AD

59 13 1
                                    

.
.
.

Terkejut, tentu saja terjadi jika ada hal yang tak pernah terpikirkan timbul begitu saja. Begitulah yang dialami keluarga Megantara. Ucapan Dilan kemarin malam membuat Ayah dan Bunda Dilan tak bisa berpikir tenang. Sejujurnya anak mereka itu pintar, tapi kenapa seperti ini. Masih diluar jangkauan Ayah dan Bunda. Apa saking pintarnya juga berpengaruh dalam hubungan dengan seorang gadis menjadi sat set seperti ini.

Sejujurnya baik tapi jika dilihat secara menyeluruh tentu saja memiliki banyak dampak. Apakah Dilan bisa menanggung itu ? Jika dilihat sikap anak mereka yang pecicilan itu. Ayah dan Bunda Dilan merasa pusing sendiri. Astaga kenapa mereka bisa memiliki anak seperti Dilan, unik sekali.

Flasback on

Makan malam keluarga Megantara seperti biasanya, hening tak ada pembahasan tertentu. Jika biasanya Ayah Megantara akan bersabda dari A ke Z untuk Dilan. Tapi akhir akhir ini Dilan bersikap baik, bahkan menjadi siswa yang taat aturan. Jadi tak ada masalah.

Namun jangan salah, karena setelah itu semua berubah. Dilan mulai bersuara,

"Ayah, Bunda besuk malam kalian ada waktu luang kan." Dilan kan sudah berjanji untuk melamar Mela.

"Ada apa ? Tumben nanya begitu." Ayah Megantara hanya merasa aneh dengan anaknya.

"Aku ingin ayah sama bunda melamarkan Mela untuk ku." Dilan bersuara dengan halus dan yakin. Ayah dan Bunda Megantara tentu saja kaget. Apa anaknya sudah semakin tak sadar ? Dilan masih terlalu muda untuk melamar seorang gadis.

"Maksudnya gimana ayah tak paham." Tak ada angin, tak ada hujan. Minta di lamarkan.

"Aku sudah berjanji dengan orang tua Mela yah. Aku ingin kalian melamar Mela untuk ku. Kami akan menikah setelah lulus SMA." Dilan mulai menjelaskan sesuai permintaan ayahnya.

Ayah Megantara memijat kepalanya yang tiba tiba pusing. Ternyata diamnya seorang Dilan akan menimbulkan masalah lain. Melamar anak gadis orang disaat masih sekolah. Itu tak salah jika memang mau mengikat kekasih hati. Tapi jangan terlalu tiba tiba, besuk harus dilamarkan. Kan mulai memunculkan praduga buruk.

"Kamu ngga hamil in Mela kan Di ?" Bunda akhirnya bersuara juga. Kekhawatiran yang tiba tiba saja muncul.

"Astaga Bunda, aku pria baik baik. Aku ingin melamar Mela supaya ada ikatan jelas, diketahui dan direstui orang tua. Jadi aku bertanggung jawab atas segala tindakan ku selanjutnya bersama Mela." Dilan kembali mengutarakan niatnya yang tulus, agar tak ada yang bisa menggoda Mela lagi tujuan lainnya.

"Kamu sudah memikirkan ke depannya ? Kalian masih muda lho Di, masih panjang jalan yang perlu kalian lewati. Jangan karena nafsu memiliki, jadi memaksa keadaan." Ayah Megantara ragu dengan keputusan Dilan. Karena dirinya pernah mengalami itu, tapi nyatanya takdir berubah.

"Ayah, bunda kalian cukup memberi restu dan dukung aku. Selanjutnya biar aku yang menangung apapun akibatnya. Jadi tolong lamarkan Mela untuk ku yah, bund." Dilan sudah benar benar yakin akan keputusannya. Jadi dirinya akan tetap maju, apapun resikonya.

Ayah dan Bunda Dilan saling beradu pandang, sulit sekali mengubah sifat keras kepala anaknya ini. Tapi mereka sejujurnya bangga dengan Dilan, berarti anak mereka sudah dewasa, bisa bertanggung jawab.

"Baiklah, kita akan melamar Mela untuk mu." Pada akhirnya ayah luluh juga. Walupun ntah ini keputusan yang benar atau tidak. Selama Dilan yakin pasti semua baik baik saja ke depannya.

"Terima kasih ayah dan bunda ku, sayang kalian." Dilan memeluk erat kedua orang tuanya.

Flashback of

SHADOW (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang