IV. Berubah Siang

7 4 0
                                    

"Rizan! Desya!" Segerombolan kawan berseru di balik hutan. Suara itu berasal dari Sani dan Rengganis yang tengah mencari mereka berdua. Acap kali remang-remang senter menyorot keluar, Rizan membalas.

"Kami di sini!"

Mikel terlebih dahulu keluar dari semak-semak, sedang tangan menggenggam sebuah alat penerangan. Senter itu, Rizan agak mengenalnya.

Disusul oleh Sani dan Rengganis di belakang. Mereka berhenti berkedip karena pemandangan yang mereka saksikan.

"Demi Tuhan."

Namun Rizan memilih untuk menyapa tingkah yang tak sopan. "Kau benar-benar melakukannya, Mikel? Merogoh ranselku tanpa izin dan mengambil senternya."

Mikel malah menyeringai pada hal lain. "Kesampingkan soal itu. Ada yang harus kalian ketahui sekarang." Dia memulai sebuah topik penting.

Akannya berita ini sedikit lebih serius. Di saat kawan lain menyimak penasaran, Rizan justru membuang muka. Malas menanggapi. Perihal iseng apalagi yang akan Mikel lakukan?

"Hari ini adalah hari ulang tahunku."

Senyap.

Rizan perlahan memutar kepalanya. Dia terbelalak.

Semuanya terkejut. Mereka baru ingat dengan ulang tahun Mikel. Rengganis pun menjetikkan jari. "Ternyata, kamu yang ulang tahun?"

Mikel mengangguk antusias.

Lantas Rizan tertunduk lemas. Dia sangat merasa bersalah karena sama sekali tidak ingat dengan hari ulang tahun temannya.

Mikel melihat reaksi yang agak berbeda dengan yang lain. Dia kebingunan mengapa Rizan bisa semurung itu.

"Ada apa, Rizan?"

"Maafkan aku."

Mikel mengangkat alis. Batinnya seakan berkata, "untuk apa?"

".... Aku mengacau hari ulang tahunmu. Aku malah cuek setiap kau ingin bersenang-senang bersamaku. Aku ...."

"Ada apa dengan rasa bersalahmu itu? Aku sendiri tidak pernah memberitahu hari ulang tahunku kepadamu."

Sedikit cerita, tidak ada yang pernah memberi tahun ulang tahun seseorang kepada Rizan. Dia hanya tidak sengaja mengetahui semua hari jadi temannya melalui berkas yang tersimpan semasa menjadi OSIS.

Mikel mengacungkan telunjuk. "Yang terpenting, mari kita jalani agenda yang telah kurencanakan untuk merayakan hari spesialku ini."

"Apa yang akan kita lakukan, Mikel?" tanya Sani.

Mikel menyeringai. "Kita akan menjelajahi sebuah goa."

Senyum mulai membenih simpul. Rizan akhirnya tahu alasan Mikel bersikeras meminta membawakan senter.

****

Mikel menuntun mereka menuju tempat yang dimaksud. Perjalanan mereka cukup jauh. Mereka pun harus melalui lembah yang mencekam. Untuk membuang rasa takut, memulai obrolan adalah ide yang bagus. Namun, perbincangan yang mereka keluarkan justru membuat keadaan semakin memburuk:

"Ngomong-ngomong mengenai tempat merinding ini ...." Tak seperti biasanya, Sani berkenan sebagai pencuri start forum mereka.

"Sehabis makan malam, kukira tubuhku sedang tidak sehat. Tapi jika dipikir-pikir lagi, aku memang telah mengalami hal yang aneh."

Imagination is Amazing: Promise of Stars in The Night Sky [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang