"Kau tidak akan sarapan bersama mereka"
Arvin menatap malas kearah Glen, sejujurnya dia merasa risih saat mata itu menatapnya dengan tatapan asing.
"Kenapa masih di situ? ikut aku. Cepat!" Glen menggeleng.
Arvin yang melihat itu entah kenapa merasa marah, bukankah seharusnya dia senang karena anak itu tidak akan lagi mengganggunya?.
Arvin menggerakkan giginya, dengan sekali tarikan pada lengan Glen, anak itu langsung terjatuh dari kursi yang ia duduki.
Bruk!
"Glen!!" Mery segera membantu Glen berdiri, dapat ia lihat lutut Glen terlihat memerah akibat benturan yang terjadi saat ia terjatuh.
Tarikan Arvin tidak main kerasnya.
Glen hanya terdiam ditempatnya, dia menatap mata Arvin dengan sorot mata yang tak terbaca.
Anak itu bahkan tak sedikitpun meringis saat terjatuh.
"Menyingkir! Dia harus diberi sedikit pelajaran karena sudah mengabaikanku!"
Arvin mendorong Mery dan kembali menarik lengan Glen dan mencengkramnya berharap anak itu akan menangis dan meminta ampun padanya.
Namun, apa yang diharapakan arvin tak sedikitpun terjadi, Glen bahkan hanya menatap lamat pada lengannya yang sudah membiru tanpa sedikitpun kerutan pada wajahnya.
"Tangan Glen biru, bisa tuan lepaskan tangan Glen?. Glen tidak mau mama sedih saat liat ini" Glen menara tepat pada mata Arvin membuat remaja itu tertegun.
Tangannya yang memegang lengan Glen perlahan mengendur. Perasaan tak nyaman terasa menusuk hatinya kala Glen memanggil dirinya tuan.
'Apa dia benar-benar melupakan kami? Apa dia benar-benar sudah menyerah?'
Banyak pertanyaan menyerang kepalanya, dia bahkan langsung berbalik tanpa melihat wajah panik Emma dan Mery saat melihat lengan Glen yang membiru.
Emma yang baru selesai mencuci piring dibuat terkejut melihat lengan Glen yang membiru.
Emma memperhatikan lengan Glen dengan sesama sebelum menatap wajah anak itu yang tak sedikitpun terdengar ringisan dari belah bibirnya.
'Bagaimana ini?' batinnya.
"Lobak kecil apa ini sakit?" Mery bertanya dengan hati-hati begitu melihat lengan Glen yang membiru.
"Eum tidak bibi, ini tidak ada rasanya" Mery terkejut.
Bagaimna bisa memar yang terlihat mengerikan itu sama sekali tidak terasa sakit? Apa ini? Ada yang aneh, bukankah sedari tadi Glen juga tidak meringis? Apa memang benar tidak sakit? Tidak?! Pasti ada yang salah di sini.
Mery menatap Emma menuntut penjelasan, bagaimanapun Emma lah yang paling tau dengan kondisi Glen yang sekarang.
"Akan aku jelaskan nanti, tapi tolong untuk sekarang hubungi dokter Rehan untuk memeriksa Glen yah Mery. Bilang padanya untuk langsung ke kamarku karen Glen tidak ingin ke kamarnya lagi sekarang"
Mery mengangguk mengerti, selepas Emma pergi dia dengan buru-buru menghubungi dokter Rehan dan untungnya langsung diangkat.
"Halo dokter, ini saya Mery. Bisakah dokter ke mansion sekarang? Tuan muda Glen terluka, ada memar besar di lengannya dan Glen sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit"
"Bagaimana Glen bisa terluka? Ya ampun! Tunggu aku sebentar saya akan sampai dalam lima menit"
Rehan mematikkan telfon sepihak tanpa menunggu respon Mery, dan benar saja lima menit kemudian dokter Rehan sudah berada di pintu masuk mansion dengan tas kerjanya yang berisi peralatan medis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjelajah
Randomhanya kisah tentang joo yang berkelana di dunia lain dengan berbagai peran yang dimainkannya ditemani sistem berwujud panda yang menggemaskan.