Setelah kejadian itu, Jenaka tidak bisa tidur. Bukan karena nyeri yang menyerang, melainkan karena tidak bisa menghapus wajah Jaya di matanya. Sekujur tubuhnya mendadak panas jika mengingat perhatian laki-laki itu.
Jangan salahkan Jenaka jika dirinya mudah menyukai pria. Harun sama sekali bukan cinta pertamanya. Bapaknya itu jarang sekali mengajaknya bicara, apalagi menemaninya saat bermain atau belajar. Hanya ibunya yang sanggup melakukan itu, padahal banyak sekali kegiatan yang dikerjakan. Harun itu masih mengira bahwa mengurus anak adalah tugas istri, sementara suami ya bekerja.
Sampai akhirnya, sang ibu meninggal tiga bulan yang lalu. Jenaka merasa sangat kehilangan sosok yang selama ini menemani tumbuh kembangnya. Sampai detik ini, Jenaka masih terpukul. Dia tidak terima kenapa ibunya dipanggil secepat itu.
Jenaka kira setelah ibunya meninggal akan dekat dengan Harun, tetapi kenyataannya tidak. Hubungannya justru makin renggang. Jenaka selalu terlibat cekcok dengan Harun, apalagi bukannya bekerja, Harun malah sering gonta-ganti perempuan. Jenaka tidak suka. Perbuatan bapaknya itu sungguh tidak pantas dilakukan di saat tanah makam ibunya masih merah.
Sebentar lagi Jenaka masuk SMA. Bapaknya, sih, setuju Jenaka melanjutkan sekolah, tetapi ogah-ogahan saat ditanya biaya. Jenaka kebingungan. Kalau Harun kurang perhatian seperti ini, bagaimana nasibnya nanti?
Itu bisa dipikir nanti kalau sudah waktunya. Sekarang Jenaka ingin menjalankan suatu misi. Ia akan mendatangi sebuah rumah yang menjadi pos KKN. Teman-temannya yang lain kerap datang ke sini untuk sekadar minta diajari mengerjakan PR atau ingin kenalan dengan salah satu mahasiswa.
Kampungnya memang kerap didatangi KKN dari berbagai universitas. Hubungan mereka dengan warga di sini tidak putus begitu saja. Ada beberapa yang masih mempererat silaturahmi. Ada pula yang cinta lokasi sampai ke pelaminan. Tentu saja Jenaka tidak pernah kepikiran akan mendekati Jaya atau mahasiswa lainnya. Selama ini, Jenaka tidak peduli jika ada mahasiswa yang sedang KKN.
Sampai di sana, rumah tampak sepi. Sepertinya penghuni rumah sedang pergi. Jenaka menghela napas kecewa. Dia sudah jauh-jauh datang ke sini, tetapi malah tidak ketemu Jaya.
"Kamu yang kemarin, kan?"
Spontan Jenaka membalikkan tubuhnya usai mendengar suara laki-laki di belakang. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Mungkin ini yang dinamakan jodoh. Tanpa dicari pun datang sendiri.
"Iya, Kak. Masih inget aku, kan?"
"Masih, dong. Ada apa kamu ke sini?"
"Mau ketemu sama Kakak," aku Jenaka. Ya, memang tujuannya ke sini hanya ingin bertemu dengan Jaya. Untuk apa ditutupi, kan?
"Ketemu dalam rangka apa?"
Nah, di sinilah keimanan Jenaka diuji. Dia tidak punya tujuan apa pun, dirinya hanya ingin bertemu dengan Jaya. Terus alasan apa yang harus dibuat supaya Jaya percaya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelujur Cinta Jenaka
Roman d'amourJenaka ingin menjadi perancang busana seperti Didiet Maulana meskipun hanya lulusan SMA. Namun, ia harus menelan pil pahit saat mengetahui bahwa instruktur di kelas menjahitnya adalah Jaya, mantan pacarnya tujuh tahun yang lalu. Karena sebuah inside...