Noda Merah

311 25 0
                                    

Berkali-kali aku menatap surat bernoda merah bersama sebuah cincin perak sederhana yang selalu saja meninggalkan sesak di hati. Aku mulai menghirup napas dalam-dalam lalu mulai membaca.

Untuk Aiko,

Aku terlalu bermain-main dengan perasaanmu, aku tahu itu. Kukira demgan kedekatanku dengan Rika kau akan tetap berada di sisiku saat itu. Namun nyatanya tidak. Aku terlalu percaya diri, terlalu percaya kalau kau tak akan pernah berpaling dariku.

Tapi nyatanya, Aiko, nyatanya kau pergi bersama lelaki yang aku tahu jauh lebih mengerti dirimu daripada aku mengertimu.

Tapi ketahuilah, dari awal aku selalu mencintaimu, kau mengerti 'kan arti selalu? Maafkan permainan konyol yang kubuat, maaf membuatmu menderita, rasanya maaf tidak akan menyelesaikan masalah tapi hanya kata itu yang bisa kuucapkan.

Maaf...

Salam hangat,

Hiro.

Hiro, kau tahu apa yang kurasakan saat aku membaca surat itu? Aku seperti sedang menyayat hati dengan pisau belatiku sendiri. Hiro, kau tahu berapa rasa sakitnya? Rasanya seperti luka dibasuh dengan garam, begitulah luka yang kau tinggal, begitu pula noda merah yang kau tinggal. Meski begitu... kenapa aku tak bisa membencimu sedikitpun?

Aku mengerti sekarang, bertemu-jatuh cinta-patah hati seperti sebuah siklus yang tak berkesudahan. Kami bertemu, jatuh cinta kemudian patah hati. Begitu terus.

Dan satu hal lain lagi yang kusadari; selalu ada cinta yang lain entah bagaimana caranya tapi cinta yang lain akan hadir dengan cara yang mengagumkan.

Kau tahu itu, Hiro.

=============================

I have published the whole story. Tell me if you like!

Vomments pls?

Punctum RemotumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang