-----
Di salah satu halte yang berdekatan dengan beberapa sekolah, terlihat seorang murid berseragam sekolah Star Planet dengan name tag bernamakan Sung Hanbin. Murid yang saat ini sedang menunggu kedatangan salah satu bus yang akan menghantarnya menuju rumah.
Pemuda yang sehari-harinya selalu tampak lesu dan tak bersemangat serta raut wajah yang tak pernah menunjukkan adanya kebahagiaan terpancar disana.
Meski begitu ada saja beberapa gadis yang diam-diam memperhatikan dan mulai berbisik-bisik. Pemuda itu mengindahkannya, lebih tepatnya ia tak dapat mendengar apapun disekitarnya akibat lagu yang terputar keras melalui earphone yang terselip diantara kedua telinganya.
Entah apa penyebab yang membuatnya menjadi sosok seperti ini. Namun semenjak ia menginjak bangku di high school, keperibadiannya perlahan berubah menjadi sangat dingin dan tidak perduli kepada semua orang. Bersikap acuh tak acuh seolah-olah ia hidup sendirian di dunia.
Sikap inilah yang membuatnya terasingkan. Walaupun berkategorikan tampan dan berprestasi, belum ada satupun murid yang berhasil berteman dengannya. Atau mungkin yang dimaksud adalah berteman untuk saling mengenal satu sama lain.
Setelah waktu yang lama, akhirnya bus yang ditunggu pun sudah datang. Berhenti tepat dihadapannya sehingga ia bisa masuk lebih dulu dibanding penumpang lainnya yang juga ikut menunggu di halte tersebut.
Setelah menempelkan kartu pelajar pada screen kartu didalam bus, netranya langsung mengedarkan pandang ke segala penjuru. Menangkap radar sebuah bangku kosong yang bisa menjadi tempatnya duduk saat ini. Bersebelahan dengan bangku seorang pemuda lain yang sepertinya bukan berasal dari sekolahnya. Itu terlihat pada seragamnya yang berbeda dengan yang dikenakan Hanbin sehari-hari.
Alih-alih menahan rasa penasaran, ia bergegas ke bangku yang dituju. Mendudukan dirinya dengan tenang disana. Biasanya orang lain akan reflek menoleh ketika seseorang berada tepat disampingnya, namun tidak dengannya. Pemuda berambut merah itu tetap tak bergeming di tempat. Memperhatikan pemandangan diluar yang sepertinya lebih menarik ketimbang memperhatikan seseorang disebelahnya.
Hanbin juga sejujurnya tak begitu peduli dan memilih untuk memejamkan mata serta melipat kedua tangannya didada. Bukan berarti ia akan tertidur. Selagi matanya terpejam, ia fokus memikirkan seragam yang dikenakan pemuda itu.
Seingatnya, tak pernah ada murid di daerah sekitar sekolahnya yang memakai seragam berwarna merah dan juga memiliki lambang berbentuk dua bintang yang menyatu.
'Apa dia murid pindahan?'
Hanya itu yang terbesit dalam pikirannya. Berusaha untuk menggali pertanyaan lain namun tak ada satupun yang menurutnya lebih logis selain mencurigai bahwa pemuda itu merupakan murid pindahan dari sekolah nan jauh dari kota.
Pluk
Hanbin membuka matanya, reflek menatap tajam pemuda yang telah menganggu ketenangannya barusan dengan melepaskan sebelah earphone bluetooth miliknya.
Bukannya membalas, pemuda tak tahu sopan santun itu malah mengabaikan begitu saja Hanbin dan kembali menatap pemandangan luar dengan earphone yang sudah terpasang pada telinga kanannya.
"Maaf, bisakah anda kembalikan earphone saya?" Tutur Hanbin bernada tegas, lebih tepatnya ia sedang menahan kekesalan agar tak melampiaskannya pada pemuda itu detik ini juga.
Namun tetap saja ia diam tak bergeming. Seolah-olah perkataan Hanbin hanyalah bagaikan angin berlalu untuknya. Membuat pemuda berseragam biru disampingnya kini menutup mata menahan puncak emosi.
Hanbin tak mungkin akan semarah ini jika orang lain tak mengusik dirinya lebih dulu. Tapi apa yang terjadi? Pemuda tanpa name tag pada seragamnya itu sudah membuat seorang Hanbin berubah menjadi sosok yang lebih menyeramkan.
"Lagunya bagus, aku menyukainya" Hanya sepenggal kalimat. Namun sukses membuat emosi Hanbin yang berada di puncak seketika menurun drastis bahkan menghilang entah kemana.
"Ini, kukembalikan. Terima kasih" Perlahan diambilnya earphone yang sudah disodorkan. Wajahnya tetap datar, hanya saja dalam hati kecilnya ia mulai merasakan perasaan nyaman mendengar pujian yang seharusnya bukan ditujukan untuknya.
Pemuda itu tetap memandangi jendela namun sebenarnya yang dipandangi bukanlah pemandangan diluarnya melainkan pantulan sosok pemuda yang kini sudah berganti posisi menghadap kedepan.
Rupanya sedaritadi ia tak berhenti mencuri pandang pada Hanbin. Diam-diam menarik sedikit sudut bibirnya kala melihat sosok yang sudah menarik perhatiannya sejak awal pertemuan mereka.
-----
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Blues
FanfictionBook.20 Genre : Brothership, Angst Cast : Zhang Hao × Sung Hanbin (HaoBin) ⚠ WARNING ⚠ B×B, Bromance "Menurutmu, apa arti diriku di dunia ini?" "Menurutku kamu itu seperti warna biru yang menghiasi kanvas putih. Penuh kesedihan, tapi dapat mewarnai...