10. Sangat Sulit

36 5 0
                                    

"Vino..." dia sama sekali tak menatapku.

"Mau apa kau datang kesini" ucapnya pertama kali, datar, dan tatapannya masih kosong kedepan.

"Aku maー" ucapku terpotong olehnya.

ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー ー
"Kau mau memamerkan kekasih barumu" ー Vino

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

"Tak usah berpura-pura tidak tau bodoh!" aku membulatkan mataku. Vino membentakku?!

"Dito? Hey Vino, dia hanya teman 1 kelasku" dia mengibaskan tanganku yang sebelumnya berada di pundaknya.

"Aku kesini cumー"

"Kau mau memamerkan jas putihmu yang menandakan kau sudah menjadi dokter" ー Vino

"Aku tidak bermakー" Vino memotongnya lagi, aku sudah sedikit geram.

"Mana janji manismu 1 tahun lalu" ー Vino

"Vino dengarkan aku, akuー"

"Bullshit!" Jujur, aku sudah naik darah.

"Vino ! Bagaimana kau bisa mengatakan seperti itu, sedangkan kau tidak mengetahui apa-apa!" Sebelumnya aku tidak pernah berkata dengan nada tinggi seperti ini, kepada siapapun, termasuk Vino.

"Kau saja selalu menyembunyikannya" ー Vino

"Karna kau tidak pernah mau mendengarkan penjelasanku ! Kau selalu memotong perkataanku! Apa salahku!, aku tidak ada hubungan apapun dengan Dito ! Baiklah aku akan lepas jas ku ini! Jika ini yang akan membuatmu kembali seperti dulu!" Vino tersenyum miring, menanggapi perkataanku.

"Vino, apa kau tau, aku sangat mengkhawatirkanmu, aku tercengang mendengar kabar tentangmu, akー"

"Kau ke Indonesia apabila aku cacat!" ー Vino.

"Dapat pikiran darimana itu Vino! Kenapa kau terus-terusan mencemoohku begini! Aku merindukanmu, aku selalu memikirkanmu, aku selalu membayangkan bisa main bersamamu lagi, aku selalu mengingat masa lalu kita, sampai aku sering tidak fokus jika mengerjakan apapun, aku tidak tau mengapa dosen itu mengangkatku menjadi asistー" aku menghentikan perkataanku sendiri.

"Bodoh, kenapa kau berkata seperti itu Rannaa.... bodoh, bodoh, bodoh, sama saja kau membangunkan singa yang sedang tidur! Terima konsekuensinya kau Ranna.." gerutuku dalam hati.

"Emh, maksudku, mengapa teman-temanku mengiranya aku adalah asisten dosen, padahal tidak" elakku.

Tok tok tok...

Wanita paruh baya masuk kedalam kamar, dengan membawa nampan berisikan makanan dan air putih,

"Mama Renaa..." aku memeluknya.

"Haii sayang... bagaimana kabarmu?" Tanyanya dengan tersenyum manis.

"Baik maa, oh ya, apa ini untuk Vino? Biar aku saja yang membujuknya" kataku yang dijawab anggukan oleh mama Rena.

Pintu kembali tertutup, dan aku menghampiri Vino, ditempat sebelumnya.

"Vino... makan dulu," Vino memalingkan wajahnya, ketika aku akan menyuapi 1 sendok kepadanya.

"Nanti kamu sakit..." tanganku kembali terdorong untuk menuju mulutnya. Tapi kembali ditolak

"1 sendok aja deh..." aku tersenyum, tapi dia malah mengibaskan tanganku dengan tangannya yang mengakibatkan piring yang berisi makanan itu terjatuh. Aku hanya bisa membulatkan mata, dan menghela nafas, aku berusaha menahan amarah. Dan langsung membereskan pecahan piring itu, Vino masih menatap kosong kedepan.

.

.

VINO POV ー ON

Aku senang kau datang kesini Ranna,
Aku rindu padamu,
Maafkan aku, telah berperilaku kejam seperti ini,
Aku melakukan semua ini supaya kau mencari sahabat yang lebih baik lagi, karna aku hanya tidak mau kau memiliki sahabatmu yang fisiknya sudah tak sempurna, untuk apa kau masih berbaik hati kepadaku, sedangkan aku tidak bisa melindungimu.
Kau wanita yang nyaris sempurna Ranna...
Kau tidak pantas berdekatan dengan orang cacat sepertiku ini..

"Sepertinya kau lelah, apa kau mau berbaring? Ayo kubantu" tawar Ranna, dengan senyumnya yang masih merekah, setelah membereskan pecahan piring tadi.

Aku hanya diam, sudah berapa kali aku jahat kepadanya,.
.

Aku sudah berbaring, dan Ranna senantiasa berusaha menghiburku, namun hanya kujawab anggukan, gelengan, bahkan ada yang tidak sama sekali.

"Kau pulang saja ke Amsterdam, dan tak usah temui aku lagi" ucapku datar, rasanya enggan dan berat sekali untuk mengatakan kalimat itu, ku yakin Ranna pasti membelalakan matanya, dan sangat kaget, aku sangat tidak tega membuatnya terluka, tapi aku lebih tidak tega lagi jika Ranna kecapekan karna bersusah payah merawatku.

Ranna... maafkan aku...

"Baiklah, jika itu maumu, tapi beri aku waktu 3 hari untuk selalu bersamamu, ku mohon..." pintanya, mau tak mau aku harus menerimanya, untuk yang terakhir mungkin.

"Ya" jawabku singkat.

"Terimakasih..."

.

.

Aku memejamkan mataku,
Aku melirik sedikit ke sisi kananku, terdapat Ranna yang sedang membaca buku sains disebelahku, anak itu memang benar-benar belum berubah, selalu ada buku ditangannya.

.

.

"Sepertinya Vino sudah tidur, lebih baik aku berbicara padanya saat dia terlelap saja, walaupun mungkin aku seperti orang gila, berbicara pada orang yang sedang tidur" ucap Ranna, dengan volume kecil, tapi aku bisa mendengarnya, karna keadaan kamar sangat hening.

"Vino, kau sangat tampan jika tertidur, sudah berapa ribu gadis yang terhipnotis oleh wajahmu ini hmm? Aku sering memperkenalkanmu didepan teman-temanku, oh yaa ada temanku yang dari Brazil selalu menanyakanmu namanya Arexa, Philinius Arexa Winson, sepertinya dia sangat menyukaimu, dia sangat cantik... Duh aku jadi nglantur...
Vino, andai kau mendengarkan penjelasanku, aku sangat senang, walaupun kau tidak meresponnya, setidaknya kau sudah mendengarkanku,
Aku merindukanmu, setiap hari otakku dipenuhi dengan namamu, aku rindu bermain bersamamu di Pantai, membuat tantangan siapa yang menjadi juara 1, dan sebagainya, aku sering menangis dimalam hari ketika melihat foto masa kecil kita,
Dito, dia temanku, justru dia yang selalu menasihatiku jika aku sedang terpuruk, berfikirlah positive Vino...
Alasanku tidak kemari, itu karena banyak pasien yang harus aku tangani, dokter-dokter yang seharusnya menangani itu sedang ada urusan penting katanya, sebenarnya aku juga meninggalkan 5 pasienku demi kamu Vino..
Sesulit apapun keadaan kamu, aku akan selalu ada untukmu, percayalah Vino.
Ini gunanya sahabat" ucap Ranna panjang lebar, itulah yang ada dibenak Ranna yang selalu ku elak sebelumnya,.
Seketika, aku merasa tanganku basah, seperti keran yang dimatikan, menyisakan tetesan-tetesan air.

Aku tahu Ranna, kau tidak mungkin seperti apa yang aku katakan. Aku tahu, kau merasakan sakit yang teramat sangat karna ulahku, ingin rasanya aku mengusap air mata di pipimu.

"Emm Vin, aku pulang dulu ya, baik-baik disini ya... besok aku akan kesini lagi, i'm gonna miss you Vino"

Ku tunggu kehadiranmu besok Ranna...
I'm gonna miss you too Ranna.

VINO POV ー OFF

.

.

hwhwh terimakasih yang udah baca... :''v .

Beach FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang