2. Pertemuan Tak Terduga

446 43 0
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Hari senin merupakan hari dimana berbagai belahan dunia membencinya. Sebab tiada lagi hari menyenangkan yang bisa dilalui, semua mulai sibuk mengurus pekerjaan yang sempat tertunda.

Tak terkecuali seorang pemuda yang kini berada di perpustakaan hening sebab tak ada satupun orang. Membuka buku selembar demi selembar berusaha mencari informasi untuk tugas yang sedang dikerjakannya.

Mungkin murid lain akan lebih memikirkan untuk mendapatkan informasinya melalui internet, mereka tak mau ambil pusing dan menginginkan hal yang menurut mereka mudah saja.

Lain halnya dengan Hanbin, pemuda itu bertekad ingin menyelesaikan laporannya dengan cara manual. Berharap agar siapa tahu ia mendapatkan informasi tambahan yang belum diketahui melalui buku-buku tersebut.

Buk! Brak! Sruak! Sruak!

Suara yang terdengar begitu keras membuat fokus Hanbin cukup terusik. Rupanya masih ada orang didalam perpustakaan. Mencoba mengedarkan pandang hingga mendapati sumber suara berasal dari seseorang yang tak jauh darinya. Mungkin ia memilih untuk memanjati rak didepannya hingga terjatuh, buktinya terlihat pada buku-buku yang berjatuhan menimpa tubuh serta wajahnya. Bersyukur saja rak yang ia pijaki tak sampai ikut menimpanya juga.

Sejujurnya Hanbin bukanlah tipikal yang akan membantu seseorang bila sedang kesusahan, namun entah mengapa hari ini hatinya sedang berkata lain. Tergerak ingin membantu orang itu berdiri dan membantunya merapikan buku-buku yang terlanjur terjatuh.

Namun baru saja Hanbin akan beranjak, ia kembali duduk kala menyadari seseorang yang ingin dibantunya rupanya pemuda yang pernah ia temui sehari lalu sepulang sekolah. Pemuda yang menurutnya tak memiliki sopan santun dan akhlak.

Hanbin masih kesal, ya walaupun bukan berarti kesal seutuhnya. Hanya saja ia tak ingin kembali berurusan dengan orang semacam itu lagi meski pada akhirnya takdir tak sesuai kehendaknya.

"Maaf, apa aku boleh minta tolong-"

"Tidak" Tolak Hanbin bernada dingin. Kembali memfokuskan pandangannya pada halaman yang terbuka. Dilihat dari sekelibat siluet mata sepertinya ia sedikit terkejut. "O-oh, baiklah. Maaf sudah menganggumu" Dalam batin pikiran, Hanbin mulai merasa aneh pada pemikirannya sendiri.

'Perlukah aku membantunya?'

Perlahan-lahan dirinya mendongak memperhatikan pemuda yang sedang merapikan bukunya sendirian. Tebakannya benar, buku yang terjatuh tadi lumayan banyak dan tentu saja akan kewalahan membereskannya seorang diri.

Termenung memikirkan antara ingin membantunya atau tidak hingga ia memutuskan untuk berdiri menghampiri sosok itu. Tanpa meminta izin maupun menyampaikan kata-kata, ia hanya membantunya dalam diam.

"Terima kasih"

Kembali, hatinya menghangat tanpa sebab. Memang sang hati tak bisa terbohongi oleh topeng angkuh yang dikenakannya selama ini. Selalu merindukan pujian yang sudah lama tak terdengar.

Selagi menata buku, ada satu hal yang ingin Hanbin pastikan. "Apa kau murid sekolah ini?" Ia masih menggunakan seragam merah yang persis seperti dipakainya kemarin.

Pemuda itu mendongak menatap Hanbin yang juga menatapnya dengan raut tanda tanya. Tak berselang lama, ia pun tersenyum tipis. "Kau penasaran?"

Jawabannya adalah iya, namun Hanbin terlalu gengsi untuk mengatakannya. Jadilah dirinya kembali berpura-pura meletakkan buku yang tak disadari salah meletakkannya.

"Seharusnya buku yang kau taruh tadi berada di rak kedua bukan di rak ketiga. Itu kan buku bahasa Inggris" Ucapnya tersenyum geli.

Iya juga.

Hanbin mengembalikan buku yang ia letakkan barusan sesuai perkataannya dengan tenang. Benar dengan tenang, tetapi wajah dan telinganya memerah menahan malu.

Sosok itu menyadarinya makanya tertawa kecil. Tawanya begitu lembut terdengar, mencairkan suasana yang sempat canggung.

"Bagaimana kalau aku memberitahukannya selagi kita mengobrol kecil? Kau tak keberatan bolos hari ini, kan?"

Untuk saat ini, kelas Hanbin memang sedang jam kosong. Tetapi yang dimaksud pemuda itu mungkin akan berbincang seharian dengannya.

Otaknya memproses ingin menolak, mengingat ia harus mengerjakan laporannya yang tinggal terhitung hari. Namun pada akhirnya ia kalah dengan keputusan sang hati yang terlanjur penasaran, menggerakkan kepalanya untuk menyetujui permintaan sosok dihadapannya ini.

Senyuman lembut pun terpatri pada wajah tampan itu, "Baiklah, kutunggu kau di rooftop. Datanglah kesana, oke?" Ia pergi lebih dulu sembari melambaikan tangannya dari belakang pada Hanbin yang masih berdiri ditempat, melihat punggung tegap itu berlalu. Merasakan perasaan aneh yang tak biasanya ia rasakan ketika berdekatan dengan orang lain.

-----

TBC

BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang