Bad Savior-16

2.2K 179 29
                                    

"Jayden boleh aku minta tolong?" Isabella yang tengah duduk di meja rias dengan baju tidur satin berwarna merh muda itu menatap pada pantulan cermin dimana suaminya berdiri di depan pintu kamar mandi selepas menutupnya.

"Hm?" Jayden mendekat sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk di lehernya.

"Maaf, tolong kancingin baju aku" pintanya menunjukkan kancing baju yang terbuka di belakang punggungnya. Baju tidur ini memang di desain seperti baju tidur jamam dulu yang memiliki banyak kancing di belakamg dan polos di bagian depan.

Jayden pun mulai membantu istrinya megancingkan baju bagian belakangnya. Isabella mengangjat rambut basahnya agar memudahkan Jayden. Dari pantulan cermin mereka terlihat layaknya pasangan yang sempurna. Dengan Jayden yang peduli dan Isabella yang lembut dan sedikit berani.

"Terimakasih" kata Isabella setelah Jauden membantunya. Gadis itu kembali menyisir rambut panjangnya sebelum akhirnya bangkit dari kursi sambil meraih hair dryer untuk mengetingkan rambut Jayden.

"Warna rambut kamu udah mulai pudar"ujar Isabella saat melihat rambut silver Jayden yang mulai oanjang dan berganti odengan warna aslinya.

"Hn, besok gue ke salon" Isabella menatap wajah Jayden sambil mengeringkan rambut suaminya itu dengan telaten. Walau bukan pemandagan yang asing namun tatapan Isabella adalah satu dari banyaknya hal yang tak bisa Jayden dapatkan pada orang lain. Pandangan tulus gadis itu tak pernah bisa lepas dari ingatan Jayden sekalipun ia tidur dengan wanita yang berbeda. Menatap banyak manik yang lebih cantik.

Netra kucing Isabella masih menjadi favoritnya. namun walau begitu. Jangan kalian pikir Jayden mencintainya!

Ia sama sekali tak mencintai Isabella. Atau mungkin takkan petnah mencintai gadis kampung itu.

"Jayden kamu itu udah ganteng, tapi bakal lebih ganteng lagi kalau rambut kamu warna hitam" Celetuk Isabella sambil menyisir rambut Jayden selepas mengeringkannya. Jayden merangkul pinggang istrinya.

"Kenapa?"

"Karena warna hitam itu sama kaya warna mata kamu " Isabella menatap manik legam Jayden penuh pertimbangan. Bukan tanpa alasan, ia dan Jayden berada di lingkungan yang sama namun dalam kelas yang berbeda. Sedari kecil Isabella selalu memandang Jayden dari kejauhan.

Lelaki kecil dengan surai sehitam malam dan netra selegam obsidian. Dua hal yang menjadi favoritnya.

Isabella selalu dibuat jatuh cinta oleh tatapannya yang gelap namun misterius hingga 10 tahun berada di satu tempat yang sama untuk melayani Jayden baginya adalah suatu anugerah yang patut ia syukuri.

Jayden itu sempurna. Sampai Isabella dibuat tak berdaya dan insecure untuk memilikinya. Hingga saat semesta menakdirkan mereka lewat kejafian tak terduga dimana Isabella trauma di buatnya. Pada suatu malam ia merenung, jika Jayden memang takdirnya. Lantas mengapa semesta memberinya jalan berliku dan rasa sakit yang tak sembuh?

Isabella terus dibuat jatuh cinta namun Jayden masih saja bersikap acuh seolah Isabella tak ada. Memperlakukannya layaknya pelacur gila harta yang drngan mudah di rendahkannya.

Isabella tak mengerti. Kenapa Jayden sesukit itu untuk di raih sampai sampai tangisan Isabella tak berarti.

Gadis itu segera memalingkan wajahnya.

"Jadi, selama ini lo merhatiin gue?" Jayden tersenyum miring.

"Ah gue lupa, lo kan emang cewe miskin yang tergila gila sama gue" seperti biasa kesombongan lelaki itu mengalahkan segalanya. Isabella menatapnya lembut sambil melepaskan rangkulan Jayden pada pinggangnya.

"Iya, kamu benar. Dari dulu aku adalah cewe gila yang selalu mengganggu kamu. Ta-tapi aku ngelakuin itu karena aku pingin nunjukin ke kamu. Walaupun aku miskin, aku pasti bisa bikin kamu jatuh cinta sama aku. Bahkan mungkin, sekarang kamu udah mulai suka sama aku" Katanya yakin. Isabella memang tak pernah berubah. Selalu optimis dan memandang semua hak dengan mudah.

BAD SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang