Bad Savior-27

2.3K 143 22
                                    

Flashback=tulisan miring

-

-------

"Oh no...."

Isabella menutup mulutnya saat melihat Molly beserta ketiga bayinya yang masih merah tergeletak tak berdaya dengan darah yang berceceran mengenai bulunya yang putih. Netra gadis itu bergerak tak nyaman bersamaan dengan tubuh yang bergetar suara deheman keras terdengar dibelakangnya. Dimana Jayden berdiri sambil melipat tangannya, tersenyum sinis pada Isabella yang hendak menangis.

"Loser"

Isabella menatap lelaki itu sebentar sebelum meraih tubuh Molly dengan ketua tangan yang bahkan tak sanggup memagkunya. Setelah ini hanya ada penderitaan. Karena Jauden benar benar melakukan apa yang ia inginkan. Terlebih menjadikan Isabella samsak agar gadis itu menangis, menderita hingga nyaris gila.

------

"Aku tau semuanya" Jayden terdiam. Sedangkan Isabella menatap langit-langit kamar mereka. Kemudian menunjuk pada sudut ruangan, kamar mandi serta langit-langit tepat diatas kepalanya.

"Ada kamera terpasang disana"Dada Isabella naik turun teratur sebelum menoleh kembali pada Jayden yang masih duduk dengan kepala tertunduk dan kedua tangan terkepal kuat.

"Siapa yang mengawasi kita Jayden?" Jayden menoleh. Tak menjawab apapun.

-------

"Jo, apa arti cinta menurut lo?"

Jayden remaja mendudukkan dirinya diatas ranjang sang kembaran yang tengah asyik melukis pada kanvas kesayangannya. Sambil menikmati sinar senja yang menerpa wajah mereka.

"Lo gasalah nanyain hal ini ke gue?"ujar Jonathan acuh. Sesekali melirik Jayden yang berbaring terlentang menatap langit-langit kamar.

"Apa lo pernah jatuh cinta Jo?" Jonathan menoleh. Tatapan keduanya beradu.

"Shenina" jawab Jonathan singkat. Jayden seketika bangkit dari kasur.

"Lo gila?" Ujarnya sedikit keras. "Dia penghancur keluarga kita" lanjutnya. Jonathan seolah batu dan tak menanggapi ucapan kembarannya.

"Yag penghancur itu Tania. Sedangkan Shenina tidak tau apa-apa"

"Lo masih bela dia? Lo buta Jo? Lo gatau dia anak hasil hubungan haram?" Ngegas Jayden. Jonathan terkekeh.

"Itulah cinta Jay. Buta" Jayden terdiam. "Mau dia anak siapapun, kalau yang gue mau cuman dia. Lo bahkan gak bisa melakukan apapun"

Jayden menatap saudaranya sebentar kemudian mengusap wajahnya kasar. Sebelum kembali memegang dagunya sabil terus menatap pada cermin. Pantulan wajah seeta tubuhnya terpatri disana, ia merasa terbelenggu kegelapan. Angkuh dan egois.

Apakah ada seorang yang mampu mengalahka egonya?

"Apa menikmati tangisan seseorang juga bisa disebut cinta?" Jonathan menghentikkan arsirannya.

"Maksud lo?" Jayden bangkit berdiri kemudian menghampiri Jonathan. Berdiri tepat di depan jendela yang langsung mematul pada halaman belakang mereka.

"Akhir-akhir ini gue ngarasa gila. Karrna gak pernah bisa menghapus dia dari pikiran gue" Kata Jayden tiba-tiba.

"Dia?" Gumam Jonathan. Jaydrn melirik sekilas.

"Seseorang yang tangisnya selalu gue tunggu" jawabnya. Ia kemudian menatap lekat pada lukisan Jonathan yang hampir selesai.

"Ini Shenina?"tanya Jayden. Jonathan tertawa kecil.

BAD SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang