Sei ternyata memiliki selera humor yang tinggi. Tak heran ia cepat sekali dekat denganku. Lelaki itu sering sekali mengukir senyum di bibirku saat aku sedang merasa terpuruk melihat kemesraan Hiro dan Rika. Berkali-kali aku mencoba untuk mengabaikan dua sejoli itu berkali-kali juga aku justru terus memikirkan mereka.
Bagaimana cara Hiro menggengam tangan Rika, bagaimana cara lelaki itu mencium dahi gadis itu, bagaimana mereka tertawa bersama, segala hal itu justru menggoreskan luka yang mendalam untukku.
Tapi kali ini aku memiliki Sei. Ia selalu berada di sampingku, selalu peduli denganku, ia selalu bersedia memetik gitarnya lalu melantunkan sebuah lagu saat aku bersedih.
"Aiko, aku punya sebuah lagu untukmu. Hanya sebuah lagu sederhana yang kubuatkan untukmu." Ujarnya saat itu.
Aku terpana mendengarnya menyanyikan lagu tersebut, tanpa kusadari air mata mulai membanjiri wajahku.
"Terima kasih, Sei."
Hiro, kadang aku bertanya-tanya. Mengapa manusia begitu cepat berubah? Seperti dirimu yang kini berjalan membelakangiku. Tapi disinilah aku sekarang, di dunia baruku tanpa adanya dirimu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Punctum Remotum
Teen Fiction"Saat kau telah mengalami fase punctum proxima dalam hidupmu, bersiaplah bertemu dengan sang punctum remotum." Di dalam ilmu optik, dikenal istilah punctum proxima dan punctum remotum yang merupakan titik terdekat dan titik terjauh jarak pandang mat...