11. 3 hari terakhir bersama Vino (1)

29 3 0
                                    

Aku menuruni tangga untuk menuju ruang tamu, dari kamar Vino. Kulihat disana ada Dito dan kak Nari sedang bersenda gurau,

"Apa kedatanganku kesini mengganggu?" Tanyaku dengan nada meledek, yang sambut dengan kekehan dari mereka.

"Haii Rann, bagaimana dengan Vino?" Tanya kak Nari.

"Baik ko kak... tadi sempet ketawa-ketawa... tapi sekarang dia udah tidur" jawabku dengan senyuman, sekaligus berbohong, karna aku tak mau membuat kak Nari merasa kecewa karna telah memberi kepercayaan kepadaku tapi aku belum bisa melakukannya, tapi aku akan berusaha melakukannya, maafkan aku kak..

"Wah, kakak tidak salah kasih kepercayaan sama kamu Rann, kakak sama mama aja hampir putus asa buat Vino ketawa lagi kaya dulu.. terimakasih Ranna..." jawabnya parau.

"Hihii iya kak.. yaudah, aku sama Dito pulang dulu ya kak... ayo Dit, oh iya, tolong pamitin ke mama Rena juga ya.. makasih kak..."

Sebelum aku melanjutkan langkahku menuju pintu utama, aku menghentikan langkahku yang diikuti oleh Dito dan kak Nari.

"Apa ada yang ketinggalan?" Tanya Dito yang diikuti anggukkan dari kak Nari.

"Sepertinya... kalian cocok.." ledekku dengan cengiran lebar sebelum aku lari menuju rumahku, dan tak perduli teriakan-teriakan mereka yang memanggil namaku.

***

"Rannasta, kau mau kemana? Ini masih pagi..." tanya Dito yang sedang menonton tv di ruang tengah.

"Aku mau mengirim sesajen, apa kau mau ikut untuk kujadikan tumbal?" Tanyaku dengan nada datar.

"A-a-apa, yang benar saja kau" jawabnya dengan gagap, seakan yang aku katakan itu benar-benar akan aku lakukan.

"Hey bodoh, kau dokter, kenapa kau sangatlah bodoh, apa kau percaya? Aku akan melakukan hal musyrik itu?" Tanyaku, sembari menggeser-geser pialaku yang tidak tertata rapi.

"Kau mau ikut tidak?" Tanyaku lagi.

"Hey bodoh, tujuanmu saja tidak jelas," jawabnya.

"Oh iya.. hehe, aku mau ke Vino, apa kau tidak mau bertemu dengan kak Nari?" Jawabku sekaligus bertanya dengan nada meledek. Napak jelas wajahnya menjadi memerah.

"B-baiklah, tunggu aku"

***

"Assalammualaikum...." ucapku sembari memencet bel.

"Walaikumsalam... haii Ranna," jawab kak Nari.

"Aku tidak disapa?" Tanya Dito dengan ekspresi memelas.

"Hey Dito, janganlah kau pasang ekspresi sok imutmu itu, tetap saja wajahmu itu-itu saja" bantahku.

"H-hai Dito.." sapa kak Nari, malu-malu.

"Ah, aku tak mau mengganggu pasangan ini, boleh aku masuk kak?" Tanyaku.

"Masuk aja kali Rann..." aku menyengir lebar, setelah mengucapkan terimakasih.

***

Sampailah aku di kamar Vino, kulihat Vino keadaannya seperti yang kemarin kulihat.

"Haii Vin... apa kau sudah makan?" Vino terdiam.

"Emm aku punya roti, apa kau mau?" Tak ada jawaban apapun.

"Nih, untukmu saja, mungkin kau akan memakannya nanti, bukan sekarang" mulut Vino sama sekali belum terbuka.

"Tempat ini sudah agak berubah ya, sejak aku lulus SMA" aku mengitari sekeliling kamar, melihatnya dengan seksama.

Aku akan terus berjuang, sampai kau kembali seperti Vinodika Hildon yang dulu, dengan jangka waktu yang relatif pendek.

Beach FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang