Pelajaran terus berlanjut. Saat ini, Jaya selesai mengukur badan Jenaka bagian depan dan belakang. Di kertas sudah terkumpul angka-angka di setiap bagian tubuh. Tadi Jaya juga mengajarkan bagaimana cara menemukan ukuran yang pas.
Jenaka tidak bisa berkata-kata lagi. Sejak dulu Jaya memang selalu jago memberikan arahan ke seseorang. Jaya memberikannya cukup detail dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Hanya saja kapasitas kepala Jenaka di bawah rata-rata. Kadang-kadang masih suka bertanya, padahal sudah dijelaskan.
"Harus di buku dulu, Kak? Nggak langsung di kertas pola aja?" tanya Jenaka saat Jaya menyuruhnya membuka buku kostum, menyiapkan penggaris skala, penggaris siku-siku, dan penggaris lengkung berukuran kecil.
"Iya. Biar kamu tahu dulu cara-caranya. Ini kamu beruntung, lho, lebih cepet dari temen-temen kamu di kelas."
Jenaka tidak membalas.
"Kamu udah baca di buku ini, kan?" tanya Jaya seraya menunjukkan sebuah buku paket berwarna putih dengan judul 'Membuat Pola Dasar dengan Mudah'.
"Udah, tapi saya nggak paham-paham. Kenapa banyak sekali huruf-hurufnya?"
"Ya itu buat penanda. Makanya saya minta kamu belajar di buku kostum dulu karena ini. Kalau langsung pola sesungguhnya kamu belum tentu paham."
Oh, benar juga. Banyak melakukan kesalahan juga kurang baik. Jenaka saja belum berani melangkah ke sana. Dia ingin belajar secara bertahap.
"Kamu sudah tahu penggaris skala, jadi kita langsung mulai, ya. Kamu bisa pakai pensil dulu buat gambar polanya, baru nanti kalau udah selesai ditebalkan pakai spidol atau pulpen merah. Kamu udah tahu, kan, warna apa yang membedakan pola bagian depan dan belakang?
Jenaka mengangguk. "Warna merah untuk pola bagian depan, biru untuk belakang."
"Nah, bagus. Kamu udah tahu arti garis ini?" Jaya menunjukkan strip titik pada sebuah gambar.
"Tahu. Strip titik menandakan garis lipatan kain. Kan, nanti kainnya dilipat jadi dua. Jadi kalau garisnya warna merah namanya tengah muka. Kalau warna biru tengah belakang."
"Kalau garis ini?" Jaya menunjuk garis titik putus-putus.
"Ini untuk garis bantu, Kak. Biar nanti antara kiri dan kanan sama panjangnya," jawab Jenaka. "Ini, kan, materi dasar yang udah pernah diajarin sama Mbak Malika, kenapa sekarang nggak langsung ke bikin polanya aja?"
Setelah itu, Jenaka melihat Jaya tersenyum tipis sembari memutar pulpen yang sejak tadi digenggam. Jujur saja Jenaka kesal diulur-ulur begini. Dia sudah paham bagian itu, kenapa tidak langsung kepada intinya?
"Oke kita langsung ke materi selanjutnya. Saya akan bantu kamu bikin pola dasar baju wanita. Pertama kamu buat garis lurus dulu di semua sisi. Saya nggak suka berantakan."
Jenaka menurut saja. Ia buat garis di semua sisi kertas. "Apa lagi?"
"Sekarang dari garis ini, kamu hitung dulu seperenam dari lingkar leher di tambah dua senti, terus bikin garis lurus ke bawah. Kamu kasih nama yang atas titik A, yang bawah titik B. Di titik atas ini bikin garis horizontal sesuai dengan ukuran lingkar badan. Jangan lupa dibagi empat dulu. Terus pakai skala 1/4."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelujur Cinta Jenaka
RomanceJenaka ingin menjadi perancang busana seperti Didiet Maulana meskipun hanya lulusan SMA. Namun, ia harus menelan pil pahit saat mengetahui bahwa instruktur di kelas menjahitnya adalah Jaya, mantan pacarnya tujuh tahun yang lalu. Karena sebuah inside...