XXIII. Perjanjian

5 4 0
                                    

Desya terbangun di sebuah ruang hampa. Setelah membantu Rizan, matanya terpejam sendiri. Tahu-tahu dia sudah berada di dalam dunia dengan satu pun benda tak didapati. Kosong. Hanya dinding putih yang menemani pemandangannya.

"Desya Aliani."

Desya kira dia satu-satunya orang yang berada di tempat ini. Namun, Seroang Wanita cantik menghampirinya. Lekukan wajah itu mirip seperti Rengganis. Apa dia adalah temannya di masa depan?

"Rengganis?"

"Bukan .... Perkenalkan, aku Makira Yurihime. Orang yang kamu sebut barusan mungkin adalah keponakanku," bantah wanita tersebut. Dia melambaikan tangannya dengan ramah.

"Makira? Ada perlu apa kamu menemuiku?"

"Sesuai dengan apa yang sudah kamu tunggu semenjak memegang kepingan batu intan, mari kita melakukan perjanjian."

Desya bangkit, berhadapan.

"Kamu benar," ujarnya seakan ucapan Makira benar bahwa dia memang menunggu momen ini.

"Aku akan memberi permintaan kepadamu dan kamu pun boleh memberikan satu permintaan kepadaku."

"Lantas, apa perjanjiannya?"

"Aku akan menganugrahimu kekuatan dari salah satu imajinator terkuat. Yaitu bola hitam. Permintaan dariku adalah, hancurkan inti dari batu intan menggunakan bola hitam tersebut. Namun, aku hanya akan memberikan kekuatan itu dengan satu syarat."

"Syarat, ya?" Desya mengangkat alis penasaran.

Demi melenyapkan dunia ini, tatapannya seketika berubah yakin.

".... Aku siap memenuhi syarat yang kamu berikan, apapun itu."

****

Rizan terduduk bersandar di balik dinding putih. Setelah matanya tertusuk oleh silau mengejutkan, dia tiba-tiba berpindah alam.

Ruang hampa yang kosong mengisi keheningan.

"Bisakah kau beritahu dimana aku dan siapa dirimu?" Rizan berseru. Tingkat kewaspadaannya cukup jeli.

Seorang pria dewasa akhirnya keluar dari tempat persembunyian. "Kau ternyata menyadari kehadiranku."

"Orang bodoh mana yang tidak menanjamkan indranya di tempat yang senyap seperti ini?"

Pria itu tertawa mendengar pernyataan remaja di depannya.

"Kau pintar sekali berbicara, ya Rizan."

Rizan mengabaikan. Dia sibuk menilik-nilik setiap sudut yang dia temui. Tampaknya mereka tengah berada di dalam sebuah kubus, akan tetapi sesaat berubah menjadi prisma, terkadang pula membentuk limas. Benar-benar tak memiliki kepastian.

"Kuulangi pertanyaanku. Dimana aku dan siapa dirimu?"

"Kau sedang berada di gerbang penghubung antara dunia nyata dan dunia rekayasa yang kau sebut itu. Dimensi ini terbebas dari ruang dan waktu" Sang pria menjawab. Dia mengulurkan tangan kepada Rizan, membantunya untuk bangkit.

".... Ngomong-ngomong, maaf jika sedikit terlambat. Selamat datang di duniaku," sapanya penuh bangga.

Rizan termangu. Dia langsung memastikan bahwa dirinya sedang berhadapan dengan Raja I, Salla.

"Aku bisa berdiri sendiri," ujarnya lagi-lagi mengabaikan tingkah Salla.

"Jadi, Salla, ada apa menemuiku? Bagaimana kau bisa membawaku ke sini?"

Imagination is Amazing: Promise of Stars in The Night Sky [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang