Bunyi nyaring, bel berdenting. Siswa-siswi SMP Tunas Mutiara hendak menuju lapangan upacara untuk berbaris di sana. Merapihkan dan melengkapi seragam sudah menjadi rutinitas mingguan mereka yang membosankan.
Suasana tertib senantiasa mengukir rangkaian upacara yang telah memasuki bagian amanat dari Pembina, Kepala Sekolah SMP Tunas Mutiara.
Senyap. Para murid terdiam memerhatikan orang tua itu memulai inti pidatonya.
"Saya ingin memperkenalkan murid pindahan dari SMP sebelah di tahun ajaran baru ini."
Sekarang adalah pertama kalinya dalam sejarah, Jua menjadi berita yang cukup menarik. Sebelum itu, Sekolah tidak pernah menerima murid pindahan dari mana pun.
Beliau memanggil murid baru tersebut agar datang menuju tempat ia berdiri. Tak dapat disangkal, murid itu ialah seorang laki-laki. Sedikit kekecewaan menoreh hati para lelaki yang mengharap bahwa murid barunya merupakan perempuan.
"Saya tidak akan menyebut namanya. Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan ketika ada kenalan baru, bukan?"
Pak Kepsek menaruh tangannya di atas bahu murid baru tersebut.
"Dia akan menempati kelas VIII di sekolah ini. Pihak sekolah yang lalu menitipkannya kepada kami semenjak berita duka tentang kedua orangtuanya menghampiri. Dia sangat membutuhkan peran kalian sebagai teman," lanjut Pak Kepsek panjang lebar. Beliau menghela nafas.
"Seperti yang senantiasa kami tekankan, sekolah Tunas Mutiara terus membimbing kalian terkait pentingnya hubungan sosial." Pak Kepsek menunjukan sungging wibawanya.
".... Oleh karena itu, tugas kalian telah tiba."
****
Salah satu murid laki-laki duduk mematung di waktu istirahatnya. Dia tidak habis pikir mengenai materi yang diterima hari ini, tak ada satu pun mudah untuk dipahami.
Helaan nafas dihembuskan. "Kenapa aku bisa sebodoh ini." Rautnya memelas penuh kepasrahan. Dia terus merenung, tak peduli seberapa banyak orang lain berlalu melihatnya.
Satu-satunya caraku mengejar ketertinggalan hanyalah dengan berusaha keras. Sedikit membuatku kesal.
Murid itu memutuskan untuk keluar kelas sejenak. Sepanjang lorong ia masih saja menyaring informasi-informasi yang dia peroleh beberapa jam lalu. Kebiasaan buruk memikirkan sesuatu secara berlebihan tak dapat dihindari.
Lagi pula, teman-teman di kelas yang tiba-tiba menjadikan dirinya sebagai kandidat ketua OSIS membuat ia semakin kebingungan.
Di tengah kesibukannya, perhatian mendadak tercuri oleh kerumunan siswa di satu lorong yang lain.
"Hmmm ... ada apa?"
Kebetulan, siswa tak dikenal berpapasan dan memberitahunya. "Seperti biasa. Sani ribut lagi. Tapi sekarang, entah dengan siapa."
Mendengar hal tersebut, dia termangu sejenak. Memandang kondisi di seberang sana belum begitu jelas.
Kemudian, ia memutuskan membuang muka, tak menghiraukan.
****
Murid itu menatap pria dihadapannya. Pikiran dipenuhi oleh tebakan yang pastinya akurat. Pria dewasa berumur 35 tahun ia perhatikan sejak tadi sedang membersihkan tumpukan piring-piring kotor di balik dapur. Seragam khas pelayan restoran yang dikenakan cukup mengenali bahwa pria tersebut adalah pegawai kedai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination is Amazing: Promise of Stars in The Night Sky [FINISHED]
FantasyPresent a series: IA Series (Imagination is Amazing) Telah terjadi hal mistis di luar nalar. Mereka tiba-tiba terjebak di balik onggokan batu yang menghadang jalan kembali mereka ke camp. Zein Mukkam, orang yang membawa mereka ke dunia tak dikenal...