11.2. Berakhirnya Kesedihan

151 30 4
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Tak bisakah kau menemaniku sedikit lebih lama?"

Hanbin tadinya ingin menyangkal semua yang akan didengarnya. Tetapi sesaat Hao menjelaskan semua yang terjadi, Hanbin tak bisa untuk tidak mempercayainya terutama dimana lelaki itu menceritakan mengenai kehidupannya bagai seorang penerawang. Apa yang dikatakan sungguh tepat sasaran.

Mendengar permintaan Hanbin barusan, Zhang Hao hanya bisa menggeleng pelan. Ia sejujurnya juga masih ingin bersama tapi kesedihan terdalam yang tak didasari sang sendu perlahan kian memudar, maka mau tak mau ia pun juga akan ikut menghilang. Tugasnya untuk membahagiakan lelaki yang sebelumnya sedingin es ini kini sudah selesai dan dia harus pergi.

"Pada akhirnya semua akan meninggalkanku" Gumaman lirih Hanbin didengar oleh Hao yang berada disampingnya.

Puk, srek srek

Diusaknya lembut puncuk kepala yang sedang bersedih, "Hei, tersenyumlah. Kau ingin terus berlarut-larut dalam kesedihan?" Benar kata Hao. Ia tidak boleh terus merasakan perasaan seperti ini atau nantinya semakin lama ia akan semakin tenggelam didalamnya.

"Aku pasti akan merindukanmu, sangat"

"Aku juga. Maaf karena aku tak bisa menepati janjiku untuk selalu berada disisimu dalam wujud ini. Tapi jika kau merindukan sosokku, ingatlah bahwa aku tetap selalu bersamamu disini, dihatimu"

Hanbin mengangguk paham. Menempatkan telapak tangan Hao yang hangat pada tumpuan telapak tangannya yang mengeluarkan hawa dingin dikarenakan terpaan angin. Menautkan jemari miliknya ke sela-sela jemari pemuda itu dan menggenggamnya.

"Sudah lama sekali aku tidak menggenggam tangan orang seperti ini" Hanbin tanpa sadar tersenyum kecil mengamati kedua tangan itu bertaut, mengoyang-goyangkannya seperti anak kecil.

"Hanbin"

"Hm?" Pemuda itu mendongak melihat Hao yang tercengang memperhatikannya. "Baru kali ini aku melihatmu tersenyum, senyumanmu sangat manis"

Blush

Ma-manis?

Kedua pipi yang awalnya merona alami malahan semakin memerah bak kepiting rebus, menjulur hingga ke telinga.

"Ka-kau...! Lebih baik berikan aba-aba dulu sebelum mengatakannya. Kau membuat jantungku nyaris lepas, tahu!" Hao sebagai pelaku langsung tertawa terbahak-bahak melihat Hanbin yang menjadi salah tingkah, lucu sekali.

"Jujur saja, aku berharap kau dapat tersenyum seperti itu setiap harinya. Bahkan jika bisa tertawa lepas sepertiku barusan" Jelas Hao apa adanya. "Apa kau bisa berjanji padaku untuk itu?"

Hanbin nampak menimangnya meski hanya sesaat, "Aku tak bisa sepenuhnya berjanji, namun aku akan mencobanya" Ia mungkin sedikit ragu untuk melakukan, tapi apa salahnya mencoba?

Hao kemudian mengangkat bagian tangannya yang masih bertautan. Mengeluarkan jari kelingkingnya sebagai ungkapan kesepakatan mereka.

"Promise me that you will smile and won't stay sad, okay?" Pintanya tersenyum lembut.

Hanbin mengangguk, menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Hao. "I promised" Ucapnya yang juga ikut tersenyum.

Matahari yang mulai meninggalkan senjanya di langit adalah saksi kesepakatan mereka untuk saling terhubung meski takdir memisahkan wujud keduanya.

Kebahagiaan itu sederhana, hanya saja bahagia begitu mahal harganya untuk didapatkan. Senyuman merupakan harga yang dapat diterima oleh semua orang yang menginginkan kebahagiaan tersebut.

-----

TBC

BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang