-----
"Berapa kali pun aku mencoba melupakanmu, kenyataannya aku tak bisa berhenti memikirkan tanpamu disisiku."
- Sung Hanbin -
-----
Seorang pemuda nampak tergesa-gesa berlari disepanjang lorong koridor yang cukup ramai. Menabrakkan bahunya pada siapapun yang menghalangi jalannya.
Ia tidak peduli jika murid-murid yang ditabraknya menatapnya dengan sinis bahkan sampai meneriaki dirinya. Tujuannya hanya satu, menemui sosok yang kabar burungnya akan meninggalkan sekolah ini. Tepatnya pindah sekolah, namun tak ada satupun yang tahu kemana ia akan pindah.
Setibanya diluar gedung sekolah, pemuda bernama Hanbin itu mendapati sosok yang dicarinya perlahan berjalan menjauh bersama seseorang yang lebih jangkung yang diyakini adalah ayahnya. "Haneul! Jang Haneul!" Teriaknya sekuat tenaga, namun masih saja dikalahkan derasnya suara hujan yang mulai membasahi sekujur tubuh. Bahkan ia sendiri sudah tidak bisa lagi membedakan tangis dengan tetesan air hujan yang bercampur menjadi satu.
Pemuda manis itu sudah mengira bahwa teriakkannya hanyalah sia-sia belaka sebab tak akan terdengar olehnya. Jadilah ia hanya menunduk meratapi kepergian Haneul yang tak disadari rupanya mendengar teriakan samarnya dan terdiam di tempat. Setelahnya meminta sang ayah memberikan sedikit waktu untuk berbicara kemudian membalikkan tubuhnya menghampiri Hanbin yang masih tak menyadari keberadaannya.
Hingga pemuda yang sudah basah kuyup itu melihat ada sepasang kaki menghampirinya. Mendongak menatap pemuda yang mensejajarkan tinggi memandang lurus dirinya. Manik legamnya pun menyiratkan hawa sendu yang tak tergambarkan.
"Ha-Haneul..." Gumam Hanbin sangat pelan, begitu pelan ditengah bibir yang bergetar menahan isak. "Maaf. Maaf sudah membuatmu seperti ini, Hanbin" Raut wajahnya menggambarkan dengan jelas bagaimana rasa bersalahnya saat ini. Ya, semua ini memang salah dirinya, begitulah pikirnya.
"Tidak, Haneul. Kau... kau tidak salah. Kita... kita bisa kembali-"
"KITA TIDAK BISA KEMBALI SEPERTI DULU, HANBIN!" Bentakan itu membuat Hanbin tersentak, napasnya seolah tercekat saat itu juga. Untuk pertama kalinya, Haneul membentak dirinya.
"Ke-kenapa...?"
Haneul terdiam sejenak, berusaha menahan genangan air yang perlahan menumpuk di pelupuk mata yang mulai memanas. "Mulai sekarang, aku tidak bisa lagi berada disisimu" Itulah kalimat yang berhasil lolos dari bilah bibirnya.
Hati memang tak bisa dibohongi. Meskipun kata-kata yang ia lontarkan terdengar begitu kasar, namun hatinya begitu sakit ketika menatap sorot mata sembab dihadapannya. Mata lentik nan cantik yang pernah menarik perhatiannya bahkan hingga sekarang.
Ia tidak munafik, sejujurnya dirinya masih menyayangi sosok dihadapannya ini. Cintanya terlalu dalam bahkan untuk sekedar dikatakan cinta. Menganggap pemuda didepannya sudah selayaknya saudara sendiri.
Namun takdir berkata lain kepada mereka berdua, dimana lingkungan sekitar tak merestui hubungan tersebut saat mengetahui bahwa hubungan yang dijalani perlahan terlihat menyimpang dari yang sebenarnya.
Menduga-duga dan menyebarkan rumor negatif diantara mereka yang berakhir mempengaruhi kehidupan keduanya. Maka satu-satunya hal yang dapat mencegah semua itu adalah perpisahan.
Haneul kembali melangkahkan kakinya menjauh. Namun detik kemudian lengannya dicegat oleh Hanbin yang masih menunduk terdiam, ia tak lagi menangis seperti tadi namun juga masih tak rela bila sosok yang sudah menjadi sandaran hidupnya itu pergi.
Pemuda berperawakan tampan itu mengerti dengan apa yang dipikirkan Hanbin saat ini, ia hanya tersenyum lembut sembari melepaskan genggaman tersebut dari lengannya kemudian menyerahkan payung berwarna biru miliknya pada genggaman tangan itu.
"Jaga ini baik-baik. Aku akan mengambilnya saat kita bertemu kembali" Bisiknya dibalik senyuman, mengusak pelan rambut basah Hanbin bagai keseharian yang biasa ia lakukan. Setelahnya beranjak darisana berlari menghampiri sang ayah yang mengenakan payung berbeda. Beliau sudah menanti kehadirannya untuk mengajaknya pulang.
Kepergian Haneul menorehkan kembali rasa luka dan kecewa di hati Hanbin. Setelah dirinya tersiksa dibawah tekanan murid-murid yang pernah merundungnya. Haneul-lah penyelamatnya, sekaligus belenggu kerinduan yang perlahan terlupakan sejak hari itu.
Sebab Hanbin mempunyai satu kebiasaan yang tak bisa ia lepas, yakni luka dan kecewa yang ia rasakan merubahkan dirinya menjadi pribadi yang tak lagi mempercayai siapapun. Begitupun ingatan tentang orang yang menyakiti hatinya tanpa disadari perlahan terhapuskan tanpa diminta.
Mungkin ia dapat melupakan, pada kenyataan ia malah membuat sosok bayang lain dalam dirinya sendiri yang mirip dengan sosok yang pernah mengisi lembar kehidupannya menjadi cukup berwarna. Dengan identitas dan sifat yang berbeda.
Benar, sosok yang kalian kenal dengan nama Zhang Hao merupakan sosok pemuda yang sama dengan yang pernah ada dalam ingatan lama Hanbin, Jang Haneul. Dan sayangnya, ia masih belum menyadari hal itu.
-----
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Blues
FanficBook.20 Genre : Brothership, Angst Cast : Zhang Hao × Sung Hanbin (HaoBin) ⚠ WARNING ⚠ B×B, Bromance "Menurutmu, apa arti diriku di dunia ini?" "Menurutku kamu itu seperti warna biru yang menghiasi kanvas putih. Penuh kesedihan, tapi dapat mewarnai...