5. Ada apa?

43 5 0
                                    

"Vinooo ayooo...." ajakku pada Vino dengan berteriak.

"Iyaaa sebentaarrr..." sahut Vino.

Seketika Vino meluncur dengan secepat kilat dengan sepedanya, tak mau kalah aku langsung mengejar Vino dengan mengayuh sepedaku sekencang-kencangnya hingga posisiku berada jauh didepan Vino.
Kami mengendarai sepeda dengan sangat kencang hingga dedaunan di pohon rindang ikut terhempas oleh dahsyatnya angin yang kami terjang.

Sampailah kita ditempat yang dituju.....
Pantai...

"Aduh Na, gila ya kamu, padahal aku duluan yang jalan" ucap Vino dengan nafas yang terengah-engah. Yang hanya membuat tawaku meledak, tak terlontar 1 kata pun dariku, melainkan hanya tawa..

Hening... sesaat,,
Untuk mengumpulkan sedikit energi seperti semula...
Kami duduk di kursi yang terletak diujung Pantai, yang telah menjadi saksi canda tawa kami.
Karena kami larut dalam keceriaan dan kelelahan yang kami perbuat sendiri, tak lama kami memejamkan mata perlahan, dan... tertidur...

"Hoaaamm...." aku menguap, karena sebelumnya tak tahan lagi menahan kantuk yang menyerangku dan memaksa mataku agar terpejam.

"Emmhh... Viinn... bangunn...." sahutku sembari menggoyang-goyangkan tubuh Vino dengan lemas.

"Hooaaaahhh... jam berapa ini??" Vino menguap dengan membuka mulutnya lebar, sangat lebar.

"Jam 11 siang... tadi kita kesini jam 9..." jawabku..

"Ohh... baru 2 jam ya.." jawab Vino dengan mata yang masih terpejam.

Aku tak menjawab perkataannya lagi... aku langsung berkata hal lain.

"Mm... Viin..." kataku lirih.

"Hm?" Sahut Vino dengan mata yang lagi-lagi masih terpejam.

"Aku takut... kalau SMP nanti,, kita tidak 1 kelas, atau bahkan mungkin tidak 1 sekolah.."

"Yang penting, kita masih bisa main bareng..." Vino selalu merespon perkataanku, telinga, mulut, dan otaknya bekerja, tapi matanya masih saja terpejam.

"Kau ingin di SMP mana Vin?" Tanyaku.

"Tidak tau..." jawabnya pelan.

"Kalau sudah tau, kabarin aku ya.." kataku.

"Iya..."

"Oh ya Na, kenapa kau tidak pernah memberi tahuku kalau kau siswa teladan? Aku kan tidak bisa menjadi juara 1 lagi" mendengar itu aku langsung tertawa kecil, sangat kecil.

"Aku tak mau dianggap siswa yang hebat yang selalu mendapat juara 1, kau tau? Teman-temanku banyak yang kikuk bila aku dekati, dan kau tau? Apa alasannya? Mereka merasa tidak pantas bila didekatku, aku tidak suka itu, aku merasa tidak bebas jika ingin bermain dengan teman-teman yang lain..."

.

.

"Rannaa....."

"Sepertinya ada yang memanggil nama aku, didepan rumah, siapa? Malam-malam seperti ini ke rumah" ucapku dalam hati, sembari berfikir.

"Naaa... Rannaaa...."

"Iyaaa sebentaaarr...." sahutku dengan berteriak.

"Sepertinya aku mengenal suaranya.. sepertinya Vino deh..." ucapku dalam hati, dan kembali berfikir sekaligus menebak-nebak.

Aku membuka pintu...
Dann.. benar.. ternyata Vino...

"Eh Vin? Ada apa?" Tanyaku.

"Ke Pantai yukk..." ajaknya.

"Serius nih? Ayooo...." tanyaku. Belum sempat Vino menjawab, aku sudah langsung menyetujuinya.

Sesampainya di Pantai....

"Oh ya Na.. aku bakal sekolah di SMP N 1 RITNAWINA, ngga banyak orang yang bisa masuk sekolah itu... besok penentuannya... aku diterima atau tidak... kalau kamu Rann?" Ucap Vino panjang lebar.

Baru saja aku membuka mulut untuk menjawab, Vino sudah langsung nyosor.

"Ahh... tidak perlu-tidak perlu, aku tau, kamu pasti sekolah disitu juga kan?, secara, kamu juga dapet nem tertinggi se-kabupaten..." kata Vino, dengan semangatnya.

Nampaknya Vino sangat berharap aku ada di sekolah itu bersamanya, mungkin dia sudah menyusun jadwal kegiatannya bersamaku nanti, tapi...

"Tidak Vin..." kataku pelan.

"Hah? Maksudnya?" Tanya Vino, dengan heran.

"Aku sekolah di Semarang..." jawabku.

"A-a-apa? J-ja-jadi, kita tidak bisa main lagi dong.." ucap Vino seketika lemas, semangatnya yang membara telah dikalahkan dan luntur seketika.

"Aku janji, bakal terus komunikasi sama kamu" kataku, supaya Vino tak merasa sedih.

"Kamu bohong Na.." ucap Vino dengan nada lirih dan tak bersemangat.

"Pegang janji aku" kataku tegas.

"Janji?" Vino mengangkat jari kelingkingnya.

"Janjii.." jawabku dengan merantaikan jari kelingkingku pada jari kelingking Vino.

"Oh ya.. bukankah kau ingin aku tidak 1 sekolah denganmu supaya kamu bisa mendapat peringkat 1?" Aku menaikkan 1 alisku.

"Hahaha, iya juga sih, tapi aku masih ingin bermain denganmu Ranna.."

"Seperti aku mau pergi sangat jauh saja. Lebay kamu, udah yuk, kita pulang, jangan lemes gitu dong... semangatt... kita harus jadi yang terbaik lagi yaa..." rayuku.

.

.

Hari demi hari...

Hari keberangkatanku telah tiba...

Vino senantiasa mengantarku ke bandara sampai pesawat menjemputku.
Dibalik kesedihan yang mendalam, kami sempatkan untuk bersenda gurau, aku sudah membawa Laptop untuk berkomunikasi dengan Vino, untuk melepas kerinduan. Maklum, sekarang jaman sudah sangat canggih,.

Setelah pesawat yang akan ku naiki hampir berangkat, Vino selalu berkata, "jangan lupa janjimu ya.." .

Beach FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang