"Jadi kalian beneran mau tinggal berdua aja?"
Jenaka melirik sembari sedikit menyenggol lengan Jaya. Ya, Jenaka sepakat pindah ke rumah yang ditinggali Jaya. Ada banyak keuntungan yang Jenaka dapatkan. Salah satunya adalah bebas dari bapaknya.
Bertahun-tahun Jenaka merasa hidupnya monoton. Ketemu bapaknya lagi, bapaknya lagi. Ya, mending kalau ada obrolan, dianggap ada saja Jenaka sudah bersyukur sekali. Apalagi sejak jarang bekerja, bapaknya itu selalu minta uang dan kerap bertengkar kalau Jenaka tidak memberikan. Jenaka sendiri sudah lelah dimanfaatkan oleh bapaknya sendiri.
Selain bebas dari bapaknya, manfaat lainnya adalah Jenaka bisa mengambil banyak ilmu dari Jaya. Dia tahu seperti apa pengalaman laki-laki itu. Busana rancangan Jaya kerap dipakai tokoh-tokoh terkenal. Tadi juga Jenaka sempat melihat ada mesin jahit di rumah Jaya. Semakin terang jalan Jenaka untuk menjadi perancang busana yang hebat.
Ya, soal tidur di mana dan bagaimana nantinya itu urusan belakangan. Jenaka yakin Jaya tidak akan macam-macam padanya. Namun, ia tetap waspada.
"Betul, Pak. Kami sudah sepakat ingin hidup mandiri. Supaya Bapak juga punya waktu untuk santai-santai. Kalau ada kami, kan, jadi nggak leluasa. Terus kami juga susah untuk bergerak." Jaya yang menjelaskan, sesuai kesepakatan tadi.
"Ya sudah kalau kalian maunya begitu. Nggak apa-apa kalau kamu mau bawa Jenaka pergi. Lagian, Jenaka bebas mau kamu bawa ke mana pun."
"Rencananya juga kami akan segera mengesahkan pernikahan kami supaya kelak kalau ingin mengurus sesuatu jadi mudah. Status Jenaka juga jelas."
Harun manggut-manggut. "Ya, ya, terserah kalian. Bagus itu, biar kalau anak kalian lahir nanti nggak ribet nanti."
"Anak?" Jenaka mengulang ucapan bapaknya. Bagaimana mau punya anak? Disentuh saja belum pernah!
"Lha, kalian nikah, kan, gara-gara melakukan itu. Udah pasti bakal hamil, kan?"
Jenaka ingin marah, tetapi Jaya berhasil mencegahnya. Dengan gerakan mata, Jaya menyuruh Jenaka mengendalikan amarahnya. Jenaka mengembuskan napas.
Malam itu juga, Jenaka mengemasi pakaian serta merapikan barang-barang yang akan diangkut ke rumah Jaya. Sekitar satu jam kemudian, barulah mereka berangkat ke rumah Jaya. Harun resmi tinggal sendirian. Semoga saja bapaknya itu tidak berulah.
Sesampainya di sana, Jenaka meletakkan tas besar berisi pakaian dan kardus besar berisi barang-barang di lantai ruang tamu. Ia masih menunggu Jaya yang sedang memasukkan motor. Jenaka mengedarkan pandangannya. Rumah ini hanya memiliki satu kamar, ruang tamu merangkap dapur dan kamar mandi. Lantas, dirinya tidur di mana? Tidak mungkin satu kamar dengan Jaya, kan?
Jenaka spontan menggeleng kuat. Tidak bisa membayangkan dirinya tidur bersama dengan mantan pacar.
"Kamu kesambet apa geleng-geleng gitu?" Jaya rupanya sudah berdiri di sebelahnya. "Lagi mikir tidur bareng sama saya, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelujur Cinta Jenaka
RomanceJenaka ingin menjadi perancang busana seperti Didiet Maulana meskipun hanya lulusan SMA. Namun, ia harus menelan pil pahit saat mengetahui bahwa instruktur di kelas menjahitnya adalah Jaya, mantan pacarnya tujuh tahun yang lalu. Karena sebuah inside...