Punctum Proxima

804 45 10
                                    

"Aiko, tunggu dulu," aku bisa mendengar suara Hiro di belakangku. Suaranya membuatku menghentikan langkahku, sedetik kemudian mematung karena mendengar derap langkah kakinya mendekat. Kini, aku bisa merasakan ia berdiri tepat di belakangku.

Aku baru saja mengungkapkan perasaanku--setelah bertahun-tahun memendam. Namun nyatanya yang kuterima adalah sebuah penolakan. Jadi kurasa, cukup sampai disini perjuanganku.

Hiro adalah temanku entah sejak kapan, yang kutahu saat aku berumur tiga tahun aku sudah mengenalnya, kami sering bermain bersama, saling bercerita bahkan pernah sempat kabur bersama saat kami berumur enam tahun. Yang kutahu, sejak aku ada di dunia ini aku sudah mengenal Hiro dengan baik.

Nafas Hiro berderu di belakangku, masih tidak berbicara, seolah sengaja menggantungkanku.

"Hiro, kau sudah mengatakannya. Jadi tolong.... pergi. Aku hanya butuh sen--"Ucapku dengan suara setenang mungkin.

"Kau belum mendengar jawabanku, Aiko." Suaranya lirih.

Aku tidak mempedulikannya. Jelas-jelas ia telah menolakku, apalagi yang harus kudengar? Semua sudah jelas kan? Apa lagi. Aku tidak ingin berharap lebih banyak lagi darinya.

"Aku tidak mau," ia melanjutkan kata-katanya tadi. Tiga buah kata itu telah menohok tenggorokanku pelan. "Tidak mau kau menyatakan perasaanmu," lanjutnya. Kedua pasang tungkai kakiku terasa akan lumpuh dalam hitungan detik.

Dapat kudengar Hiro menghela nafasnya dalam. "Seharusnya... seharusnya laki-laki yang mengatakan hal itu, Aiko. Seharusnya aku yang bilang seperti itu--" Hiro menggantungkan kalimatnya, sedangkan diriku masih tidak mempedulikannya--lebih tepatnya berusaha tidak mempedulikannya.

Hiro menahan lenganku sedikit keras. Namun tak ada keinginanku sedikitpun untuk menoleh kearahnya. Aku ingin awan kelabu yang di atas sana segera menurunkan hujan, agar aku bisa menyamarkan air mataku. Hiro tak boleh tahu aku menangis.

"Dengar dulu, biar kuselesaikan kalimatku." Hiro masih menimbang-nimbang. Menggantung kalimatnya selama beberapa detik. Ah, Hiro, kau sengaja membuatku mati penasaran seperti ini?

"Aku suka padamu, Aiko. Bahkan sejak dulu." Ia menghela nafasnya berat.

Karena mendengar kalimatnya aku mematung. Pupil mataku melebar, sedangkan indra pendengaranku sedang mencoba mendengar kalimat tersebut lebih baik. Memastikan kalau aku tidak salah mendengar kalimatnya.

Hiro, dia mengucapkan sesuatu yang sungguh sangat ingin kudengar. Jantungku berdegup tidak karuan. Dalam hitungan detik aku sudah membalikkan badanku, menatap bola mata miliknya. Bibirku membisu, mataku sudah berair beberapa menit yang lalu kini malah mengalir makin deras. Air mata bahagia.

Pada saat itu, aku percaya diriku telah mencapai fase punctum proxima, titik dekat antara aku dan Hiro. Pada saat itu, adalah saat yang paling bahagia dalam hidupku. Hiro kini dapat kugapai, padahal dulu hal itu hanyalah sebuah angan-angan, mimpi-mimpi yang kerap menemaniku saat malam datang.

Hiro menangkup wajahku dengan kedua tangannya, menghapus air mata yang membanjiri wajahku. Ah, wajah Hiro sangat menenangkan.

"Dengarkan aku berbicara dulu, baru pergi." Ia tertawa. Lututku melemas melihatnya.

Aku tersenyum kecil. Merasa bodoh dengan tingkahku. Hiro masih tertawa disana hingga aku mendaratkan pukulan kecil di pundakknya. "Berhenti tertawa, Hiro. Kau menyebalkan."

Ia terkekeh. "Kau sangat menyukaiku heh?" Ledeknya.

TBC.

=============================

A/N

Actually cerita ini pendek banget and fyi ini udah kelar dan ada di draft saya, butuh satu hari untuk menyelesaikannya. Saya membuatnya saat saya benar benar galau, nggak tau mau ngapain, gatau gimana lagi. Jadi kali ini saya persembahkan cerita ini buat keluarga wattpad saya yang berhasil buat saya gak karuan. Terima kasih, anda entah kenapa berhasil buat saya nangis! *applause*

By the way, selamat berpuasa kawan! Semoga masih bisa bertemu di bulan ramadhan berikutnya. See you tomorrow in the next chapter! *cheers*

Vomments pls?

20 June 2015
When everything seem so blue?

Punctum RemotumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang