Blurb:
Jenaka ingin menjadi perancang busana seperti Didiet Maulana meskipun hanya lulusan SMA. Namun, ia harus menelan pil pahit saat mengetahui bahwa instruktur di kelas menjahitnya adalah Jaya, mantan pacarnya tujuh tahun yang lalu.
Karena sebuah insiden, mereka terpaksa menikah. Kehadiran Jenaka di kelas menjahitnya, juga menjadi istrinya, dimanfaatkan Jaya untuk 'balas dendam' kepada Jenaka. Jenaka tidak mau ambil pusing, justru dia membuat perjanjian pernikahannya hanya sampai kelas menjahitnya selesai.
Perasaannya pada Jaya sudah lenyap ditelan waktu. Jenaka tidak akan terlena lagi dengan perhatian serta pesona Jaya. Benarkah seperti itu?
"Gimana? Udah mau tidur bareng sama Kakak malam ini?"
"Ora sudi!"
××××
Seorang perempuan menyelipkan anak rambutnya ke telinga. Tangan satu lagi memegang sebuah tas berisi peralatan tulisnya. Kakinya terus bergerak menuju sebuah rumah bertuliskan 'Kursus Menjahit Malika'. Sudah hampir dua bulan ia belajar di sana. Dengan harapan cita-citanya menjadi perancang busana terkabul.
Sejak masih SD ia senang menggunting pakaian bekas dan mengubahnya menjadi model lain. Ia juga senang menggambar model baju dan membuatnya dengan alat seadanya. Ketika sudah beranjak dewasa, keahlian tersebut tidak luntur, justru keinginan di dalam hati semakin menggebu-gebu setelah melihat postingan salah satu perancang busana terbaik di Indonesia, namanya Didiet Maulana. Beliau sudah banyak merancang busana untuk artis-artis ibu kota.
Harapannya setelah lulus SMA bisa melanjutkan kuliah tata busana, tetapi sayang sekali angan tersebut dipatahkan oleh ayahnya sendiri. Ayahnya yang menjadi buruh merasa tidak sanggup membiayai sampai perguruan tinggi. Meski gagal kuliah, perempuan itu tak putus arang. Ia memilih bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jakarta dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Setelah tiga tahun bekerja, ia memutuskan keluar dan berani mendaftarkan diri di kursus menjahit. Ayahnya tidak bisa berkutik lagi karena semua kebutuhannya telah tercukupi.
Dua bulan mengikuti kelas di sini, ia semakin yakin dengan cita-citanya. Ya, walaupun harus menghadapi pusing saat menerima materi dasar. Ternyata lebih rumit yang ia kira. Kini, ia dan kesepuluh temannya pindah ke kelas menjahit. Perempuan itu semakin tidak sabar menunggu materi selanjutnya. Ia sudah masuk ke ruangan yang dipenuhi mesin jahit.
"Jen!"
Perempuan itu menoleh saat akan duduk di kursi cokelat. Mendapati seorang laki-laki mengenakan pakaian ketat serta ransel di punggungnya. Sang lelaki langsung menarik kursi supaya lebih dekat dengan perempuan itu.
"Jenaka, sumpah ini jam delapan aja belum ada, kamu udah duduk di sini. Mbak Malika paling belum bangun," ucap laki-laki itu.
"Heh, sembarangan kalo ngomong! Mbak Malika pasti lagi jalan ke sini sama instruktur kelas ini. Aku udah nggak sabar buat belajar sama dia!" Mata Jenaka---nama perempuan itu---berbinar. Ia sungguh-sungguh tidak sabar dengan kelas barunya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelujur Cinta Jenaka
RomanceJenaka ingin menjadi perancang busana seperti Didiet Maulana meskipun hanya lulusan SMA. Namun, ia harus menelan pil pahit saat mengetahui bahwa instruktur di kelas menjahitnya adalah Jaya, mantan pacarnya tujuh tahun yang lalu. Karena sebuah inside...