Angin ribut bertajuk malam.
Lengang.
Tak satu pun tanda kehidupan selain mereka. Kawasan dengan wahana-wahana menakjubkan itu kini kandas menjadi tanah tandus yang gersang.
Sani dan Rengganis termangu.
"Kau pasti bercanda."
"Sebaiknya kita segera cari mereka bertiga," ujar Rengganis disusul anggukan Sani.
****
Aku mendapati ibuku berdiri menatap tubuh mungilku. Senyum lembut menghias paras cantik itu. Aku mengingat betul kata-kata yang selalu ia lontarkan acap kali kutunjukkan sebuah benda yang akan kuberikan kepada adikku kelak.
"Ibu ...." Rizan bercicit lemas setengah sadar. Tubuhnya tergeletak sendirian di tengah area tandus, bagai tak bernyawa.
"Rizan." Ibuku bersenandung seraya menghampiriku. Ah, betapa rindunya aku menatap raut tulus itu kembali.
".... Rizan, kamu adalah anak yang baik. Ibu yakin kamu pasti akan menjadi pelindung teman-temanmu suatu saat nanti."
Kau salah, Ibu. Aku justru membawa kutukan bagi mereka.
"Rizan! Rizan! Rizan!"
Rizan sepenuhnya terbangun dari mimpi. Orang pertama yang muncul setelah ia membuka matanya adalah Sani. Lelaki tersebut terus meneriaki namanya sampai tersadar.
"Sani," ucap Rizan lemas.
"Rizan, apakah kau terluka? Apa yang terjadi di sini? Kami mendengar letusan besar tadi"
"Aku baik-baik saja. Tapi Mikel ...."
"Mikel? Dimana dia?"
Rizan tak menjawab. Dia tertatih-tatih mengangkat tubuhnya yang terluka parah. Kulit punggungnya tak lupa mengelupas akibat benturan itu.
"Uhuk ... uhuk ... Kamu tidak akan menemukan Mikel." Desya berujar terbata-bata. Rengganis telah lebih awal membantu Desya. Dirangkulnya tubuh yang lemas berantakan.
Terdengar suaranya menderu serak.
"Desya." Sani melirih, tak menyangka kondisi sepupunya jua sangat memprihatinkan.
"Sendi bahunya sedikit bergeser," jelas Rengganis mengenai keadaan Desya saat ini.
"Ini bukan apa-apa. Tapi, Mikel ...." Ucapan yang sama dilontarkan oleh Desya membuat dua kawannya semakin penasaran. Apa yang terjadi terhadap Mikel?
Rizan melangkah. Tujuannya yakni tumpukan puing-puing yang berada jauh di depan. Sani bergegas membopongnya, menemani Rizan ke sana. Dua perempuan pun mengikutinya dari belakang.
Sesampai mereka di sana. Rizan menatap kosong sehelai kain dari pakaian yang Mikel kenakan. Kain itu menyelimuti sebuah benda yang sama sekali temannya tidak ingin lihat.
Rizan membawa benda tersebut, melepas kain yang membalutnya, lalu melirih.
"Mikel ...."
Seketika Sani dan Rengganis terkujur lemas menatapnya. Rengganis terjatuh seraya menutup mulut. Asam lambungnya naik.
"Tidak mungkin."
Rizan tak sanggup menahan. Selain benda mengerikan di tangannya, dia menemukan senter yang Mikel pinjam, tergeletak mengisi kehampaan ruang dan waktu. Air mata pecah membasahi pipi. Isak tangis tak dapat dipungkiri. Rizan gagal menyelamatkan satu nyawa temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination is Amazing: Promise of Stars in The Night Sky [FINISHED]
FantasiPresent a series: IA Series (Imagination is Amazing) Telah terjadi hal mistis di luar nalar. Mereka tiba-tiba terjebak di balik onggokan batu yang menghadang jalan kembali mereka ke camp. Zein Mukkam, orang yang membawa mereka ke dunia tak dikenal...