Bad Savior-25

1.6K 154 19
                                    


Tuk

Tuk

Tuk

Ketukan pada jari Jayden menjadi bukti betapa tak fokusnya pria itu dalam melakukan tugasnya. Padahal laptopnya sudah siap untuk membuat artikel yang ditugaskan dosennya minggu lalu namun pria itu sama sekali tak melakukan apa-apa. Hanya membuka ponselnya, melihat jam dinding kemudian kembali mengusap wajahnya untuk kesekian kali.

Isabella.

Istrinya belum kembali.

Padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Namun ia sama sekali belum mencium kepulangan istrinya. Pria itu beberapa kali mengumpat sambil bangkit dari kursi dengan perasaan kesal. Mau menyusul pun iatak punya petunjuk. Setelah ia merusak ponsel Isabella beberapa waktu lalu, ia jadi mengerti betapa pentingnya kabar wanita itu saat ini.

Zress.

Hujan mulai membasahi bumi. Bahkan guntur dan gelap mulai saling menyambar satu sama lain. Jayden menghela nafas kasar sambil menatap tetesan air yang semakin deras menyapu jendela kacanya. Langit gelap menjadi bukti betapa menyeramkannya keadaan di luar.

"Ck sial. Lo kemana Isabella?"Gumamnya sambil melepas kacamatanya. Persetan dengan air hujan. Ia harus menemukan Isabella secepatnya!

Jayden langsung meraih jaket hitam miliknya sambil membawa kunci mobilnya. Ia berjalan terburu-buru menuju mobil yang terparkir. Tak peduli rambutnya basah karena air hujan atau keadaan guntur mulai menyapa dirinya.

Dipikirannya hanya ada Isabella.

._____.

Netra kucing miliknya menatap butiran air hujan yang menetes dengan perasaan gundah. Sambil memeluk sling bag putihnya Isabella terduduk di kursi tunggu stasiun, sudah hampir 1 jam ia terduduk menunggu hujan berhenti sambil sesekali melirik pada jam yang tertempel diatas dinding.

Sejak turun dari kereta,setelah mengantar orang tuanya pulang hati Isabella dibuat tak nyaman. Entah karena instingnya sebagai seorang istri atau memang tuhan tengah memberikan tanda perihal masa depan. Yang jelas Isabella tak bisa memejamkan mata walau sekejap.

Hingga berakhirlah ia menjadi penonton para pejuang rupiah yang kini berdesakan untuk masuk dan pulang kerumah mereka. Isabella merasa sedih sekaligus miris pada semua orang yang berdesakan di dalam sana. Mereka berusaha untuk menjadi satu dari banyaknya harapan keluarga. Saling mendorong satu-sama lain untuk sampai kerumah.

Rasanya begitu terharu. Saat membayangkan betapa inginnya mereka disambut hangat oleh keluarga mereka. Kemudian beristirahat sebelum kembaki menjalani hari yang memuakkan.

Sambil menggoyangkan kakinya Isabella terus menatap kearah gerbong kereta yang mulai melaju. Menyenangkan juga melihat keadaan ramai seperti ini. Sudah lama Isabella merasa terkurung dalam rumah dan hanya berteman dengan piring kotor serta dapur yang menemaninya. Sudah lama juga Isabella tak makan es krim. Bahkan mungkin ia sudah jarang membaca di perpustakaan kota.

Benar kata orang. Pernikahan dapat merenggut segalanya. Bahkan kebebasan.

Isabella terkadang menyesal dengan keputusan masa lalu yang rapuh. Namun disisi lain juga bersyukur dengan takdir yang tuhan torehkan untuknya. Entah kebahagiaan apa yang sedang dibentuk, Isabella akan menikmati prosesnya. Walau perih dan sakit saat menjalaninya, namun ia percaya. Cepat atau lambat ia akan menemukan bahagianya.

Isabella segera bangkit dari duduknya. Berjalan sambil memegang sling bagnya keluar dari area stasiun. Kali ini hujannya sudah tidak besar lagi, ia ingin sekali makam es krim yang diblaut roti. Untungnya di dekat sana, ada kedai es krim yang terkenal di kotanya.

BAD SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang