1. Bersepeda

141 8 2
                                    

Minggu pagi, kegiatan hari ini sudah pasti berkeliling pantai, hari ini aku memakai baju biru tosca, dan celana sepanjang lutut, dengan rambut pendekku yang ku biarkan terhempas angin sepoi-sepoi di Pantai ini, dan tidak lupa aku membawa sepedaku yang beroda 2, berwarna hitam pekat dengan hiasan polkadot putih, ya.. itu warna kesukaanku.
Aku mengendarainya pelan, supaya aku bisa memandang indahnya pantai dengan ombak yang seakan-akan menyambut kedatanganku dengan tarian dan suara khasnya, dan pastinya supaya aku bisa merasakan terpaan angin yang berhembus kesana kemari seakan-akan ada ribuan jari tangan yang membelai rambutku.

Tiba-tiba...

BRUKK!

"Aduuhh... sakiitt..." eluhku, karena terjatuh dari sepeda.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya seseorang, yang membuatku mendongak menatapnya.

"Tidak apa-apa bagaimana?! Tanganku sampe luka kaya begini!, kamu bisa naik sepeda tidak sih!" Bentakku.

"Aku kan tanya baik-baik!" Bentaknya juga.

"Bukannya minta maaf malah membentak! Maunya apa sih?!!" Kataku, yang mulai memanas.

"Yaudah, aku minta maaf, aku udah nabrak kamu, aku memang belum ahli mengendarai sepeda.." ucapnya, mulai merendahkan volume suaranya.

"Oh gitu, lain kali hati-hati.." jawabku, sembari mengangkat tubuhku untuk berdiri, dan membersihkan bajuku yang kotor karena terjatuh di pasir Pantai.

"Oh yaa kenalin namaku Vinodika Hildon" katanya, yang tak menjawab perkataanku sebelumnya, sembari mengulurkan tangannya kepadaku.

"Namaku Rannasta Pin, panggil saja Ranna, aku panggil kamu siapa?" Jawabku sekaligus bertanya, sembari menerima uluran tangannya tanda menerima ajakkannya untuk bersalaman.

"Panggil saja Vino.." jawabnya singkat.

.

Setelah selesai berkenalan...

"Ayo kita keujung sana, sambil berkeliling pantai ini.." ajakku pada Vino.

"Boleh..." jawabnya.

Setelah lama kami berkeliling pantai.. tak terasa, pagi sudah menjadi senja..

"Udah sore nih.. pulang yukk" ajakku.

"Iya.. ayo kita pulang.. oh yaa.. rumah kamu dimana?" Jawab Vino yang menerima ajakkanku sekalogus bertanya.

"Rumah ku di blok A, warna abu-abu, pagar hitam, bertingkat, dan menghadap barat" jelasku.

"Loh.. rumahku juga di deretan itu... rumahku warna coklat, pagar emas, bertingkat" jawab Vino, yang membuat aku berpikir sejenak.

"Mm... tunggu-tunggu.. kayaknya aku tau rumah itu deh..
Mm... bukannya itu rumah Mama Rena ya?" Tebakku, yang awalnya berpikir agak lama.

"Iya.. itu ibuku.." jawab Vino, yang membuatku terkejut, hingga mataku membulat lebar-lebar.

"A-a-apa?! I-ibu k-k-kamu?!" Kataku, terbata-bata.

"Iya.. memangnya kenapa?" Tanya Vino.

"Yaampun... aku deket banget sama Mama Rena.. makanya aku panggil dia mama... nama kita juga hampir sama... tapi ko.. aku ngga pernah liat kamu ya?" Jelasku panjang.

"Oh.. hihii.. iyaa.. dari kecil aku tinggal di Bandung bersama nenekku.. karena aku udah mau kelas 5 SD, jadi aku pindah dan menetap disini sama ibu, ayah, dan kakakku.." jelasnya.

"Ooo gitu... nanti kita main bareng yaa... nanti aku ke rumah kamu, kangen juga niih sama Mama Rena.." kataku.

"Oke deh..." jawab Vino sembari mengangkat tangan dan mengangkat ibu jarinya.

.

.

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur, terlintas dipikiranku tentang Vino, ah senangnya punya teman baru..
Kuharap kita bisa menjadi sahabat yang abadi...
Sepertinya dia anak yang baik,, aku berjanji akan selalu disisinya, entah dia sedang senang, sakit, atau sekarat sekalipun.

Beberapa menit kemudian, mataku mulai memberat, rasa kantuk sudah menghantamku, dan akhirnya aku terlelap dengan harapan-harapan yang masih mengitari pikiranku.

Beach FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang