H

220 42 4
                                    

Malam itu suara hingar bingar musik semakin keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu suara hingar bingar musik semakin keras. Sebagian orang sudah mulai pulang mengingat angka jam digital cafe menunjukan 23.00 malam, hanya tersisa tujuh laki laki dan beberapa orang yang masih ingin nongki, termasuk Mela. Sejujurnya Mela ingin segera pergi karena ada jadwal lain lagi, tapi Mita masih ingin melihat tujuh pangeran tampan, padahal bagi Mela biasa aja.

Berbeda sisi dengan Mela yang hanya cuek dan menangapi Hoba. Dilan belum berani bicara banyak, ada rasa kaku dilidahnya ketika menatap Mela. Biasanya Dilan akan ramai sendiri tapi kali ini anteng sekali.

"Mel, pulang bareng gue ?" Hoba menawarkan diri mengingat mau tengah malam.

"Ngga perlu Hob, gue biasa pulang pagi juga." Mela juga suka main hingga pagi ke tempat yang bermanfaat.

"Astaga, gue kira lo anak rumahan Mel." Jimi ikut bersuara.

"Gue tinggal di apartemen sendiri, dari pada kesepian. Jadi ya gitu." Mela itu asyik diajak bicara kalo udah deket.

"Duh, anak apartemen. Daerah mana ?" Hoba itu pinter banget nyari info.

"Daerah Cendana, gedung A. Kalo mau main boleh." Mela beneran ramah banget.

"Anak pengusaha nih, apartemen di Cendana, Dilan juga punya di gedung A kan Di ?" Hoba mulai menjurus.

"Eh iya, unit ku di lantai sepuluh. Kamu lantai berapa ?" Dilan gugup jadi aku kamu, Hoba dan lainnya menahan ketawa melihat Dilan seperti ini.

"Beda satu lantai kita, aku di lantai sebelas." Mela ngga nyangka kalo selama ini tetanggaan dengan Dilan.

"Wah cocok kalo berangkat sekolah bisa bareng nih." Jimi mulai memanasi.

"Mau bareng Mel ?" Dilan mencoba mencari kesempatan.

"Em, kalo aku ngga ada acara boleh si." Mela mah terima aja kan enak juga.

"Jadi kapan aja kamu mau, kabari aku ya." Dilan mulai berani melihat wajah Mela.

"Ya boleh." Mela juga melihat wajah Dilan, ya lumayan sih tapi B aja.

"Pulang sekarang aja lah bro, udah jam dua belas ini." Jeje mengingatkan.

"Iya bener juga." Hoba melihat jam cepat sekali berlalu.

Mereka semua ke parkiran, menuju mobil masing masing. Niat awal Dilan pulang ke rumah, tapi karena Mela tinggal satu gedung apartemen dengannya jadi berubah pikiran, pulang ke apartemen aja kalo gini mah. Satu per satu mobil meninggalkan parkiran, tersisa Dilan dan Hoba.

"Semangat PDKT Di." Hoba teriak dari mobilnya.

"Thank you Hob." Dilan sangat berterima kasih dengan Hoba malam ini, membuka akses menuju cinta Mela.

Dilan mengikuti Mela, ternyata gadis itu naik mobil dengan kecepatan tinggi padahal ini jalanan sepi. Kenapa buru buru sih ? Ini bukan jalan menuju apartemen, mau kemana lagi tuh cewe ? Belok ke perumahan, mau ngapain sih ?

SHADOW (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang