OW

54 14 1
                                    

.
.
.

Suasana berbeda terlihat dari sepasang insan yang sudah bertunangan. Seperti biasanya adengan pagi hari Dilan menjemput Mela ke sekolah. Tapi hari ini Dilan lebih awal datang ke rumah Mela untuk sarapan bersama. Seperti keluarga cemara yang saling menyayangi, Dilan sudah di terima oleh Mahendra sebagai calon menantu. Semudah itu memang, karena om Rangga menceritakan segala kebaikan Dilan selama ini.

Mahendra awalnya ragu juga dengan sosok Dilan yang pecicilan dan kurang serius. Sebagai orang tua Mela, dirinya ingin sang anak mendapatkan pria yang baik. Tapi takdir memang tak bisa ditebak ternyata dibalik tampilan Dilan yang seperti brandalan terdapat sosok pria yang bisa menjaga Mela dengan sepenuh hati.

"Pi, Mi, Om kita berangkat ya." Mela mulai berpamitan, mencium pipi ketiganya secara berurutan. Sedang Dilan juga ikut berpamitan dan mencium tangan ketiganya. Seperti bukan Dilan jika bersikap sopan begini.

"Hati hati kalian, belajar yang bener. Jangan aneh aneh." Mahendra memberi nasehat kepada Dilan lebih tepatnya.

"Iya om. Tenang aja, aman." Teriak Dilan berjalan, memeluk pinggang Mela. Kan udah hak milik ini, diketahui orang tua. Mahendra melihat adegan itu sedikit tak terima, pantas saja Dilan ingin bertunangan, ini tujuannya kah. Apa benar menerima Dilan sebagai calon menantunya ? Astaga, mereka masih remaja, kenapa harus membuat dirinya pusing.

Dilan tak bermaksud memanas manasi. Hanya menunjukan posisinya sebagai tunangan Mela. Seperti harapan Dilan, untuk serius dengan Mela. Hubungan mereka seolah didukung alam semesta. Sekarang sudah tak ada yang bisa menganggu Mela lagi, kekhawatiran Dilan berkurang 50%. Jika ada yang mendekat bisa segera di singkirkan.

Di dalam mobil Dilan tak henti menatap Mela yang sibuk dengan HPnya. Jika cemburu itu panas rasanya maka Dilan merasakan itu sejak dulu hingga sekarang. Dilan cemburu dengan Hp Mela yang menjadi pusat perhatian gadis itu.

"Sayang." Dilan tak tahan jika Mela cuek begitu.

"Apa Di ?" Mela mulai sadar jika Dilan sejak tadi diam saja. Biasanya sudah berkicau seperti burung.

"Aku mau jadi hp aja." Tiba tiba Dilan bicara seperti itu.

"Kenapa gitu ?" Mela bingung apa maksud Dilan.

"Biar bisa kamu perhatiin terus, dipegang terus, digengam terus, dibawa kemana mana terus. Aku mau kaya gitu." Dilan mode manja on, dan Mela tentu saja kaget. Karena baru kali ini Dilan menampilkan sisi lain dirinya.

"Astaga Dilan, ada ada saja kamu ini." Mela tak menyangka, sosok Dilan bisa berkata seperti itu.

"Aku tak ingin kamu menduakan ku dengan semua hal." Dilan baru jadi tunangan aja sudah banyak maunya.

"Jadi harusnya gimana ?" Mela tak ingin berdebat, dirinya juga tak memiliki pengalaman berpacaran. Jadi dirinya bingung juga. Padahal dirinya bersikap seperti biasanya, tapi Dilan ingin yang berbeda.

"Iya mau sama kamu terus Mel, aku jadi nomer satu yang harus diprioritasin." Kan mulai Dilan mengingikan sesuatu yang lebih.

"Tapi hidup ku kan ngga bisa selalu fokus ke kamu Di, kita memang sudah bertunangan. Kita kan juga masih baru, jadi pelan pelan saja." Mela tak bisa memberikan janji untuk memperhatikan Dilan secara intens. Karena dirinya saja juga punya kehidupan sendiri.

"Mela, apa arti aku di dihidup mu ?" Dilan masih belum terima dengan jawaban Mela. Ya mungkin dirinya egois, tapi Dilan memiliki hak itu kan. Dirinya sudah menjadi tunangan Mela.

"Kamu tunangan ku kan Di." Mela memang menerima Dilan sebagai tunangannya, tapi untuk hati masih belum sepenuhnya yakin. Jadi ya Mela masih perlu belajar mencintai Dilan.

SHADOW (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang