Saat hujan berhenti, Hiro langsung menarik tanganku berjalan menuju parkiran sekolah. Ia menyuruhku naik lalu menyerahkan sebuah helm padaku.
"Besok ada rapat osis lagi?" Ujar Hiro saat motor telah melaju di jalan raya.
"Nope, semuanya sudah selesai dibicarakan tadi." Aku sedikit meninggikan nada suaraku. "Tidak mungkin osis mengadakan rapat setiap hari." Aku tertawa.
Aku bisa melihat Hiro tersenyum di balik helmnya melalui kaca spion. "Osis sekolah kita kan paling rajin. Tidak diragukan lagi kalau mereka rajin kelewat batas. Seperti kau."
"Menyebalkan." Aku mendengus.
Tiba-tiba Hiro melambatkan laju motornya dan berhenti di pinggir jalan dekat jembatan penyebrangan.
"Kenapa berhenti, Hiro?" Tanyaku.
Hiro tidak menjawab. Ia justru melepaskan helmnya.
"Kenapa dilepas?" Tanyaku lagi padanya.
"Karena aku ingin berbincang denganmu?"
Tanpa kusadari wajahku mulai memerah.
"Kenapa harus dilepas?" Tanyaku lagi.
"Suaranya nggak jelas, Aiko."
"Tapi bahaya, Hiro." Balasku.
"It's okay." Ujarnya.
Aku hanya menghela napas, membiarkannya melepas helmnya. "Lain kali jangan coba-coba lepas helm lagi ya? Ini terakhir kali."
"Siap, Nona." Ujarnya membuatku ingin memukul kepalanya.
"Tante Anne tak mencarimu, Aiko?" Tanya Hiro saat ia telah menjalankan motornya kembali.
"Mama? Aku sudah mengirimkannya pesan sejak siang tadi."
"Kalau begitu... kau mau menemaniku ke super market sebentar? Vico dan mama nitip makanan tadi."
"Boleh."
Hiro, aku rasa aku tak pernah bisa menolak keinginanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Punctum Remotum
Fiksi Remaja"Saat kau telah mengalami fase punctum proxima dalam hidupmu, bersiaplah bertemu dengan sang punctum remotum." Di dalam ilmu optik, dikenal istilah punctum proxima dan punctum remotum yang merupakan titik terdekat dan titik terjauh jarak pandang mat...