Votmen nya jangan lupa(`💳ω💳´)
Arvin sekarang tengah berkutat dengan tugas sekolahnya. Kedua alisnya saling bertaut terlihat sekali remaja itu sedang berpikir keras.
'Tangan Glen biru, bisa tuan lepaskan?'
Mata tajam remaja itu terpejam saat kembali mengingat kembali perkataan Glen.
'Tuan bis-'
"Akh! Enyalah dari pikiranku sialan!"
Arvin berdiri dari duduknya, tangannya mengacak-acak rambutnya hingga tak beraturan.
Perasaan bersalah tiba-tiba saja menyerang hatinya apalagi saat melihat lebam yang dia ciptakan di lengan anak itu.
Sebenarnya Arvin tak bermaksud untuk melakukannya, dia hanya ingin memperingarkan Glen berharap anak tiu akan kembali ke sikapnya yang semula.
Dia ingin Glen kembali mengemis perhatian padanya.
"Apa ini karena kejadian saat itu?"
Arvin berdecak dan kembali memfokuskan dirinya. Karena terus tak fokus akhirnya arvin memilih untuk tidur karena sekarang sudah jam 11 malam dan dia harus ke sekolah esok harinya.
Arvin mulai membereskan peralatan sekolahnya sebelum membawa tubuhnya ke kasur dan mulai menutup mata. Arvin merasa sangat mengantuk sekarang dan kesadarannya mulai menipis seakan-akan dia ditarik oleh sesuatu.
Arvin bermimpi.
Dia bermimpi sedang berada di sebuah taman yang luas dan begitu indah. Di sana dia berkeliling menikmati keindahan taman itu, dia terus berjalan hingga langkahnya terhenti saat melihat sosok yang tak asik sedang bermain dengan kawanan kupu-kupu.
"Glen?"
Sosok itu berbalik dan memberikan senyum paling manis yang dimilikinya, matanya menatap tepat pada wajah Arvin yang terdiam kaku. Dia adalah Glen orang yang sangat Arvin benci selama hidupnya.
Glen berjalan mendekat kearah Arvin dan memegang wajah kaku kakaknya dengan kedua tangannya. Senyum sendu terpatri di wajah bulat itu.
"Abang kenapa benci sama Glen? Glen ada salah apa sama abang?. Apa karena Glen tidak lahir sebagai perempuan?"
Arvin tetap diam, tubuhnya terasa sangat kaku dan sangat sulit untuk digerakkan, bahkan dia tidak bisa menggerakkan belah bibirnya."Glen minta maaf karena sudah lahir sebagai laki-laki, jika bisa Glen tidak ingin dilahirkan agar Mommy, daddy dan abang senang"
Air mata mengalir begitu saja melewati pipi Glen.
"Abang, Glen juga tidak ingin hidup seperti ini. Glen merasa sangat bersalah sama kalian karena sudah lahir. Glen sudah membuat harapan kalian semua pupus"
'Tidak, itu tidak benar. Kamu tidak bersalah yang salah adalah kami! Harusnya kami memperlakukanmu sama!'
Ingin rasanya Arvin berteriak sekarang juga dan memeluk sosok rapuh yang ada dihadapannya, tapi tubuhnya benar-bena tidak bisa digerakkan.
Tubuh Glen tiba-tiba saja berubah, tubuh anak itu sekarang berubah sangat kurus dan darah yang mulai keluar dari beberapa bagian tubuhnya. Tubuh Glen kini bermandikan oleh darah, bahkan mata Glen kini berubah merah, sangat menakutkan.
"Tapi apakah aku berhak mendapatkan perlakuan bejat kalian?! TIDAK! Kalian semua adalah bajingan yang bahkan tak pantas disebut sebagai keluarga! Kalian adalah monster yang sudah membunuh ku! Kalian semua pembunuh!"
Leher Arvin dicekik begitu keras oleh Glen, kuku jari Glen yang memanjang menancap di kulit lehernya.
Air mata Arvin mengalir deras saat merasa pasokan udaranya mulai menipis dan perasaan bersalah kini menyeruak kedalam hati dan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjelajah
Randomhanya kisah tentang joo yang berkelana di dunia lain dengan berbagai peran yang dimainkannya ditemani sistem berwujud panda yang menggemaskan.