Bad Savior-09

2.1K 166 28
                                    


Isabella adalah pribadi yang cerewet. Ia bisa menceritakan banyak hal dalam satu hari. Bibirnya tak petnah bosan untuk berbicara. Dan Jayden adalah sosok pendengar setiap ungkapan hatinya.

Diantara banyaknya prahara. Selain karena lelaki itu siap menjadi telinga. Sikap lelaki itu yang tak pernah membatasi mimpinya juga menjadi nilai plus mengapa Isabella kuat bertahan di sisinya.

Gadis itu sedikit mendengus pelan sambil menggerakkan jati jarinya pada keyboard laptop miliknya. Novel bergenre romansa dan angst itu baru ditulis setengahnya.

Mengisahkan tentang Katarina dan Joseph dua karakter utama yang bertolak belakang namun terbelenggu sebuah hubungan pernikahan rahasia. Sekilas mirip seperti kisah percintaannya. Namun seluruh alur serta endingnya jauh dari realita. Dimana Katarina dan Joseph akhirnya saling mengungkapkan perasaan mereka dan bahagia bersama.

Itulah konsep novel berjudul "Lost Memory" karyanya.

Isabella tersenyum kecil sambik membaca kata perkata yang berhasil ia ciptakan. Hampir 2 jam duduk di bawah pohon rindang sambil melampiaskan imajinasi pada seonggok karya. Tiba tiba saja ppnselnya berdering, menunjukkan nama suaminya terpampang besar di sana

"Hallo Jayden?"

"Dateng ke studio sekarang!" titahnya mutlak.

"Loh bukannya kata kamu sekarang aku gau—"

"Kalau suami ngomong itu jangan dibantah! Lo mau dilaknat tuhan hah?!" mendengar itu Isabella langsung menegakan tubuhnya. Teringat petuah sang ibu yang bilang jika surga istri ada pada suaminya.

"Iya iya 15 menit aku sampe disana"

"Nah gitu dong! Jangan lupa pesenin ayam KFC dua porsi ntar duitnya gue ganti!"

"Iya Jayden" Sambungan telfon pun terputus. Isabella menghela nafasnya pelan sebelum akhitnya bagkit berdiri sambil membawa laptopnya. Meninggalkan area taman beserta awan yang terpampang indah di langit siang.

_____

Hanya dalam waktu 15 menit Isabella bisa dengan cepat datang menuju studio tepat Jayden bekerja. Semua orang dalam studio ini hanya mengetahui Isabella sebagai asisten pribadi gitaris terkenal itu. Yang di bebaskan keluar masuk gedung untuk melayaninya.

Kecuali Mahesa dan Juno tentunya.

"Loh? Bell? Kok kesini?" Tanya Mahesa saat melihat Isabella keluar dari lift sambil membawa plastik besar beriai ayam siap saji yang Jayden perintahkan.


"Aku disuruh Jayden buat nganterin ini" kayanya mengangkat plastik di tangannya. Mahesa dan Juno saling bertukar pandang.

"Oh gitu, sama gue aja gimana? Lo tunggu diluar aja, soalnya di dalem lagi Chaos. Jayden maaih ada urusan sama tim produksi" kata Mahesa menjelaskan dengan baik hati. Isabella mangut mangut setuju lalu menyerahkan kantong kreseknnya pada lelak itu.

Cklek.

Terdengar suara sepasang manusia bertabrakan dan saling tertawa Isabella reflek menoleh begitupun kwdua rekan suaminya. Terlihat Jayden keluar sambil menggandeng tangan Milena, raut wajah keduanya terlihat cerah sepertinya ada sesuatu yang terselesaikan dengan baik.


"Gimana rekamannya kak Len?" tanya Juno membuka percakapan mereka.

"Lancar No, tinggal proses editing udah itu rilis deh" jawabnya lalu melirik pada sosok Isabella yang menatap leduanya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ini bukannya pembantu dirumah lo itu kan?" tanya Milena menunjuk Isabella dengan kukunya yang terpoles cantik. Jayden berdehem pelan.

"Ya, dia pembantu pribadi gue"jawab Jayden tanpa dosa. "Mana makanan gue sama Milena?" tagihnya.

Dengan perasaan sesak yang memenuhi relung hati. Isabella meraih kembali plastik dari tangan Mahesa lalu memberikannya pada Jayden. Lelaki itu sedikit melirik ke dalam plastik lalu bertanya.

"Ini dua duanya Ori kan?" Isabella terdiam sebentar.

"Maaf tapi bukannya Jayden suka yang spicy ya? Jadi aku beli dua duanya varian spicy" Netra Jayden langsung berkilat marah.

"Lo gimana sih? Milena itu gak bisa makan pedes!" bentaknya. Isabella menunduk.

"Maaf, aku gak tau"Sesalnya

"Aku pikir dua duanya buat Jayden, jadi aku beli varian yang sama" jelas Isabella berusaha berani. Jayden langsung mencengrkam lengan gadis itu kuat.

"Lo bisa kan nanya dulu! Sok tau banget jadi orang! Gue minta beli dua porsi gak mungkin gue abisin sendiri!" Sentak Jayden tanpa rasa kasihan.

"DASAR BEGO!" Hardik Jayden.

"Kalau udah gini Milena mau makan apa hah?!"

"Maaf... Maaf.... Aku ganti aja ya? Aku beliin lagi?" kata Isabella melas. Jayden menatap gadis itu nyalang. Sedangkan Milena yang merasa suasana semakin panas langsung menyentuh pundak Jayden lembut.

"Udahlah Gapapa"Ujar gadis itu menenangkan. "Kita makan diluar aja"ajak Milena. Jayden mendengus pelan. Lalu berlalu, setelah Jayden mendorong bahu gadis itu hingga terhuyung.

"Lain kali, kerja yang bener!" Peringat Milena saat melewati Isabella yang menunduk dengan sendu. Mahesa dan Juno lalu menghampiri gadis itu kala Jayden dan Milena menghilang menaiki lift.

"Udah jangan diambil ke hati, mungkin bang Jayden lagi cape"Hibur Juno. Mahesa mengangguk.

"Ayamnya biar gue yang makan aja gimana? Kebetulan gue suka ayam spicy"kata Mahesa berusaha menghibur.

"Nah boleh tuh. Juno juga Mau! Eh tapi kak Bella—" Isabella lalu menoleh pada keduanya. 

"Abisin aja Juno. Aku lagi gak mood makan pedes"jawabnya menyerahkan ayam beserta nasi itu pada keduanya.

"Aku pulang dulu ya kalian. Maaf malah bikin keributan"

_______

"Dia beneran pembantu lo?"

"Kenapa emangnya?"

"Kok dia manggil nama ke lo? Gak pake embel embel yang lebih sopan gitu?"

"Sengaja. Biar gak canggung, lagian kita juga seumuran"

Kini Jayden dan Milena tengah berada di salah satu cafe untuk makan siang bersama. Keduanya memesan menu best seller disana beserta minumannya juga. Setelah kejafian Isabella tadi, Jayden sebenarnya sudah tak mood untuk makan. Namun kehadiran Milena membuat emosi lelaki itu sedikit demi sedikit meluruh.

"Ngomongin soal lagu, gue rasa ada satu lirik di bait ke 5 yang harus di ubah"

"Kenapa? Lo gak suka sama lirik yang gue buat?"

"Bukan gitu, gue cuman ngerasa gak sreg aja pas nyanyiinnya"

"Ubah aja. Ganti sama kata yang menurut lo cocok"

Lelaki itu berujar santai. Menanggapi seluruh obrolan Milena hingga tanpa sengaja netranya menangkap sosok Isabella yang keluar dari gedung studionya. Gadis itu berjalan sambil memeluk tasnya sendiri, hendak menyebrang jalan sendirian. Namun seolah ada ikatan batin diantara keduanya, Isabella mengangkat wajahnya keatas.

Tepat pada posisi dimana Jayden dan Milena tengah menikmati makan siang mereka.

Walau dibatasi kaca tipis. Namun Isabella dapat melihat bagaimana Jayden mengusap bibir Milena lalu tersenyum lembut pada gadis itu.


Ia lantas menundukkan kepalanya sambil memandang kakinya sendiri. Sebelum akhirnya menyebrang, melewati jalanan sambil berusaha menahan tangis yang siap menyeruak keluar.


______

BAD SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang