XXII. Pertarungan Terakhir: Sesi Awal

5 4 0
                                    

Rengganis mendarat di atas tebing. Dia bertiarap seraya memasang foregrip serta memutar bipod pada snipernya.

Kotak amunisi dilepas. Ditataplah sisa peluru kalibernya di dalam.

"Sisa empat."

Rengganis menepuk jidat. Dia ternyata cukup teledor, lupa menanamkan konsep unlimited ammo pada Tabung WPnya seperti yang dilakukan oleh Desya.

Klik. Selongsong peluru bekas pemakaian sebelumnya ditarik keluar.

Sebagai seorang penembak runduk amatir, dia segera membidik sasaran mereka saat ini dari kejauhan, Mikel Kaba. Dia tahu pelurunya tidak mungkin bisa menghancurkan batu intan, akan tetapi setidaknya dia harus melumpuhkan pergerakan Mikel dengan memutus saraf-saraf pada otaknya.

"Desya, Sani, jangan ragu." Jauh di tengah medan pertarungan, Rizan memasang kuda-kuda.

Sani menyeringai. "Kau mencuri kalimatku, Rizan."

"Ya. Jangan ragu! Aku bukan kloningan. Aku sengaja menggunakan tubuh asliku khusus untuk menyambut kalian dengan ramah. Aku tak sabar merasakan sensasi saat melihat wajah kalian menderita nanti." Mikel berteriak. Suaranya semakin terdengar menjengkelkan. Tak habis sampai di situ, dia lanjut terkekeh, "... Lagi pula, jantungku terbuat dari batu intan. Kalian tidak bisa menghancurkannya tanpa Gadis Ramalan sebab ... aku telah membunuhnya."

"Okta," ujar Sani pelan. Mimpi Rizan ternyata sebuah kebenaran. Lalu siapa yang telah menunjukkan hal tersebut kepadanya?

"Okta?!" Desya terperangah. Sebelum ia sadari, ternyata dia atau pun Rengganis bukan Gadis Ramalan?

"Sudah kuduga. Kau bukan Mikel yang kami kenal. Kau terlalu banyak bicara!"

Seseorang baru saja memperkuat cengkraman pada tombak. Rizan, dia berlari seraya membawa kekecewaan atas pengkhianatan Mikel, dan memutuskan untuk segera melancarkan serangan pertama.

Bang!

Di momen bersamaan, memekak letusan peluru yang ditembakkan dari tebing berjarak satu kilometer, mengiringi pacuan adrinalin Rizan yang tengah berlari kencang.

Klik.

Rengganis menarik ruang pembakaran. ASMR dari aksi-bautnya cukup dapat ia nikmati, timah panas pun terlempar keluar bersama kepulan asap yang begitu ganas. Bagai alunan simfoni di dalam situasi menegangkan.

Kini, dua serangan terlontar. Namun, Mikel tampak santai menanggapi.

Tanpa siapa pun berpaling, tangan itu mengentak seperti apa yang dilakukan Rizan dan Zein terhadap Tabung WP mereka. Begitu Mikel memerintahnya, tanah seketika "tunduk" dan mulai bergetar. Salah satu permukaan dikendalikan dengan mudah menjadi sebuah benteng yang menjulang tinggi.

Jleb!

Peluru menabrak dan teredam. Lesatan perlahan berhenti ditahan himpitan tanah.

Rengganis terbelalak. Bergegas dia bangkit dan terbang di udara. Mikel ternyata memiliki kemampuan sempurna mengenai elemen tanah, bahkan tanpa harus menyentuhnya, maka keberadaan Rengganis di atas tebing akan terancam.

Mikel menyeringai. Tiba-tiba dataran yang dia pijak melambung, membawanya ke udara, melangkahi Rizan yang tengah berlari menghampiri.

Rizan terketuk. Dia baru saja ingat bahwa ... target utamanya adalah Sani yang berada di belakang!

Imagination is Amazing: Promise of Stars in The Night Sky [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang