A

218 35 3
                                    

.
.
.

Perasaan manusia tak bisa diduga, apalagi menyangkut tentang rasa cinta dan sayang. Semua bisa terjadi secara mendadak, tapi juga bisa hilang dalam sekejap jika itu hanya obsesi. Manusia memang unik, perubahan mood juga hanya berselang satu menit, menit ini sedih, menit selanjutnya bisa saja bahagia. Itu semua dialami Dilan semenjak bertemu Mela.

Dua hari berlalu sejak Mela datang ke hidupnya. Terlalu dini Dilan mengatakan cinta, tapi rasa tertarik itu sangat besar. Hari ini sekolah lagi, ada yang berbeda, karena Dilan menunggu hari ini untuk segera tiba. Dilan tak seperti biasanya yang malas malasan. Dilan sudah bangun pukul 06.00 WIB, sang Bunda bahkan tak percaya anak satu satunya bisa serajin ini, kecurigaan pasti ada.

"Di, kemasukan jin hari ini ?" Bunda melihat Dilan sudah mandi, padahal baru mau dibangunin.

"Astaga Bun, anak rajin salah, anak males salah, terus aku harus gimana ?" Dilan mengomel sambil mencari baju yang pas, agar Mela suka, duh.

"Lagi kasmaran ya ?" Bunda tepat sasaran menebak penyebab Dilan hari ini rajin.

"Aa, Bunda kog bisa tahu si." Dilan jadi malu malu.

"Kamu anak Bunda, jadi jelas tahu lah." Bunda menoel pipi Dilan.

"Pakai baju apa aja juga ganteng Di, ngga usah bingung." Bunda memuji anaknya.

"Iya Bun, aku juga ngerasa gitu." Dilan narsis.

Dua hari ini Dilan sudah mencoba mengirim pesan untuk Milea tapi belum dibales, entah alasannya apa. Dilan ingin bertanya langsung, penasaran sekali, apa salah seorang Dilan mendekati Mela.

Cukup 15 menit, Dilan sudah siap hanya penampilan biasa tapi apa karena bawaan hati bahagia jadi terlihat sangat menawan.

Cukup 15 menit, Dilan sudah siap hanya penampilan biasa tapi apa karena bawaan hati bahagia jadi terlihat sangat menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilan mulai turun ke bawah, dirinya tak akan sarapan di rumah karena sudah janjian dengan ke enam sahabatnya. Mereka akan sarapan bareng di tempat biasa, bukan karena males di rumah. Tapi biar ada yang beda, lagian uang mereka terlalu banyak jadi perlu dimanfaatkan.

"Di, ngga sarapan ?" Ayah Mega melihat anaknya sudah membawa tas ranselnya.

"Ngga aja deh Yah, janjian sama temen sarapan di luar." Dilan berjalan mendekat ingin pamit.

"Tumben jam segini udah rapi ?" Ayah Mega juga terkesima dengan tingkah anaknya ini.

"Lagi suka sama gadis Yah." Suara Bunda menjawab rasa penasaran sang Ayah.

"Apaan sih Bun, baru kenalan juga." Dilan malu malu kucing.

"Aku berangkat dulu Bun, Yah." Dilan mencium tangan Ayah dan Bunda.

"Duh, anak Ayah udah besar. Bawa ke rumah, biar Ayah kenalan, Di." Ayah Mega menggoda anaknya.

"Iya kalo udah dapet aku bawa Yah, tenang." Dilan semangat karena udah dapet restu dari orang tuanya.

SHADOW (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang