Chapter 12

4.9K 675 79
                                    

Votmennya jangan lupa( ͡°³ ͡°)
Typo? Tandai ( ͡°³ ͡°)

Hari ini tepat seminggu setelah kejadian Steven yang melempar Eria dengan gelas. Kini hubungan kedua orang itu cukup renggang dengan Steven yang kini jarang terlihat berada di rumah.

"Ma, aku sudah berusaha untuk menutup rahasia itu. Mama tau kan kalau posisi aku Sekarang enggak baik, mas Steven sedang marah besar padaku ma!"

Eria menatap kesal pada layar handphone nya yang menampilkan seorang wanita yang tak lain adalah ibunya.

"Makanya itu, kamu jangan membuatnya marah. Dari cerita yang kamu bilang sepertinya Suamimu sudah mulai menaruh perhatian pada Glen, jadi sebisa mungkin kamu jangan menyinggung tentangnya di hadapan suamimu"

"Ck, anak itu sejak dia lupa ingatan dia jadi semakin tak tau diri! Kenapa dia tidak pergi saja dari kehidupan ku!"

Emira termenung sesaat, wanita tua itu sedang berpikir bagaimana cara nya agar putra bungsu putrinya pergi jauh dari kehidupan putrinya.

Sejak awal Emira juga tidak menyukai Glen karena dia juga menginginkan cucu perempuan karena Erica telah memiliki dua anak laki-laki jadi selanjutnya haruslah anak perempuan.

"Bagaimana dengan pembantu itu? Siapa namanya? Emma? bukankah dia sangat menyayangi Glen, kenapa kamu tidak berikan saja anak itu pada nya dan minta dia untuk pergi sejauh mungkin dari negara ini"

Benar, kenapa dia tidak berikan saja anak itu pada Emma, lagipula anak itu juga lupa ingatan dan hanya mengingat Emma sebagai ibunya, jadi kenapa tidak sekalian saja.

"Mama benar! Kenapa aku tidak memikirkan ini dari dulu!"

Eria tersenyum, dia telah mendapatkan solusi untuk masalah Glen dan dia yakin pasti suaminya lama-lama pasti akan melupakan Glen seperti sebelumnya.

"Terima kasih ma! Aku tutup dulu telfonnya".

Sesaat sambungan telepon terputus Eria segera menghubungi nomor Emma.

"Halo-

" Bisakah kita bertemu sekarang? Ada yang ingin aku katakan padamu. Aku akan mengirim lokasinya sekarang"

Belum sempat Emma menjawab Eria sudah lebih dulu memutus sambungan teleponnya. Wanita itu dengan terburu-buru bersiap-siap untuk keluar setelah mengirim lokasi dimana mereka akan bertemu.

Kalana melihat Eria yang terlihat buru-buru keluar dari kamarnya, gadis itu lantas menghentikan Eria dan bertanya kemana dia akan pergi.

"Mommy ingin kemana?"

"Sayang tunggu di rumah sebentar ya, mommy ingin mengurus sesuatu diluar dan ini sangat penting"

Kalana mengangguk walaupun bingung. Eria yang melihat raut kebingungan putrinya langsung memeluk kalana dan membisikkan sesuatu.

"Ini tak akan lama dan setelah mommy pulang statusmu akan benar-benar menjadi anak bungsu keluarga Smith, pegang perkataan mommy oke"

Senyum tertahan muncul di wajah Kalana, gadis itu mengangguk dan membiarkan Eria pergi setelah Eria memberikan kecupan di keningnya.

'Sekarang kamu akan benar-benar tersingkir Glen'  batinnya.

Emma menatap handphone nya dengan pandangan rumit, dia baru saja menerima telfon dari Eria yang meminta untuk bertemu entah apa yang akan wanita gila itu bicarakan dengannya.

"Ada apa?" Arthur bertanya begitu melihat Emma yang melamun sambil menatap Handphone nya.

"Eria baru saja meneleponku, dia meminta untuk bertemu katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan denganku"

PenjelajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang