XIX. Pertempuran Pertama: Mahkluk Agresif dan Pohon Duri

7 4 0
                                    

Awan tak menutupi langit terik di siang hari. Warna biru yang selalu Rizan impikan, sekarang tidak lagi ia harapkan. Mereka harus kembali ke dunia mereka meskipun kelabulah yang akan menyambut. Tak apa, itu adalah kenyataannya yang harus mereka hadapi. Dunia Imajinasi adalah imitasi belaka. Tempat ini menyalahi kodrat, berasal dari rekaan seseorang yang selalu lari dari kenyataan.

Angin bersiul kencang, tak henti menyibak pakaian dan rambut mereka. Segar.

Aku tidak akan merasakan ini lagi di Jakarta.

Hamparan rumput hijau terbentang seluas mata memandang. Mereka tak lagi berhadapan dengan hutan. Medan perang kali ini akan terjadi di sepanjang dataran bukit-bukit rendah yang luas.

Sani melempar Tabung WP pemberian Unka. Kapsul diselimuti oleh cahaya, menutupi proses perubahan wujud menjadi sebuah peta hologram. Nyatanya dunia ini lebih canggih. Mereka tak dapat menemukan benda-benda ajaib seperti ini di dunia nyata.

Sani fokus menghadap legenda hologram yang ditunjukkan.

"Mau tak mau, kita harus melewati tempat ini. Qyan berkata bahwa makhluk buas di kawasan ini adalah makhluk buas terlemah di antara banyaknya makhluk buas yang berjaga."

Hologram berubah kembali menjadi tabung kecil.

"Kurcaci? Makhluk seperti apa mereka?"

Sebelum keberangkatan, Qyan menjelaskan makhluk buas yang terletak di jalur perjalanan mereka ke istana kerajaan.

"Mereka adalah makhluk bertubuh kecil yang sangat agresif. Mereka bertahan hidup secara bergerombol untuk menyerang lawannya. Mereka adalah manusia rakus tak berakal yang tak segan memakan tubuh manusia lain. Di antara mereka menggunakan tangan kosong, akan tetapi beberapa dari mereka juga ada yang membawa persenjataan seperti tombak dan pedang."

Kaki mereka bergetar. Seluruh permukaan tanah bergemuruh. Yang ditunggu akhirnya datang. Gerombolan kurcaci berkecamuk di kejauhan. Makhluk itu berlari berdesakan ke arah mereka dengan membawa hingga berpuluh-puluh pasukan. Dugaannya benar, strategi menyerangnya seperti tawuran anak sekolah. Membawa senjata-senjata tajam yang dilontarkan secara membabi buta.

Tanah terkikis hancur oleh pijakan tak ramah. Jejak debu tertinggal sampai mengepul tebal.

"Desya, serangan pertama!" perintah Rizan.

"Laksanakan." Desya sudah menggenggam busur panah miliknya. Dia menarik pelatuk.

Spring!

Panah melesat kencang. Hempasan angin sekali lagi menyibak Rizan yang tengah berdiri tegak menatap musuh-musuh di hadapannya.

Bum!

Anak panah menerobos pertahan para kurcaci. Tak sedikit dari mereka terbawa oleh gelombang tekanan yang diberikan.

"Sani!" seru Rizan.

"Ya, aku mengerti." Sani menyeringai. Dia menarik Tabung WP dari sabuknya. Dilemparlah ke udara. Tabung diselimuti cahaya. Kedua lengan Sani berformasi. Titik-titik cahaya mengikuti pergerakan tangan, terkumpul membentuk dua buah senjata. Remang-remang perlahan menghilang, mulai memperlihatkan dual katana di genggaman sang pemilik.

Sesaat dia menancapkan pedang-pedangnya di tanah. Terlebih dahulu mempersiapkan diri, dia melakukan pemanasan lalu mengambil kuda-kuda.

Desya menyaksikan kecamuk mengerikan di sana. Makhluk itu tidak ada habisnya. "Sepertinya, mereka benar-benar tidak suka jika kita berpijak di sini."

Imagination is Amazing: Promise of Stars in The Night Sky [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang