata masa mereka untuk bertemu akan berlalu begitu cepat. Karena sebentar lagi, mereka akan sibuk dengan prioritas masing masing. Jadi mereka ingin menikmati waktu yang ada.

"Melaa." Hoba seperti biasa menyapa riang Mela.

"Eh Hoba." Mela tersenyum menyambut sapaan pria riang itu.

"Tambah cantik aja lo." Jeje melihat Mela semakin berbeda.

"Makasih, jangan lupa transferannya." Mela melakukan kedip mata pada Jeje. Tentu itu membuat semua orang kaget, ternyata Mela bisa mengimbangi gaya bercandanya Jeje.

"Sayang." Dilan tahu Mela juga becanda. Tapi rasanya sebal jika melihat gadisnya menanggapi pria lain.

Kata sayang dari Dilan itu sedikit membuat Tiko tak nyaman. Apa dirinya beneran mulai suka sama Mela ? Apa dirinya perlu mebuktikan sesuatu ?

"Ayo pulang. Kita masih ada jadwal main ke villa." Dilan menarik Mela masuk ke mobilnya. Mela tak tahu ada rencana dadakan Dilan pun kaget. Tapi tetap menuruti pria ini.

Mobil Dilan mulai keluar dari prakiran sekolah, diikut mobil enam pria lainnya.
Di dalam mobil Mela menanti penjelasan Dilan. Tapi pria itu masih diam, hingga tahu Mela penasaran.

"Mereka ngajak keluar, jadi aku bilang aja ke villa, biar ngga ke bar." Karena Dilan sejujurnya trauma dengan tempat itu.

"Tumben ngga mau ke bar." Mela hanya menggoda Dilan, karena tempat itu membuat mereka berantem hampir semingguan.

Mela terkekeh geli, sedang Dilan mengusap rambut Mela gemas. Ternyata dicintai dan mencintai secara sederhana itu lebih menyenangkan. Tanpa perlu ribet, untuk memaksakan dia menjadi apa yang kita mau. Karena pada dasarnya cinta itu berawal dari perbedaan. Ketika ada perbedaan maka pasti akan ada saling melengkapi.

.
.
.

Ah, tinggal dua bab lagi..
Ada yang masih menunggu mereka bahagia ?

SHADOW (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang