16 - Rancangan Kisah Selanjutnya

83 20 6
                                    

BISMILLAH!!!

hello, selamat malam. apa kabar?

oh iya, aku baru inget mau ngucapin, HAPPY 2K VIEWS SATRBEE ♥︎♥︎

semoga menjadi awal yg baik ya buat ke depannya, kasih aku semangat juga biar sama-sama enak, hehe.

aku hebat karena kalian, I'm so happy 💘💘💘

klik bintangnya jangan lupa ya!

“Tak perlu ragu tuk menuliskan apapun yang kamu mau. Sebab setiap penulis memiliki peminatnya masing-masing.”

★ SELAMAT MEMBACA ★

Dalam jalan hidup, Ulaya harusnya menjadi pemeran utama di dalamnya. Bagi Ulaya, itu tidak akan pernah terjadi. Dari sekian banyaknya cerita yang ia baca dalam sebuah novel, hidup Ulaya terlalu rumit untuk ia ceritakan pada siapapun.

Yang hanya bisa Ulaya lakukan, menunggu waktu itu tiba dan semuanya akan terbongkar. Sama seperti bangkai yang disembunyikan serapat apapun akan tercium juga baunya yang menyengat.

Ulaya itu cukup pintar, tidak mungkin ia tidak mengerti apa maksudnya peribahasa diatas, benar, semua akan sia-sia jika terlalu digenggam.

Memasang senyuman terbaik setiap pagi menjelang, mengabarkan kepada dunia bahwa ia baik-baik saja, padahal nyatanya tidak. Manusia selalu mempunyai luka, itu pasti. Yang membedakan adalah bagaimana cara mereka menutupi luka yang mereka rasakan. Sama seperti Ulaya sekarang, ia tengah berperang dengan batin dan raganya.

"Udah sehat 'kan, Ul?" Delia bertanya ke seribu kali dengan pertanyaan yang sama. Pening sekali kepala Ulaya yang mendengarnya, telinganya terasa panas juga berusaha menekan mood-nya agar tidak anjlok seketika.

Bukan tidak tau terimakasih, Ulaya hanya mengatakan yang sebenarnya.

Dengan senyuman masam, Ulaya menjawab dengan terpaksa, "Iya, Del. Aku udah sembuh, bisa jalan, bisa berdiri, bisa mandi sendiri juga! Aku bukan nenek peot yang udah bau tanah,"

Senyuman yang ditularkan Ulaya merupakan jawaban, Delia belum mengerti lebih dalam mengenai dirinya karena ia sendiri yang menutupi semua. Ulaya tau, sebenarnya ia sahabat yang buruk bagi Delia.

Delia berkaca, bayangan yang dipantulkan oleh cermin adalah wajahnya juga wajah Ulaya. Cermin panjang yang digunakan berlima setiap kamar di asrama. Menoleh, tangannya mengakui wajah Ulaya lalu meneliti dengan tatapan tak biasa. "Hmm, nggak se-pucet kemarin, tapi masih lumayan anget, lo tetep mau masuk?" tanyanya meyakinkan, demi apapun Delia benar-benar mengkhawatirkan kondisi Ulaya.

Giliran Ulaya yang menangkap tangan Delia yang masih bertengger disekitar dagu, "Delia, listen! Aku udah sehat, aku nggak mau ketinggalan pelajaran karena habis ini ujian. Tenang aja, nanti kalo aku ngerasa lemes, aku bakal langsung pergi ke kamar,"

Ulaya menatap Delia dengan tatapan memohonnya, "Percaya sama aku, ya?"

Perlahan-lahan Delia menghela napas, ditatap nya Ulaya sekali lagi lalu mengangguk tak ikhlas, mau bagaimanapun pasti dirinya sangat over sekali kepada Ulaya. "Yaudah, nanti kalo ada yang sakit, bilang. Maaf ya, pasti lo risih banget karena gue terlalu over sama lo."

Bagi Ulaya, Delia itu sahabat, teman, keluarga tak sedarah yang sangat baik. Delia selalu ada ketika Ulaya kesulitan bahkan ketika Ulaya bahagia sekalipun. Delia sudah bisa menjadi sahabat terbaik bagi Ulaya, namun Ulaya tidak yakin bisa menjadi sahabat yang baik bagi Delia.

Alfa Canis - SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang